Enam Belas

947 36 3
                                    

Pagi pagi sekali, keempat gadis itu sudah terbangun dari tidurnya. Mereka sedang sibuk di dapur. Ana dan Riri sedang menggoreng risoles yang kemarin dibuat. Anya dan Anggi bagian pengemasan. Mereka meletakan 3 buah risoles dalam satu mika.

"Eh itu kalo masih panas jangan di tutup dulu ya!" Kata Ana mengingatkan.

"Siap bos" patuh Anggi sambil meletakan tangannya di kening, berlaga hormat.

"Kira kira ini bakal laku ga ya?" Gumam Anya dan di dengar oleh Anggi.

"Pasti laku kok. Nanti kalo misalkan ga laku, gue yang beli, abis itu gue bagi bagiin deh" kata Anggi sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Sombong amat, lagi banyak duit lo?" Ledek Anya dengan senyum miringnya.

"Eh sembarangan, sori dori mori yaa, dompet gue itu ga pernah kosong." Balas Anggi dengan lebay.

"Ini dua curut ngapain pada ribut" kata Riri menatap kedua sahabatnya.

"Kalian mandi deh, ini biar gue yang urus." Lanjut Riri dan di setujui oleh keduanya.

Anya dan Anggi langsung pergi. Anya di kamar mandi bawah, sedangkan Anggi di kamar mandi yang terletak di kamar Ana.

"Gue heran sama mereka, tiap hari ada aja yang diributin" bingung Riri sambil mengemasi risoles.

"Kalo ga ada mereka ga seru Ri" Ana menanggapi santai lalu mematikan kompor.

Riri dan Ana pun terkekeh bersama.

Setelah pengemasan selesai, Anya dan Anggi sudah selesai mandi.

"Eh curut berdua, ini risoles kalian masukkin ke box yang biru itu ya, gue sama Riri mau mandi" pinta Ana dan Anya mengiyakannya.

"Anggi, ambilin Boxnya dong" perintah Anya pada Anggi yang sedang mengolesi roti dengan selai.

Anggi mendengus "Ambil sendiri lah, gue lagi bikin sarapan."

"Ih Anggi mah PE-MA-LAS" ledek Anya mengeja kata 'pemalas.'

"Lah, yang ada lo yang pemalas. Gue kan lagi bikin sarapan, lo ngapain?" Bela Anggi pada dirinya.

Anya mendengus kesal "Tau ah, kesel."

Setelah Anya selesai memasukkan mika mika risoles ke dalam box. Ana dan Riri pun selesai mandi.

"Risoles dah siap, sekarang kita sarapan." Kata Anggi sambil membawa 2 piring berisi roti selai ke meja depan TV.

Tin tin

Ana bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu.

"Mobil siapa itu?" Gumam Ana sedikit bingung saat melihat dua mobil sedan hitam di depan rumahnya.

Ana membukakan gerbang rumahnya. Salah satu mobil sedan itu terbuka kacanya. Ia melihat ada Kevan di sana.

Ana melebarkan gerbangnya, mempersilahkan mereka masuk.

"Pagi Ana" sapa Kevan saat baru saja turun dari mobil.

Ana hanya membalas dengan senyuman lalu masuk ke dalam rumahnya. Diikuti oleh Kevan, Angga, Daffa dan Alvin.

"Eh kebetulan kalian udah dateng. Sarapan dulu ya, ambil sendiri di meja makan" sambut Anggi pada mereka.

Remaja remaja itu melahap roti buatan Anggi sambil berbincang bincang ringan.

"Itu udah siap?" Tanya Alvin menunjuk pada box Biru dengan dagunya.

Anggi menganggukkan kepalanya "iya dong, kita udah kerja keras dari pagi buta, pokoknya nanti kalian jualannya harus extra" semangat Anggi.

"Berangkat yuk, gue sama Ana Riri ya" kata Kevan sambil mengambil kunci mobilnya di meja.

Alvin menganggukkan kepalanya setuju.

Di mobil Kevan ada Alvin, Ana dan Riri. Sedangkan di mobil Angga ada Daffa, Anya dan Anggi.

Mereka semua berangkat ke sekolah dengan semangat karena hari ini akan Free class.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah tiba di sekolah. Mereka keluar dari mobil dengan senyuman menghiasi wajah mereka.

"Boxnya dimana?" Tanya Kevan tiba tiba.

"Bentar gue ambil di bagasi" kata Alvin lalu pergi ke belakang mobilnya.

Matanya membulat saat melihat bagasi mobilnya.

"Gawat" gumam Alvin sendiri.

Kevan yang meransa bosan, ia menghampiri Alvin lalu mengernyitkan dahinya. "Kok ga ada?"

"Kayaknya gue lupa ngebawanya deh Van" jawab Angga sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Kevan menggeram kesal.

Ia menarik Ana menuju mobilnya. "Kemana?" Tanya Ana.

"Rumah lo" jawab Kevan menyalakan mesin mobilnya.

Ana melemparkan tatapan bingung.

"Box nya ga di masukin sama si Alvin, jadi kita balik lagi buat ammbil boxnya" Kevan menjawab tatapan Ana.

Setelah melalui setengah perjalanan, ponsel milik Ana berbunyi.

Anggi menghubunginya.

"Ya, kenapa Nggi?" Tanya Ana.

"Lu dimana?"

"Jalan balik gue, box nya ketinggalan"

"Lah? Kan box nya ada di mobil Angga, tadi gue sama Anya yang masukin"

Ana terperangah, ia dan Kevan sudah hampir sampai dan Anggi baru mengabariny.

"Ya udah gue kesana Nggi, makasih ya"

Ana mematikan sambungan lalu melihat ke arah Kevan yang kelihatan lebih keren saat sedang serius.

"puter balik di depan, box nya ada di mobilnya Angga" Perintah Ana pada Kevan disebelahnya.

Kevan mengalihkan pandangannya ke arah Ana, "jadi ini sia sia?"

Ana hanya menganggukan kepalanya, "ya udah lah, kan salah kita juga, kenapa tadi ngga nanya dulu ke Angga"

"Baik banget sih mereka, ngasih gue kesempatan berduaan sama kesayangan gue" ucap Kevan senang.

Ana menatap Kevan datar "gue ogah"

"minimarket dulu ya Na" ajak Kevan sambil memakirkan mobilnya di depan minimarket.

Kevan meninggalkan Ana di mobil, Ana mendengus "gilak, ini jantung ga kedengeran sampe luar kan?"

"kenapa gue lebay banget sih, makanan jatoh belum lima menit juga di bilang sayang"

Kevan kembali dengan satu plastik di tangan kanannya. Ia memasuki mobil "maaf lama ya sayang, kasir nya baru deh kayaknya" kata Kevan sambil meletakan plastik tersebut di atas paha Ana.

Kevan mulai mengendarai mobil meninggalkan minimarket tersebut. Ana melihat isi dari plastik tersebut dan bibirnya pun tertarik keatas "Banyak banget eskrimnya, gue makan satu ya" pinta Ana.

"mau makan semuanya juga boleh kok beb" kata Kevan sambil mengacak rambut Ana.

Ana mengabaikan Kevan, ia melahap eskrimnya. 'jantung, yang kuat ya' Ana membatin gugup.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang