Tak terasa acara sudah selesai, keempat gadis itu sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Ana dan Riri yang menghitung hasil dari penjualan mereka, sedangkan Anggi dan Anya sedang kipas kipas manja. "Gue sama Ana mau ke bu Zainab dulu ya, mau laporan hasil penjualan" kata Riri lalu menarik tangan Ana untuk mengikutinya.
"Tadi tuh gila banget, baru aja buka beberapa menit, pembeli udah pada nyerbu aja" keluh Anggi.
"ya jelas lah, yang promosiin cogan, yang jualin cecan"
"pantes aja langsung laris" sambung Anya.
"gue kewalahan njir" keluh Anggi lagi.
"sama lah gue juga" kata Anya sambil merogoh tas kecilnya, mencari ponselnya.
Daffa
Besok jalan yuk, mau ga?
Anya mengernyitkan dahinya, "tumben amat" gumam Anya, namun terdengar oleh Anggi yang ada di sebelahnya.
"Kenapa Nya?" tanya Anggi.
Anya menyerahkan ponselnya pada Anggi, Anggi membaca pesan tersebut lalu raut wajahnya berubah masam.
Anya kembali mengambil ponselnya dari tangan Anggi, "ga bakal gue terima kok Nggi" ucap Anya membuat Anggi menoleh.
"Lah apa hubungannya sama gue" elak Anggi tertawa hambar.
"Kalo gitu gue terima aja deh, besok juga pasti gue bakal gabut" goda Anya pada Anggi dengan senyuman jahilnya.
"serah lo"
Ana dan Riri pun datang dengan cengiran keduanya.
"Kata bu Zainab, kelompok kita adalah kelompok dengan hasil terbanyak" girang Riri dengan semangatnya.
Anggi bertepuk tangan kecil senang.
"jelas lah kan ada gue" suara laki laki terdengar, membuat Ana dan Riri berbalik.
Saat Ana berbalik, wajahnya hampir saja menabrak wajah laki laki dibelakangnya, untung saja Ana langsung menarik tubuhnya kebelakang.
"lah kok mundur sih Na?" tanya Kevan dengan kesal.
"terus lu maunya, muka Ana nabrak muka lu gitu?" sahut Riri disebelah Ana.
"gue ga bilang gitu padahal" elak Kevan denga muka yang di buat sok imut, tapi ya emang imut sih.
"mesum dasar"
***
Rambut yang di bungkus handuk ungu, wajah yang berwarna putih.
'Udah lama, ngga maskeran kayak gini' Ana membatin.
'Akhir akhir ini kenapa gue ngerasa jadi lebih bersemangat ya?'
Ana menghela napasnya lalu memejamkan matanya. Hingga sebuah getaran mengganggu ketenangannya.
Ana mendengus kesal, lalu mengambil ponselnya yang ada disebelahnya. Nama Kevan tertera disana. Ini VideoCall, Ana langsung beranjak ke kamar mandi untuk membilas wajahnya. Setelah kembali, ponselnya sudah tak lagi bergetar. Bahu Ana merosot seketika.
Ana kembali membaringkan tubuhnya, mendadak perasaannya tak jelas.
"kenapa gini sih, jual mahal dikit bisa kan?" kesal Ana pada dirinya sendiri.
Ia membuka handuk dikepalanya, lalu menyisir rambutnya menggunakan jari jarinya. Getaran ponselnya pun terasa kembali. Tak ingin merasa kesal lagi, Ia langsung menerima panggilan tersebut.
Haii sayang sapa Seseorang dari seberang sana.
Ana hanya mengangkat sebelah alisnya.
Ga usah sok jual mahal gitu deh, gue tau jantung lo pasti ga karuan kan ledek laki laki itu dengan senyum miringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat Girl
Fiksi RemajaKenalin namanya Riana, sering di panggil Ana. Populer karena baik, cantik, dan ramah. Pernah punya semangat hidup, tapi semangatnya pergi begitu saja. Kevan, murid baru di SMA Pancasila. Ganteng, dan suka tebar pesona. Sepertinya ia akan menjadi sem...