Sepuluh

1.1K 49 12
                                    

Ana meregangkan otot ototnya saat baru membuka mata. Terdengar bell rumah yang berbunyi, mengganggu tidurnya.

"Ya elah, masih pagi, ganggu aja" Ana bergumam.

Dengan rambut berantakan dan piyama bergambar minion. Ana keluar kamar malas malasan. Turun tangga seperti orang mabuk. Membuka pintu lalu menggaruk garuk pipinya.

Sepertinya ia masih setengah sadar.

"Siapa sih? Ganggu tau nggak?" Ana berkata tapi seperti berbisik.

Orang yang datang itu terkekeh melihat Ana yang berantakan namun terlihat imut itu.

Orang itu membalikkan tubuh Ana dengan memegang pundaknya.

"Sekarang lo mandi, siap siap sekolah, gue bikinin lo sarapan" ucap Orang itu lalu membiarkan Ana manaiki tangga menuju kamarnya.

Orang itu meletakan tasnya di sofa lalu berjalan kedapur untuk membuat sarapan.

Beberapa menit kemudian, Ana kembali dengan seragam sekolah melekat di tubuhnya.

Setelah melihat seseorang yang sedang mengolesi roti panggang dengan selai. Ana mengucek matanya, tidak percaya dengan yang ia lihat.

Ana menghampiri orang itu "lo ngapain pagi pagi gini dirumah gue? Siapa yang izinin lo masuk?" Tanya Ana garang sambil memelototkan matanya.

Bukannya terlihat seram, malah terlihat lucu menurut orang itu.

"Gue lagi bikin sarapan, ayok sarapan bareng" jawab orang itu.

Ana mendengus "ya gue juga tau lo lagi bikin sarapan".

Orang itu mengangkat bahunya "kalo lo tau gue lagi bikin sarapan, tadi ngapain nanya?"

Ana kesal sendiri, lalu tangannya mengambil roti berselai nanas dan langsung menyantapnya.

***

Ana melirik Kevan yang berjalan di sebelahnya. "Lo ngapain ngikutin gue mulu sih?"

"Lah? Kita kan sekelas, jadi? Apa salahnya gue jalan di sebelah lo?" Kevan malah balik bertanya.

Ana mendengus lalu mempercepat langkahnya untuk menghidari Kevan yang terkekeh tak jelas membuatnya merinding

Setelah memasuki kelas, Ana melihat Anggi dan Anya sudah duduk manis sambil bergosip.

Berjalan tak niat lalu melempar tas nya asal. Cukup menarik perhatian Anggi dan Anya. Anggi memiringkan kepalanya untuk memperhatikan wajah Ana yang cemberut.

"Lo kenapa Na? Pagi pagi muka lo keruh gitu kayak kobokan warteg" ledek Anggi yang membuat Anya tertawa dan Ana mendengus kesal.

Anya menepuk pundak Anggi "ih kamu, ga boleh jahat sama temen, itu bukan kobokan warteg tapi kubangan sapi, KERUH" ledek Anya dengan nada seperti bocah ingusan membela temannya saat rebutan mainan barbie dari kertas.

Ana yang sempat senang karena Anya akan membelanya malah semakin meledeknya.

Ana mendengus. "Lo tau ga sih, pagi pagi si semprul itu udah ada dirumah gue, pas disekolah ngikutin gue mulu, risih tau"

Anggi mengerutkan keningnya "semprul siapa?" Tanya Anggi bingung.

"Itu lho, si murid baru"

Anggi dan Anya manggut manggut "Oooo Kevan"

***

+628*******

Nnt istirahat bareng gue ya, makan bareng, gue yang bayarin.

Ana mengerutkan dahinya.

'Jadi? Dia satu sekolah sama gue? Ana membatin bingung.'

"Kalo gue mau tau dia siapa, artinya gue harus ketemu sama dia" gumam Ana.

Riri yang samar samar mendengar Ana berbicara menolehkan kepalanya "Apa Na?"

Ana sedikit terjkejut "Ah, enggak ada apa apa kok"

Kriingg....kriingg....kriingg....

Bel istirahat berbunyi, Ana sudah menyusun rencana. Ia langsung kabur keluar kelas tanpa merapihkan bukunya yang masih terbuka di atas meja. Ketiga sahabat Ana mengernyitkan dahinya bingung. Tak biasanya Ana paling semangat istirahat, biasanya Ana memilih keluar kelas terakhir.

Ana berlari lari menuju kantin, melancarkan aksinya.

***

Setelah memesan es jeruk, Ana duduk di bangku yang terletak di ujung kantin.

Dengan ponsel di genggamannya, menunggu orang itu kembali mengiriminya WhatsApp.

Ting!

Saat ponselnya berbunyi, dan itu dari yang di tunggu, Ana langsung mengedarkan pandangannya mencari orang yang sedang memegang ponsel.

Ketemu.

Laki laki itu. Ana mendengus kesal.

Ia mencoba memanggil nomor tersebut, lalu ia loudspeaker dan orang yang ia perhatikan itu menjawab teleponnya, ia menjauhi teman temannya, Ana melihat orang itu berbicara.

"Hrgh Kevan" kesal Ana sambil menekan nama Kevan.

Setelah itu Ana memilih kembali ke kelas.

***

Saat bel pulang berbunyi, semuanya meninggalkan kelas menyisakan Ana dan ketiga sahabatnya.

Diparkiran sekolah, Anya dan Anggi pamit pulang, katanya mereka ingin ke toko buku dulu. Kini hanya tersisa Riri dengan Ana.

"Lo mau pulang bareng ga Na?" Tanya Riri pada Ana disebelahnya.

Ana menggeleng "ga usah Ri, gue pulang naik ojek aja, lo duluan aja"

Riri menaikkan sebelah alisnya "bener nih?" Riri memastikan.

Ana menganggukkan kepalanya "iya beneran"

Riri menganggukkan kepalanya juga "ya udah lo hati hati ya Na, kalo abang ojek nya cogan, jangan lupa minta foto bareng"

Ana terkekeh mendengar ocehan Riri, ia membalasnya dengan jari telunjuk dan ibu jari yang di satukan membetuk huruf 'o' artinya 'oke'.

Ana mengeluarkan ponselnya, ia terkejut saat melihat ada bayangan lain di ponselnya. Saat Ana memutar kepalanya

"Huwaaaa" teriakan menggelegar membuat Ana ikut berteriak

"Aaaaaa"

Ana lari terbirit birit entah kemana, meninggalkan Kevan yang tertawa di tempatnya.

Kevan melangkahkan kakinya menghampiri Ana yang ternyata bersembunyi di pos satpam dekat gerbang sekolahnya.

"Na, gue minta maaf ya" Kevan menghampiri Ana yang melipat kedua tangannya di dada dengan bibir yang dimajukan membuat Kevan semakin gemas.

"Na maaf ya Na, ga sengaja tadi tuh" Kevan kembali meminta maaf pada Ana.

Ana tak berkutik ia tetap diam saja mengabaikan Kevan.

Kesal karena diabaikan, Kevan meraup kedua pipi tembam Ana lalu menekannya membuat terlihat semakin imut.

"Maafin ya Na, sekarang gue jajanin es krim ya sepuasnya deh" rayu Kevan membuat Ana melebarkan kedua matanya.

Dengan senyuman dibibirnya, Ana melepaskan tangan Kevan dikedua pipinya lalu tanpa sadar beralih menarik tangan Kevan menuju motor Kevan di parkiran.

***

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang