Enam

1.2K 58 1
                                    

Bel pulang sudah berbunyi dari 10 menit yang lalu tapi Ana masih duduk di tempatnya sambil menopang dagunya.

Ketiga sahabatnya pulang kerumahnya masing masing karena katanya orang tua mereka akan pulang. Sementara Ana, ia meratapi nasibnya. Selama ini ia sengaja menjadi anggota osis agar ia sibuk dan melupakan kesedihannya. Kini ketiga sahabatnya pulang terlebih dahulu, saat saat seperti inilah yang Ana tak suka, kesepian.

"Gue minta jemput pak Kardi aja deh" gumam Ana sambil mengeluarkan ponselnya.

"Pak bisa jemput aku ga?"

"....."

"Iya pak ga pa-pa, hati hati di jalan ya pak" ucap Ana lesu lalu mematikan ponselnya.

"Ya udah gue jalan aja kali ya, kali aja ada cogan, tapi kalo gue di culik gimana? Liat nanti aja deh" gumam Ana lalu meninggalkan kelas menuju halte.

***

Ana mengeluarkan ponsel dari sakunya sambil menunggu taksi lewat di halte sekolahnya.

Baru saja ingin membuka aplikasi wattpad, deru motor terdengar jelas. Dan motor ninja itu berhenti di depan Ana.

Ana mengabaikannya kedatangan orang itu.

"Nunggu siapa Na? Pulang bareng gue yuk"

Ana mencoba berpura pura tak mendengar suara itu, ia tahu siapa pemilik suara itu.

Ana merasakan orang itu duduk di sebelahnya. "Pulang bareng gue yuk, gratis kok"

Ana mengabaikan suara itu, mencoba fokus pada bacaannya.

Dengan kasar, orang itu menarik tangan Ana hingga ponselnya terjatuh.

"Gue ganti yang baru, sekarang lo pulang sama gue" nada memaksa dari orang itu terdengar jelas.

"Ga" jawab Ana singkat sambil melepas cekalan tangan orang itu yang semakin kuat.

"Cepet pulang bareng gue" orang itu sedikit berteriak.

"Lepas tangan gue atau gue bakal teriak" ucap Ana terdengar tegas.

Orang itu menaikkan sebelah alisnya

"coba aja".

Ana tersenyum miring lalu membuka ikatan rambutnya dengan tangannya yg bebas, setelah ia lepas ikatannya ia mengacak acak rambutnya sendiri.

"TOLONG TOLONG ADA OM PEDOPIL" teriak Ana heboh sambil terisak.

Orang itu terperangah mendengar teriakan Ana yang jauh di pikirannya.

Gue kira bakal neriakin gue jambret atau sejenisnya orang itu membatin.

Bruuuk..

Tiba tiba saja orang itu terjatuh kebelakang membuat Ana yang sedang memalingkan wajahnya terkejut.

Seseorang telah mendorongnya.

"K- kevan?" Ana kaget karena Kevan lah yang mendorong manusia menyebalkan itu.

Ana bergerak memungut ponselnya saat Kevan mulai mendekati orang itu.

"Touch her, i'll kill you" ancam Kevan dengan tatapan dingin.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Kevan langsung menarik Ana menuju motornya yang terletak tidak jauh dari halte.

Ana mengikuti saja langkah Kevan, mungkin akan lebih baik atau lebih buruk.

"Sekarang lo naik motor gue" perintah Kevan sambil menyodorkan helm putih pada Ana.

Ana menerima helm itu dengan ragu, lalu memakainya.

***

Ana mengerutkan dahinya saat Kevan membelok ke kiri.

"harusnya lurus, di depan ada buat puter balik" ucap Ana datar.

Kevan mengabaikan Ana. Lalu tibalah mereka di sebuah kedai es krim.

Kevan memarkirkan motornya lalu turun dari motor sambil membuka helm.

"Turun" perintah Kevan.

"Ga"

"Turun cepet"

"Ini bukan rumah gue" Ana cemberut.

"Ya udah kalo mau berjemur di sini" ledek Kevan lalu ia melangkah masuk ke kedai tersebut.

"Tau ah" Ana kesal mendengus lalu meletakan helm yang ia gunakan di motor. Tidak, Ana tidak memasuki kedai itu, ia berjalan menghampiri taksi yang sedang menurunkan penumpangnya.

Tiba tiba sebuah tangan meraih pergelangan Ana membuat tubuhnya berbalik.

"Ayo makan es krim dulu" ajak Kevan memelas.

"Ga"

"Ya udah kalo gitu..." ucapan Kevan terhenti karena Ana sudah ada di bahunya, ya, Kevan membawa Ana bagaikan karung beras.

Ana memukul mukul punggung Kevan meminta untuk diturunkan.

"Iya iya gue mau, tapi turunin dulu, gue malu"

Kevan 'pun menurunkan Ana dari bahunya

"Gitu dong" ucap Kevan tersenyum lalu menarik tangan Ana memasuki kedai tersebut.

***

Kevan menarik Ana memasuki kedai tersebut lalu duduk kursi dekat jendela.

Ana duduk di depan Kevan yang dipisahkan meja bundar merah muda. Ana teringat kejadian dulu, tempat ini lah awal dari kejadian menyesakkan itu.

"Lu mau rasa apa?" Tanya Kevan saat pelayan sudah di sampingnya.

"terserah" jawab Ana singkat sambil menopang dagunya.

Setelah Kevan menunjuk salah satu eskrim yang ada di menu tersebut, pelayan itu meninggalkan meja mereka.

Kevan menatap Ana.

"Na" panggil Kevan.

Ana hanya berdeham untuk menjawab panggilan itu.

"Warna kesukaan lu apa?" Tanya Kevan membuka obrolan.

Hampir saja Ana tersedak liurnya sendiri, tempat ini, pertanyaan aneh ini, semuanya sama, sama seperti tahun yang lalu.

Ana mengingat semuanya karena memang belum terlalu lama kejadian itu terjadi.

"Ga penting" jawab Ana datar, matanya terus menatap keluar, semua ingatan itu kembali.

"Galak banget sih" Kevan mendengus.

Ana hanya diam mendengar itu, pikirannya sedang melayang.

"Na, lu punya pacar ga?" tanya Kevan lagi.

Ana terdiam, ia ingin ke toilet saja.

"Gue ke toilet dulu" setelah itu Ana bangun dari duduknya.

"mau di anter ga?" tanya Kevan dengan cengirannya.

Ana meninggalkan Kevan dengan kesal.

Menatap cermin, "kebetulan macam apa ini?" Ana bergumam bingung.

"Tempat dan pertanyaannya sama"

Ana teringat hubungannya setelah pertanyaan kedua Kevan tadi.

"Jangankan status gue gimana, dia dimana aja gue ga tau"

Ana menarik nafasnya lalu menghembuskannya melalui mulutnya, ia melakukannya hingga 3 kali dan ia merasa lebih tenang sekarang.

Saat sudah kembali duduk, ternyata eskrim sudah datang.

"Vanilla matcha?" Ana bergumam namun dapat didengar oleh Kevan.

"lo ga suka? Kalo ga suka jangan di makan, beli lagi aja" khawatir Kevan.

Ana menggeleng

"suka" jawab Ana singkat lalu mulai melahap eskrimnya.

Setelah keduanya menghabiskan eskrimnya, Ana mengajak Kevan untuk pulang.

***

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang