Dua

2K 84 2
                                    

Kemudian tibalah mereka di depan kelas baru Kevan. Setelah pintu di buka, Ana membawa Kevan ke depan.

"Selamat pagi semuanya" sapa Ana pada teman sekelasnya dan di jawab dengan kompak.

Belum juga Ana memulai untuk mempersilahkan Kevan memperkenalkan diri, para ciwi ciwi alay yang ada di kelasnya sudah pada heboh. Ya jelas heboh melihat Kevan, tadi saja Ana heboh, tapi dalam hati.

"Aduh itu Ana bawa siapa?"

"Ya ampun gue jadi betah dikelas"

"Itu siapanya Ana?"

"Kenapa dia ganteng banget?"

"Ana kasih tau gue, lo nemu dimana?"

Ya kurang lebih seperti itu, dan Ana mengabaikan semuanya.

"Tolong tenang semuanya" ucap Ana sedikit keras sehingga semua yang berbisik bisik menjadi diam.

"Silahkan" Ana mempersilahkan Kevan untuk memperkenalkan diri.

"Hai semuanya, kenalin nama gue Kevan Adhitama, kalian bisa panggil gue Kevan, gue pindahan dari SMA Harapan" jelas Kevan lumayan singkat jika menurut Ana, karena biasanya saat Ana mengantar murid baru, ada ada saja yang ia sebutkan, seperti masalah hubungannya, nomor teleponnya, alamat rumahnya atau bahkan ada yang menyebutkan nama supir pribadinya, entah untuk apa.

Kevan mencari tempat duduk yang kosong dan di sana tebelakang nomor 2.

Kevan berjalan ke kiri menuju tempat duduknya sedangkan Ana berjalan ke kanan menuju tempat duduknya.

***

Sekarang adalah jam istirahat pertama. Ana, Anggi, dan Anya sudah duduk manis di kantin sambil menikmati siomay mang Ade.

Diantara keramaian kantin, Kevan sudah menemukan teman barunya, Angga, Daffa dan Alvin. Mereka berempat duduk bersamaan sambil memandang ke arah yang sama. Ana.

"Jadi dia itu anggota OSIS" Tanya Kevan memastikan.

"Iyaps, dia itu anggota OSIS sekaligus The Most Wanted Girl di sekolah ini, dia itu terkenal bukan cuma karena anggota OSIS dan cantik tapi dia juga pintar ramah pula, tapi ramahnya cuma sama cewe, kalo sama cowo jangan harap deh" jelas Alvin semangat pada awalnya.

"Iya, bener banget, hemat ngomong banget dia, sariawan kali ya" ucap Kevan asal.

"Trus kalo gue mau dia ramah sama gue gimana? Gue kan masih murid baru, ga ada salah sama dia, kok di jutekkin juga?" Sambung Kevan.

"Gampang, lo tinggal jadi cewe aja" jawab Daffa membuat ketiga temannya menggeram karena mereka kira Daffa tau jawaban yang selama ini selalu dicari.

"Emangnya kenapa dia ramah sama cewe doang?" Tanya Kevan lagi.

"Katanya sih gara dia dulu ramah sama semua orang tapi ada cowo yang ngira kalo itu kesempatan dan pokoknya kacau semua deh" jawab Angga tapi tidak terlalu jelas.

"Penasaran gue sama dia" gumam Kevan namun masih terdengar oleh Alvin yang ada di sebelahnya.

'Coba aja' sinis Alvin di batinnya.

***


Ana sedang sibuk pada novelnya di jam istirahat kedua ini. Anya dan Anggi sedang membelikannya roti. Ana malas ke kantin katanya ia ingin makan roti sambil baca novel tapi di dalam kelas bukan kantin.

Ana menarik bibirnya saat membaca bagian yang membuatnya baper. Mungkin siapa saja yang melihatnya akan mengira bahwa gadis ini tidak waras.

Di suasana kelas yang sepi, semua orang sibuk di kantin. Kevan diam diam menghampiri Ana dan duduk di sebelahnya.

"Hai" sapa Kevan pada Ana yang masih sibuk pada novelnya.

Ana hanya berdeham pelan untuk menjawab sapaan Kevan. Ia risih saat tau Kevan menatapnya sambil menopang dagunya.

"Lagi sibuk ya?" Tanya Kevan mulai penasaran dengan Ana. Pasalnya di sekolahnya dulu para perempuan lah yang mengejarnya. Kini Ana sangat berbading terbalik.

Anya dan Anggi memasuki kelas dengan tangan yang membawa plastik berisi pesanan Ana dan makanan keduanya.

Anggi dan Anya menghampiri Ana dengan semangat, bagaimana tak semangat? Toh di sebelah Ana ada cogan.

"Waah Ana lagi ngapain" tanya Anggi yang jelas tau jawabannya.

Anya kira Ana tak nyaman dengan Kevan, ia pun mulai mengambil alih Kevan dengan menariknya keluar dengan paksa.

Setelah membawa Kevan keluar,

"Jangan ganggu Ana bisa?" Tanya Anya dengan tegas.

Kevan tersenyum menyebalkan

"kalo ga bisa? Gimana?" Kevan menantang.

"Ga. Bakal. Gue. Biarin." Ucap Anya penuh penekanan setiap katanya.

"Serah lo" ucap Kevan cuek lalu meninggalkan Anya yang mengepalkan tangannya.

Anya menghembuskan nafasnya kasar lalu memasuki kelas dengan sumringah.

"Habis ngapain lu?" Tanya Ana yang sedang melahap roti isi keju.

Anya memunculkan senyum jahilnya

"Kepo lu" ucapnya lalu menyeruput teh kemasan yang ia beli dengan Anggi.

Ana mendengus mendengar ucapan Anya yang menyebalkan. Saat mereka sedang asik memakan roti dengan teh kemasan.

Seseorang memanggil Ana.

"Anaaa" teriak orang itu di depan pintu kelas sambil melambaikan tangannya.

Ana hanya melirik sebentar "bentar"

"Ada apa lagi Gin?" tanya Ana saat ia sudah di hadapan Gina.

"Rapat di ruang Osis sekarang" ucap Gina cepat

Ana membulatkan matanya

"Rapat dadakan? kok gue ga tau?" Tanya Ana kaget.

"Pak Rizal yang minta" jawab Gina. Pak Rizal itu pembina Osis.

"Ayo" ajak Ana sambil membawa tangan Gina, lebih tepatnya menyeret.

Setelah menuruni tangga dengan terburu buru, Ana dan Gina sudah tiba di depan ruang Osis.

Mereka mengatur nafas mereka yang ngos ngosan. "Ayok" ajak Ana lalu mereka memasuki ruangan Osis yang sudah ramai oleh pengurus Osis yang lainnya, dan sudah ada pak Rizal di sana.

Ana jadi malu sekarang.

"Silahkan duduk Ana dan Gina" perintah pak Rizal pada Ana. Ana melangkahkan kakinya untuk duduk di kursinya dengan Gina di sebelahnya. Setelah mengucapkan pembukaan dan beberapa ekornya. Pak Rizal mulai pada inti rapatnya.

"Oke to the point saja, seperti yang kita ketahui semua, anggota OSIS yang minim jumlahnya. Gilang, anggota OSIS yang aktif mengundurkan diri dengan alasan yang kurang saya mengerti dan kebetulan ada yang bersedia menggantikan posisinya, jika bapak lihat dari penampilan dan lainnya yang mencakup kelakuannya, anak itu adalah anak baik baik dan cukup cerdas" jeda pak Rizal sebentar.

"Bagaimana jika dia yang menjadi anggota baru kita?" Tanya pak Rizal pada akhirnya.

"Baiklah, yang setuju angkat tangannya" putus pak Rizal karena dari pertanyaan tadi tak ada yang menjawab.

Semua orang disana mengangkat tangannya termasuk Ana, pertanda setuju.

"Baiklah, Doni, tolong kamu panggil orang itu ya" perintah pak Rizal pada Doni.

Doni langsung bangkit dari duduknya dan berlari keluar untuk memanggil orang tersebut.

Bodo Amat GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang