Chapter 16 - Sedikit Penjelasan

1.5K 352 108
                                    

Hari senin.

Seperti biasa tiap hari menyebalkan ini datang maka akan diadakan sebuah acara bernama upacara bendera. Sebagian besar orang tentu malas panas-panasan di lapangan meski diisi embel-embel jiwa patriotisme. Jauh di dalam lubuk hati terdalam, tentu duduk di ruang ber-AC jauh lebih enak daripada mengenang jasa seperti sekarang. Lama-lama upacara udah bukan kayak sebuah penghormatan lagi, namun hanya sebatas 'kegiatan yang harus dijalankan'.

Semua berjalan normal, awalnya. siswa-siswi yang masih dalam barisan meski pada asik ngerumpi, pembina upacara ngasih pengarahan yang itu itu aja, para anak-anak PMR berjaga di belakang, dan Jian Wijaya, kayaknya ada yang aneh dari itu anak sejak tadi.

Biasanya Jian bakal berdiri diem sembari nyimak upacara yang berlangsung, namun semenjak beberapa menit yang lalu, lelaki mungil itu kelihatan gelisah. Sesekali Jian noleh ke kanan kiri atau sekedar menundukkan kepala. Gak ada yang terlalu menyadari, mereka pada sibuk ngerutuk sembari berdoa dalam hati supaya acara ini cepetan kelar.

Sebenarnya seperti alasan klise umumnya, Jian itu emang udah ngerasa gak enak badan sejak kemarin, lebih tepatnya setelah jalan-jalan seharian sama Reyno.

Si manis udah minum obat paracetamol pas malem, tapi pusing sama mual itu masih aja melekat bahkan ketika pagi menyapa. Tupai satu itu malah gak sarapan karena bibir kerasa pahit, pun makanan rasanya berubah hambar, yaudah deh, sekarang tinggal menunggu waktu sampai anak itu pingsan.

Brukk!!

Keadaan sedikit ricuh kala tubuh Jian limbung ke arah depan, mengejutkan teman-teman yang berdiri di sekitarnya, bahkan sampai menghentikan pengarahan yang diberikan oleh Pak Surya.

Anak-anak PMR langsung sigap menghampiri barisan depan. Padahal baru aja si manis mau digotong ke UKS, namun kehadiran sosok lain menghentikan pergerakan mereka.

"Biar gue aja."

Reyno muncul entah darimana lalu sigap menggendong si tupai ala bridal style. Nunduk bentar sambil ngegumamin beberapa kata, buru-buru Reyno bergegas menuju klinik kesehatan supaya Jian bisa segera ditangani. Padahal ini cuma pingsan biasa, namun melihat jika sang pujaan hatilah yang mengalami, tentu perasaannya gak bisa tenang gitu aja.

"Permisi permisi." Satu siswa lain ikut keluar dari barisan, mau ikut sama dua temannya itu.

Selain ngerasa khawatir, Adrian juga sedikit memanfaatkan kesempatan, setidaknya dia ada alasan keluar dari situasi membosankan tadi. Bukannya anak-anak PMR, malah itu dua curut yang ngegotong Jian ke UKS. Ya udahlah suka-suka mereka aja, yang penting upacara kembali berlanjut.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
t r e n d
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Tolong longgarkan pakaian yang dia kenakan supaya pernafasannya bisa lebih lancar. Kalau ada apa-apa, kamu bisa memanggil saya."

Adrian menganggukkan kepala kala mendapat intruksi dari petugas UKS. Tadi dia udah meriksa Jian dan untungnya lelaki menggemaskan itu baik-baik aja. Cuma perlu sarapan aja nanti sama minum beberapa obat, maka kelar.

"Iya bu."

Ngerasa tugasnya udah selesai, wanita paruh baya itu masuk ke ruangan khusus yang ada di dalam UKS, hendak nyatet kondisi Jian untuk laporan yang akan diserahkan ke pihak sekolah nanti.

Adrian lantas dengan cekatan ngelepas kancing jas almamater si tupai, dasi yang terpasang di leher serta beberapa kancing teratas seragam putih abu tersebut.

Untuk yang nanya Reyno di mana, itu bapak kucing lagi pergi ke kantin guna membeli roti isi, susu kotak sama bakwan. Ah makanan terakhir itu request-an Adrian, tapi ya udah sekalian beliin aja daripada anaknya ngamuk.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang