Chapter 39 - Nasib Dalam Tarot

1.1K 239 169
                                    

Malam minggu ini Reyno ngajak Jian keluar buat jalan-jalan, udah jadi jadwal wajib sih tiap weekend, kegiatan yang dulunya cuma meringkuk sembunyi di bawah selimut karena jomblo, sekarang udah upgrade jadi ngapelin pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam minggu ini Reyno ngajak Jian keluar buat jalan-jalan, udah jadi jadwal wajib sih tiap weekend, kegiatan yang dulunya cuma meringkuk sembunyi di bawah selimut karena jomblo, sekarang udah upgrade jadi ngapelin pacar.

Tenang aja, sejak kemaren si tupai udah sembuh, jadi anak petakilan dengan banyak energi ternyata membawa berbagai manfaat. Tanpa perlu pergi ke dokter, cukup dengan obat-obatan di warung aja Jian udah bisa kembali segar seperti semula. Tekadnya untuk sembuh ternyata sebesar itu.

Sebenarnya cuma judul doang malam minggu, padahal sekarang masih sore, langit bahkan belum gelap-gelap banget kayak masa depan, jadi ada banyak waktu untuk dihabiskan bersama.

Mereka berdua pergi ke arcade, seru banget soalnya, ada banyak tempat serta toko-toko unik yang bisa mereka kunjungi. Harga yang ditawarkan pun gak mahal-mahal amat kayak di mall, membuat isi dompet masih selamat meski membeli banyak hal.

"No, mau ngapain sekarang?" Jian bertanya ketika mereka berhenti di pintu masuk arcade, mendongak sebentar guna menatap wajah yang lebih tua.

Kedua pemuda tersebut udah makan, tadi Reyno numpang ngisi perut di rumah keluarga Wijaya gara-gara Tika masak banyak makanan, sang suami pulang lebih cepat dari seharusnya.

Setelah izin ngajak anak mereka jalan, Reyno terlibat perbincangan dengan calon mertua, bau-bau direstuin tuh. Reyno bersyukur banget keluarga Jian ramah-ramah, bahkan dia disambut hangat di sana tanpa perlu ngerasa was-was karena kepalanya yang ditodong shoot gun oleh sang kepala keluarga.

"Kita ngelakuin challenge aja gimana?" Reyno berujar sembari masang wajah berpikir sebelum akhirnya ngajak Jian keluar, dia udah nyari-nyari referensi mengenai ide-ide kencan di google, dan satu hal ini terdengar cukup menarik.

"Challenge apaan?"

"Kita beli hadiah dengan budget lima puluh ribu. Nanti kita mencar, lalu setelah tiga puluh menit kumpul lagi di sini. Mau gak?"

Lima puluh ribu, itu bisa dibeliin sekitar empat minuman pororo. Hmm... tapi sesekali menghabiskan uang untuk hal unfadeah, gak apa kali ya.

"Ya udah deh."

Kayaknya bakal seru, soalnya di sini terdapat berbagai barang unik, entah harta karun apa yang bakal mereka dapat nanti.

"Oke sip, pukul enam sore kita udah ada di sini lagi ya." Reyno berucap sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri, membuat perkiraan yang pas supaya mereka gak terlalu kelamaan berburu barang. Ini masih jam lima lewat beberapa menit, cukup lah waktunya nanti.

Jian mengangguk, menurunkan tudung hoodie yang semula bertengger di kepala lalu nyentil hidung sekilas sambil masang muka songong, udah kayak mau ngikutin perlombaan serius aja itu anak.

"Gak boleh beli makanan ya." Jian mengangguk.

"Struk pembelian juga diikutsertakan, gak boleh lebih dari lima puluh ribu." Jian lagi lagi mengangguk kala Reyno mulai mengucapkan peraturan.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang