Chapter 31 - Sosok Lainnya

1.1K 254 82
                                    

Jian udah selesai sama proposal serta rancangan mengenai ulang tahun sekolah nanti. Untungnya kepala sekolah langsung menyetujui dan menyediakan anggaran untuk mereka gunakan, jadi sekarang tinggal sosialisasi dan juga mencatat siswa-siswi yang ikut ambil bagian.

Hari ini si tupai dateng kepagian, ya salahin aja rasa mules yang menyerang pas jam masih menunjukkan pukul lima pagi, belum lagi Jian gak bisa lanjut molor, sekalian aja ke sekolah.

Karena kelas masih kosong dan Adrian serta Reyno belum dateng, lelaki berpipi gembil itu jadi berakhir duduk di tangga yang ada di lorong lantai ini, menyumpal telinga make headseat sambil ngegumam kecil melantunkan lagu yang terputar di ponselnya. Belum banyak yang dateng, ngebuat suasana kerasa tenang, Jian suka.

Tapp...

Srett...

Mata si tupai membelalak begitu mendongakkan kepala karena merasakan kehadiran orang lain di hadapan. Dan bener aja, sosok lelaki tampan dengan postur tubuh cukup tinggi itu sontak berhenti di belokan tangga begitu ngelihat eksistensi lelaki menggemaskan satu ini.

Siswa tersebut nampak sedikit terkejut, pasalnya, di hari-hari lalu jam segini masih belum ada orang yang dateng, nah sekarang dia malah mendapati satu mamalia jadi-jadian yang ngehalangin jalan.

Buru-buru Jian ngegeser duduknya jadi mepet ke tembok, masih setia memperhatikan Darka yang masang wajah dingin khasnya.

Buru-buru Jian ngegeser duduknya jadi mepet ke tembok, masih setia memperhatikan Darka yang masang wajah dingin khasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi." Jian berujar sedikit terbata, ngerasa lumayan merinding sama aura yang pemuda itu pancarkan. Mereka jarang ketemu, alasannya apalagi jika bukan karena sifat ansos yang lebih tua.

Jangankan Jian yang notabenenya anak kelas lain, teman-teman sekelas Darka aja gak ada yang deket sama anak itu. Darka begitu tertutup, jarang interaksi sama orang, terlihat enggan membuka percakapan bahkan pas ada tugas kelompok, dia lebih memilih untuk meribetkan diri dengan membuatnya sendiri.

Setidaknya begitulah gosip yang menyebar di sekolah. Gak ada yang benar-benar tahu alasan lelaki tersebut jadi kayak gini, padahal parasnya begitu tampan. Kalau aja Darka bisa sedikit ramah, mungkin dia bakal jadi prince-nya sekolah. Berbeda dengan Bian yang disegani karena wibawanya, Darka dijauhi karena dibenci. Gak sepenuhnya dibenci juga, cuma ya orang-orang jadi males berinteraksi sama sosok tersebut. Dan Jian baru inget, kalau Darka gak lama lagi akan jadi saudara tirinya Reyno.

"Tcih."

Jian cengo, apa barusan pemuda berbibir tebal itu mendecih? Anjir, pantesan orang-orang pada dongkol. Padahal dia nyapa baik-baik, apa susahnya sih ngejawab 'pagi' juga. Itu hanya kata sederhana, bukan tombol untuk menembakkan rudal ke negara orang.

Astaga sabar Ji sabar.

Melenggang gitu aja tanpa memperdulikan si tupai, Darka membawa kaki jenjangnya untuk melangkah ke kelas dengan plang bertuliskan XI IPA 3 di atasnya.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang