Chapter 28 - Kehidupan Terus Berjalan

1.3K 282 43
                                    

Pulang sekolah, Adrian buru-buru balik ke rumah. Sore ini dia bakal datengin salah satu bar yang baru buka di daerah sana, tempat yang ngusung serta memfokuskan bisnis pada berbagai jenis minuman itu memerlukan beberapa pegawai, dan si koala akan nyoba ngelamar di sana.

Itu informasi dia dapet dari Ezra sih, entah dari mana lelaki tiang tersebut mendengar berita tentang bar ini, tapi yang pasti Adrian sangat berterima kasih. Gak apa lah part time, setidaknya jam kerja dimulai dari pukul enam sore sampai pukul dua belas malam, cukup baik, Adrian masih bisa istirahat serta datang ke sekolah tepat waktu.

Sampai di sana si manis lantas diwawancara, gak sulit-sulit banget, kerjaannya cuma nganter-nganter minuman sama nyatet pesenan doang, jadi Adrian bisa langsung diterima. Terlebih lagi pemuda tersebut memiliki paras yang menarik, begitu pas untuk ditugaskan di bagian depan.

Setelah kesepakatan tersebut, jam setengah enam ini Adrian udah dateng ke tempat itu lagi, lengkap dengan seragam yang dikasih, ngebuat dirinya kelihatan berlipat lebih manis. Ini hari pertamanya bekerja dan untungnya Adrina tengah berbaik hati mau mengantarkan, ya setidaknya si koala nyeret sang adik gara-gara ngerasa khawatir, gadis tersebut masih kelihatan terpukul dengan kepergian sang papa.

"Gue kerja dulu ya, lo mau pulang atau nongkrong di sini?" Adrian bertanya dari ambang pintu, posisinya lebih tinggi dari Adrina karena lelaki berfreckhles itu tengah berdiri di pijakan bar posisinya sedikit lebih tinggi dari trotoar.

Adrina mendongak, ngebuat tepukan sang kakak pada kepalanya menjadi terhenti, "Nongkrong bentar aja deh, nanti kalau gue gak ada, berarti udah pulang."

Yang lebih tua ngulas senyum tipis, dia pengen nemenin gadis cantik tersebut, tapi sayang banget di lain sisi dirinya harus mulai kerja. Memang benar masih ada beberapa menit lagi sebelum bar buka, tapi Adrian kan ingin memberi kesan baik, terlebih lagi ini hari pertama.

"Ya udah kalau gitu, gue ke dalem dulu. Kalau ada apa-apa panggil aja." Si cantik menganggukkan kepala.

"Udah segitu aja sedihnya, cantiknya nanti ilang." Terkekeh pelan, Adrian pada akhirnya meninggalkan Adrina seorang diri di depan bar tempatnya bekerja.

"Gue udah cantik sejak lahir." Bungsu keluarga Winanta itu menggumam pelan sebelum akhirnya ngehela nafas panjang, mendudukkan diri di pijakan bar sembari menumpukan kedua pipi pada telapak tangan, persis kayak anak ilang.

Dia gak ada tujuan khusus, beda sama sang kakak, Adrina masih belum bisa menemukan semangat hidupnya kembali. Dia gak bisa bangkit secepat Adrian, dan hal itu semakin membuat frustasi.

Perasaannya campur aduk, berimbas pada raut yang tertekuk murung. Adrina pada akhirnya memilih untuk mencondongkan tubuh ke depan, menenggelamkan wajah pada lutut yang tertekuk. Bodo amat lah dipandang gembel sama orang-orang yang lewat, Adrina hanya ingin meratapi nasib aja sekarang.

"Adiknya Adrian ya, Adrina?" Adrina mendongakkan kepala, sedikit mengernyit begitu melihat sosok lelaki asing yang berdiri di hadapannya. Gak asing asing banget, dia rasanya pernah lihat, tapi lupa di mana.

Menyadari kebingungan yang lebih muda, sosok tersebut mengulas senyum lebar, "Gue Jian, temennya Adrian." Ah iya bener, lelaki serupa tupai yang dia lihat di pemakaman.

"Kenapa di sini?" Adrina membuka suara, dia sebenernya gak terlalu tahu apa yang harus diucapkan, makanya asal nyeplos aja.

Jian nunjuk sebuah kresek berisi makanan sebelum akhirnya mengambil posisi duduk di samping Adrina. Tenang aja, masih ada tempat untuk orang kalau pengen masuk ke dalem bar, mereka gak terlalu ngehalangin jalan.

"Abis beli makan, lo sendiri?"

"Adrian minta dianter ke sini tadi."

Kening Jian kelihatan mengernyit, memutar pandangan ke belakang demi menelisik bangunan tempat Adrian bekerja, "Ngapain itu anak di sini?"

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang