Chapter 38 - Rasa Sakit

1.1K 236 51
                                    

Jian meringis pelan di bangsal UKS paling pojok. Beruntung banget dia tadi bisa lolos setelah sembunyi di bawah anak tangga, dan begitulah, si goblok Reyno bahkan gak kepikiran untuk ngecek ruang kesehatan, Jian selamat untuk sementara.

Beberapa luka yang kemarin kembali mengeluarkan darah, tapi tenang aja, Jian udah menangainya dengan cekatan. Setelah dilap make kapas yang diisi alkohol serta salep, Jian menghabiskan cukup banyak plaster luka untuk menembel bekas sayatan tersebut, oknum-oknum yang suka ngabisin stok plaster di UKS.

Setelah dirasa semua udah beres, Jian buru-buru mengancingkan seragamnya kembali sebelum ada orang yang melihat, bakal panjang urusan kalau aja ada yang tiba-tiba muncul di sana, terlebih lagi kalau sosok tersebut adalah Reyno, bisa diceramahin tujuh hari tujuh malem dia tuh.

"Hahh..." Menghela nafas panjang, Jian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, makin nelangsa ketika menyadari kalau bel masuk udah berbunyi semenjak beberapa menit yang lalu.

Jian gak mungkin balik ke kelas sekarang. Selain harus menghadapi Reyno, dia juga lagi gak berminat untuk kena setrap. Enak sih gak belajar tapi nilainya terancam berada di bawah rata-rata.

Memutuskan untuk bolos karena udah terlanjur, Jian berakhir menyembunyikan diri pada space yang udah tertutupi oleh tirai berwarna hijau, tempat yang bagus banget buat molor atau melakukan adegan mantap-mantap. Dan opsi pertama lah yang Jian pilih.

Si manis merebahkan dirinya secara perlahan, mencoba gak membuat suara yang keras supaya nanti dirinya gak diciduk sama penjaga UKS. Untung banget Jian mengantongi ponsel di saku celana, jadi sekarang dia masih bisa leha-leha tanpa terserang gabut.

Sambil ngebuka aplikasi fruit ninja, Jian mulai menikmati waktu bolosnya dengan ngebelah-belah buah-buahan di dalam game tersebut, namun mungkin karena gak terlalu fokus atau gimana, si manis jadi berkali kali ikut nebas bom, berakhir dengan kehilangan seluruh nyawa lalu game over.

Lagi, hela nafas panjang terdengar, rasanya sangat membosankan padahal Jian belum ada tiga puluh menit mendekam di sini. Memiringkan tubuh ke samping, si manis gak akan menepis sesuatu yang bersarang di kepalanya sekarang.

Jian menyesal udah kelepasan kemarin. Dia ngerasa bersalah kepada Tuhan, ngerasa bersalah ke orang tuanya dan ngerasa bersalah untuk Reyno.

Ini dilema, di sisi lain Jian pengen cerita untuk ngurangin beban, tapi di sisi lain pula dia gak mau mengecewakan siapa pun. Dia harus bilang apa sama Ibu Prof nanti? Psikiater tersebut pasti tahu kalau Jian udah gak mengkonsumsi obatnya secara rutin. Makin runyam jadinya.

Iseng-iseng buka aplikasi chat, Jian memutuskan untuk mengganggu Adrian di sela-sela pelajaran.

Jian

Pe pe pe

Woy burik

Terkirim.

Jian meletakkan ponsel di atas bangsal, gak terlalu mengharapkan balasan. Sambil bengong, tupai satu itu menimang apakah harus minta saran ke temannya itu atau enggak. Setidaknya kalau cerita ke Adrian, mungkin Jian bisa mendapat kalimat 'gak apa Ji, toh itu bukan keinginan lo, lo ngelakuinnya karena tertekan'.

Pemuda menggemaskan itu hanya perlu sedikit kata-kata penghibur.

Ting!

Kaget, buru-buru Jian ngambil benda pipih tersebut lalu membuka pesan balasan dari seberang. Ternyata lelaki berfreckhles itu suka curi-curi waktu main ponsel di tengah jam pelajaran.

Adrian

Kenapa njing?

Lo bolos gak ngajak-ngajak bangsat.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang