Chapter 34 - Setiap Orang Memiliki Alasan

1K 244 34
                                    

Reyno sama Jian lagi jalan di koridor siang ini, sibuk saling ngerangkul dengan Reyno yang ngapit hidung mungil Jian sedangkan si tupai asik nyubitin perut sang dominan. Rusuh banget lah, ngeledek satu sama lain lalu ketawa tawa gak jelas.

Tentu hal itu mengundang lirikan iri dari orang-orang yang gak sengaja papasan sama mereka, pasangan itu terlihat begitu mesra dan serasi, mampu ngebuat siapa pun bakal ngerasa pengen ada di posisi mereka. Tapi sayangnya baik Reyno atau Jian kelihatan cukup cuek dengan siswa-siswi lain, mereka akan menyapa seadanya lalu melengos pergi ke tempat tujuan.

"Eh No, itu Darka sama Gabriel kan?" Jian menghentikan langkah sambil merentangkan tangan di depan Reyno, ngasih kode supaya pemuda tampan tersebut ikutan berhenti juga.

Reyno mengernyitkan kening bingung, ngikutin arah pandang Jian lalu menganggukkan kepala singkat, "Iya, paling dirusuhin lagi."

Terkekeh geli, kedua pemuda tersebut memilih untuk diam sejenak sambil mandang Darka serta Gabriel yang kelihatan di koridor seberang lapangan. Jelas banget si dower keganggu sama kehadiran sang adik kelas, bahkan pemuda itu secara terang-terangan kabur dari Gabriel, ya meski si rubah bakal teriak-teriak sambil ngejar.

Menggelengkan kepala gak habis pikir, Jian memilih untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran, "Mereka konyol banget ya."

Yang lebih tua menggangguk tanda setuju, "Bener banget, Gabriel ternyata belum nyerah juga."

Reyno sama Jian saat ini cuma lagi lupa diri aja, mereka terkadang juga bakal sama konyolnya. Ngerasa gak ada yang diperlukan lagi serta waktu istirahat yang terbatas, lelaki kelahiran Oktober tersebut memilih untuk kembali ngerangkul pundak sempit yang lebih muda, narik tubuh Jian supaya semakin dekat dengannya lalu mulai berjalan pergi.

Jian awalnya ngelirik lengan yang melingkar di bahunya, tapi dia biarin aja. Toh rasanya nyaman meski sedikit berat. Ah ya, mereka pengen pergi ke vending machine buat beli sekaleng minuman bersoda. Di kantin ada, tapi pasti bakal rame. Letak vending machinenya ada di sisi samping gedung, deket sama spot berisi kursi-kursi dari beton serta pepohonan rimbun untuk berteduh.

"Mau apa Ji?" Reyno bertanya ketika mereka sampai, ngelepas rangkulan lalu merogoh saku celana untuk ngambil uang.

"Gue coca-cola aja lah." Jian berucap sambil ngelihat-lihat beberapa merk minuman di dalam benda tersebut. Reyno mengangguk paham, memasukkan selembar uang lalu neken tombol dihadapan kaleng berwarna merah itu sebanyak dua kali.

Klangg...

Dua minuman terjatuh di kolong yang terdapat di bagian bawah mesin, Reyno langsung mengambil pesanannya dengan Jian, ngebuka kedua kaleng soda tersebut lalu nyerahin salah satu untuk si manis.

"Thanks, No." Jian ngulas senyum sambil sedikit mengangkat kaleng sodanya, ngerasa berterima kasih karena Reyno yang beliin.

"Sip masama."

Karena waktu istirahat yang masih lumayan lama, mereka memilih menetap dulu di sana selama beberapa menit, males balik ke kelas soalnya riuh, biasa lah, anak-anak cewek sama Dimas pada ngegosip ini itu.

Jian berdiri dengan punggung menyandar pada vending machinenya, sebelah kaki sedikit tertekuk dengan alas sepatu menempel pada mesin minuman. Tenang aja, gak ninggalin jejak kok. Reyno sendiri, dia memilih untuk berdiri dalam posisi menyamping, menghadap ke Jian dengan pundak bagian kanan bersandar pada mesin minuman yang sama.

Untung aja itu benda kagak rubuh akibat ulah dua manusia kurang kerjaan. Sambil menyesap soda yang ada di tangan, mereka mulai larut dalam pikiran masing-masing. Tapi gak terlalu lama karena Jian memutuskan untuk melontarkan apa yang tengah bersarang di kepala.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang