Chapter 13 - Beban Di Pundak

1.6K 371 79
                                    

Jian tengah duduk bengong di pinggir kolam ikan milik sang mama yang terletak pada bagian belakang rumah. Gak ada alasan khusus, pengen aja gitu sesekali ngejernihin pikiran sambil ngelihatin koi yang berenang ke sana kemari dan tertawa. Oke itu serem.

Manik indah tersebut menatap gak fokus pantulan dirinya dari air di bawah sana, baju oversize yang Jian kenakan sedikit melorot menampilkan bahu putih yang gak lagi mulus. Mendadak, Jian kepikiran tentang perkataan Reyno di rooftop tadi, ingatannya berkelana tanpa diminta.

"Hhh..." Hela nafas terdengar, ngerasa buruk atas dirinya sendiri.

Ini sebuah dilema.

Entah udah berapa kali Jian ngebuat Tuhan marah, entah seberapa banyak penyesalan yang dia rasakan selama ini dan entah udah ke berapa kalinya dia justru mengecewakan diri sendiri. Ini memang bisa jadi bahan perenungan untuk melangkah ke pribadi yang lebih baik, tapi semakin dipikirkan, semakin jelas rasa bersalah itu muncul, lalu ujung-ujungnya Jian malah melakukan tindakan bodoh lagi.

Kenapa sesuatu yang sederhana bisa berubah rumit kalau udah diproses oleh pikiran?

Natap luka-luka tersebut, gigi si tupai bergemelatuk cukup keras, ngerasa marah dengan diri sendiri yang gak bisa menepati janji. Lagi, pemuda manis itu ngehela nafas panjang, dia gak bermaksud, tapi semuanya terjadi gitu aja setiap mentalnya kembali down.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
t r e n d
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Reyno baru pulang ke rumah dan sialnya dia harus mendapati hal yang kurang mengenakkan. Pemandangan di depan sana membuat luapan amarah langsung menyeruak masuk ke dalam rongga dada, memacu jantung Reyno untuk berdetak lebih cepat dari yang seharusnya.

Kenapa mamanya udah di rumah sekarang? Bukan, bukan itu yang menjadi pokok masalah, melainkan, kenapa sang papa juga ada di sana?

Pasangan yang udah cerai tersebut kelihatan saling beradu argumen cukup sengit di halaman rumah. Bisa Reyno lihat sang mama yang berusaha ngusir mantan suaminya namun di sisi lain pria tersebut justru bersikukuh gak mau pergi.

Ck, lagi-lagi situasi kayak gini.

Sedikit informasi, sebenernya pria paruh baya tersebut cinta sama mereka, Reyno tahu hal itu. Hanya saja, karena emosi yang gak terkendali dan juga sikap kasar bawaan, ngebuat sang papa jadi ringan tangan.

Perilaku kasar sang suami yang gak pernah segan memakai kekerasan ngebuat mama Reyno gak mau bertahan. Mereka jadi sering berantem dan Reyno sering menyaksikan adegan gulat yang lebih seru dari ajang MMA.

Bukan tanpa alasan, luka di masa lalu bisa ngerubah seseorang menjadi sumber luka bagi orang lain. Kehidupan Galang dulu keras, dirinya dididik terlalu berlebihan oleh kedua orang tua. Hukuman fisik udah jadi makanan sehari-hari, sejak kecil papanya Reyno sering dipukuli, dibentak, dikurung dan hal-hal gak manusiawi lainnya.

Jangan heran, pada masa itu kekerasan anak belum terlalu menjadi sorotan, beda sama sekarang yang mana hal ini udah diatur dalam undang undang perlindungan anak. Dan begitulah, tanpa sadar Galang tumbuh menjadi pribadi yang tempramental, kasar dan bersikap keras. Untung gak jadi psikopat.

Papanya Reyno juga masih agak gak iklas dengan kandasnya hubungan rumah tangga mereka, hal itulah yang menjadi alasan kenapa dia berada di sini sekarang, hanya untuk meminta sang istri kembali meski udah terlampau terlambat.

Ngelihat situasi yang makin buruk dan sang papa hendak ngangkat tangan guna melayangkan tamparan, Reyno langsung lari untuk ngelindungin mamanya.

Srett...

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang