Chapter 43 - Sesuatu Yang Hilang

982 218 114
                                    

Belakangan ini Jian jadi agak aneh, pemuda berpipi gembil tersebut nampak lebih sering memperhatikan ponsel disertai wajah tegang. Jian hanya ngerasa resah entah karena apa.

Dan hal itu gak luput dari pengamatan sang dominan, sejak tadi Reyno cuma duduk diem sambil mandang Jian yang sibuk sendiri di mejanya. Lelaki berhidung bangir itu gak curiga kalau Jian main belakang, dia justru ngerasa khawatir mengingat kegelisahan yang sedikit terpancar dari wajah sang kekasih. Reyno udah nanya, tapi Jiannya bilang semua baik-baik aja. Susah kalau udah gitu, dipaksa pun si tupai gak akan mau ngomong.

Srett...

Nah, sekarang aja contohnya.

"Ji, mau kemana?" Reyno membuka suara ketika Jian tiba-tiba bangkit berdiri, masalahnya bentar lagi guru yang mengisi mapel bakal dateng.

Yang lebih muda menoleh sebentar, ngulum bibir bagian bawah sebelum akhirnya ngehela nafas sekali, "Mules gue Ho, mencret sejak kemarin, nanti izinin ya kalau gurunya udah dateng."

"Tapi-"

Tanpa menunggu jawaban Reyno, pemuda manis itu udah main ngacir aja, jalan cepet keluar kelas dengan ponsel di genggaman. Menyusuri lorong, Jian akhirnya berhenti ketika sampai di tangga yang menghubungkan lantai satu, dua dan tiga, tubuh mungil itu dia pepet-pepetin ke tembok, masuk di antara celah yang ada.

"Si bangsat satu itu." Ngumpat pelan, Jian buru-buru membuka salah satu aplikasi chat yang dia punya, menampilkan pesan teratas dari nomor gak dikenal, tapi remaja bermata bulat itu tentu tahu siapa pemilik kontak tersebut.

Wira Agustian.

Jian dibuat hampir gila, gak peduli seberapa keras dia ngeblok, menghapus atau mengabaikan lelaki tersebut, Wira tetep aja meneror dengan kalimat-kalimat menyakitkan. Melapor pun rasanya percuma, yang ada masalah jadi makin runyam, Jian ingin menghindari segala hal yang akan membuuat mentalnya kembali down, sebisa mungkin dia akan mencoba untuk bodo amat untuk hal satu ini.

Sejak beberapa hari lalu chat dari Wira dia abaikan, namun berbeda untuk kali ini. Si bangsat udah bawa-bawa Reyno dalam perseteruan mereka, ngebuat Jian memutuskan untuk mengetikkan pesan balasan untuk sosok tersebut.

Dia memilih untuk kabur dari kelas karena khawatir kalau orang lain bakal tahu, si manis cuma gak mau merepotkan atau ngebuat teman-temannya terganggu nanti, lebih baik dia simpan sendiri lalu bereskan secepatnya.

Jian

Jangan bawa-bawa nama Reyno

Berhenti ngeganggu hidup gue

Mati lo sana, bajingan!

Diread.

Typing.

Jian langsung ngeblok nomornya. Hahh... entah sampai kapan tekanan ini akan dia rasakan. Jian yakin gak lama lagi pasti bakal ada nomor baru yang muncul. Wira emang seniat itu.

Si manis udah pasrah, gak mungkin kan dia ngeganti semua media sosial, bakal ribet banget, terlebih lagi ada info-info penting di sana. Dan juga, gak ada jaminan kalau dengan mengganti akun media sosial, Wira gak akan bisa menemukannya. Jadi ya udah deh diemin aja untuk sementara, Jian gak mau meribetkan diri.

Mengantongi ponsel kembali, tupai satu itu menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya memantapkan diri untuk kembali ke kelas sebelum guru yang mengajar sampai di sana.

Pemuda satu itu cuma gak tahu, kalau sejak tadi ada satu orang yang setia memperhatikan dari balik pilar.

Darka Septa Admaja.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang