Chapter 44 - Penebusan

984 229 88
                                    

Bughtt!!

"Bangsat!" Reyno mengumpat setelah ninju tembok dengan sekuat tenaga, dia gak peduli sama memar atau mungkin retakan yang bisa aja tulangnya dapat ketika menghantam benda keras tersebut.

Emosi bergejolak sampai ke ubun-ubun begitu mendapati sebuah fakta menjengkelkan, udah cukup dia ngerasa buruk akibat perkataan tadi, sekarang pemuda itu ngerasa makin buruk setelah tahu kalau Jian menyembunyikan sesuatu selama ini.

Bukan, Reyno gak marah ke si tupai, melainkan pada sosok teman lama yang masih aja bajingan sampai sekarang.

Jian pergi entah kemana, kabur tanpa bisa Reyno cegah. Lelaki tampan itu udah mencoba mencari ke segala penjuru rumah, namun sayangnya nihil, motor Jian masih ada di garasi, berarti anak itu emang kabur dengan jalan kaki.

Jian juga gak bawa ponsel, benda pipih tersebut kini ada di genggaman Reyno, diremat cukup kuat begitu pemuda berhidung bangir tersebut menghidupkan dayanya. Pandangan berubah dingin setelah mengingat deret pesan yang masuk ke sana, si sialan Wira, lihat aja, Reyno akan membuat perhitungan.

Sungguh, lelaki kelahiran Oktober itu sama sekali gak menyangka kalau Jian mendapat teror selama beberapa hari ini, pantes aja kesayangannya bertingkah aneh belakangan ini, jadi kecurigaan Reyno ternyata bener.

"Kenapa lo gak bilang sih Ji?" Reyno mengusap wajah kasar, memilih untuk mengantongi ponsel sang kekasih lalu naik ke motornya guna pergi ke tempat Wira, satu atau dua pukulan terdengar menarik.

Setelah pamit ke Pak Agus –beliau juga gak ngelihat Jian kabur tadi, Reyno memacu motor secara gila-gilaan menuju rumah keluarga temannya, dia tahu alamat tempat tinggal Wira mengingat dirinya dulu sempet temanan sama sampah satu itu.

"Wira Agustian, lo bakal hancur abis ini." Reyno gak akan main-main dengan ucapannya.

━━━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━━━
t r e n d
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Bught bught bught!!

Pukulan brutal Reyno layangkan, gak peduli dengan sosok di bawahnya yang mulai terkulai lemah. Pemuda itu benar-benar gila, menghampiri anak orang lalu ngebonyokin tepat di halaman rumah, untung aja mama Wira lagi keluar dan untung juga tetangga gak ada yang peduli-peduli amat, jadi Reyno bisa bebas beraksi.

"Brengsek! Apa-apaan lo No?!" Wira teriak kesel pas Reyno menjeda pukulan, serius, sampai sekarang dia gak ngerti kenapa lelaki berhidung bangir itu dateng-dateng langsung melayangkan bogeman. Rasanya Wira gak ada bikin salah sama temannya itu.

Reyno masih menduduki perut si bajingan, natap nyalang serta penuh kebencian. Kerah Wira dia cengkram kuat, membuat yang lebih tua merasa tercekik. Pemuda itu pengen ngelawan, tapi dia kalah telak, sejak dulu tenaga Reyno emang lebih unggul, apalagi pas ngamuk kayak sekarang.

"Jangan ganggu Jian lagi." Reyno berucap dingin, bangkit dari posisi menduduki Wira lalu menyeret anak itu sebelum akhirnya dihimpit pada pilar rumah besar tersebut. Reyno masih setia dengan tatapan yang seolah siap membunuh kapan pun.

Wira meringis pelan, memandang gak mengerti sosok di hadapan. Sedikit info aja, Wira masih gak tahu tentang hubungan Reyno dan Jian, dia pikir kalau mereka cuma sebatas kenalan.

"Gue gak ngerti-"

Reyno ngeludah ke samping, membuang liur bercampur darah akibat luka sobek ketika dirinya mendapat serangan balasan dari Wira tadi. Pemuda itu memainkan mulut serta mengarahkan pandangan ke arah lain, seolah udah muak dengan kata yang dilontarkan sosok bajingan di hadapannya.

Trend; Self Injury [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang