Bab 1

139K 17.9K 2.1K
                                    


RENDRA



"Damn it!"

Aku mengumpat pelan saat sebuah sepeda motor memotong di depan mobilku tanpa aba-aba hingga membuatku harus mengerem mendadak kalau nggak ingin menabrak.

Ternyata nggak banyak yang berubah walaupun bertahun-tahun telah berlalu sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki di Indonesia. Penduduk negeri ini tetap kurang peduli pada aturan, terutama aturan dalam hal berkendara di jalan raya.

Aku menghela napas, menatap hujan deras yang mengguyur bumi padahal tadi saat keluar rumah cuaca cerah. Jalanan jadi macet, sudah pasti aku akan terlambat menghadiri acara reuni padahal biasanya aku orang yang paling tepat waktu.

Aku nggak memperhitungkan hujan ataupun kemacetan. Terlalu lama tinggal di luar membuatku lupa dengan yang namanya macet. Well, ini Indonesia, dimana macet sudah menjadi budaya, begitu juga banjir. Mungkin Surabaya nggak separah Jakarta, tapi tetap saja terjadi. Aku geleng-geleng kepala melihat genangan air yang sudah mencapai seperempat ban mobil padahal hujan baru turun lima belas menit.

Kakiku kembali menginjak rem saat mobil di depanku berhenti, tampaknya kemacetan semakin menjadi. Aku melirik Richard Mille di tangan kanan dan hanya bisa menghela napas pasrah melihat waktu yang tentu saja tetap berjalan sebagaimana mestinya walaupun mobil berhenti. Aku benar-benar akan terlambat, dan aku paling benci terlambat.

Aku mengetuk-ngetukkan jari dengan tak sabaran di atas setir. Lagu Everything Has Changed dari Taylor Swift feat. Ed Sheeran mengalun di radio. Perlahan ketukan jariku pun jadi mengikuti irama lagu.

All I know is we said, "Hello"
Your eyes look like comin' home
All I know is a simple name
And everything has changed
All I know is you held the door
You'll be mine and I'll be yours
All I know since yesterday
Is everything has changed

Derasnya hujan diiringi lagu nostalgia membuat benakku terlempar ke masa lalu. Ke suatu masa dalam hidupku yang mungkin masih kusesali hingga saat ini. Jika aku bisa memutar waktu dan kembali ke masa itu, apakah aku ingin mengubah sesuatu? Lantas bagian mana yang ingin kuubah?

Apakah saat selembar kertas terbang tertiup angin dan jatuh tepat di pangkuanku yang tengah duduk di bawah pohon akasia di hari pertama SMA?

First time I met her.

Gadis berseragam putih abu-abu yang berdiri di balik jendela perpustakaan, tengah memandang kertasnya yang terbang tertiup angin. Gadis cantik berwajah sendu yang langsung memikat hatiku.

Nadia Sasmita Sandhi.

Itu namanya, terukir indah dengan tinta hitam di atas lembaran kertas putih.

Aku melangkah mendekat, mengembalikan kertas itu padanya sambil mengembangkan sebuah senyum kecil lalu berlalu. Hanya itu. Waktu itu umurku baru 15 tahun, aku belum pernah merasa tertarik pada perempuan sebelumnya. Itu pertama kalinya. Sebuah perasaan baru, and I didn't know how to handle it. Aku tersenyum mengingat saat itu. Terlalu manis untuk diubah, jadi rasanya aku nggak ingin mengubahnya.

Mungkin saat yang lain, di penghujung masa SMA, ketika aku tengah bermain basket di lapangan dan tiba-tiba hujan deras mengguyur bumi. Aku harus berlari mencari tempat berteduh dan akhirnya berhenti di bawah kanopi tepat di luar jendela perpustakaan.

Seperti biasa dia duduk di sana dengan buku di tangan. Ia terlihat serius membaca. Namun bukunya yang terbalik dan pipinya yang memerah memberiku petunjuk kalau dia menyadari kehadiranku tapi pura-pura nggak menyadari. Aku tersenyum geli lalu berdiri menyamping agar bisa fokus menatapnya.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang