Bab 5

108K 15.8K 4K
                                    

Haiii, kecepatan nggak sih update-nya? 🤔🤔🤔

RENDRA

"Hai, Ren." Suara lembut Nadia menyapa sementara aku masih terpaku tak berkedip menatapnya.

Rasanya masih tak percaya wanita yang kini tengah berdiri di hadapanku adalah benar-benar Nadia. Bertahun-tahun aku berusaha mencari informasi tentangnya tanpa ada hasil, kini tiba-tiba saja dia muncul.

Benarkah wanita cantik bertubuh sexy yang sedang berdiri di hadapanku adalah Nadia? I mean aku selalu tahu kalo Nadia itu cantik, tapi sexy?

Damn! Sejak kapan tubuh Nadia jadi berlekuk begitu indahnya? Didukung dengan turtle neck knit midi dress warna hitam yang membungkus erat tubuhnya, menegaskan bagian-bagian tubuhnya yang menyempit dan membulat di tempat-tempat yang tepat. Dia terlihat sexy tapi tetap elegan.

Rambutnya yang dulu hitam panjang dan biasa dikuncir ekor kuda kini tergerai sebahu, masih tetap hitam namun kini dihiasi sulur-sulur kecoklatan yang menambah kesan sexy-nya. Nadia nggak pernah suka memakai make up namun hari ini make up tipis menghias wajahnya.

Aku selalu menyukai bentuk bibirnya yang menyerupai buah plum, padat berisi serta selalu terlihat lembab dan segar. Bibir yang seakan diciptakan memang untuk dilumat. Kissable lips. Warnanya sejak dulu selalu merona merah alami namun saat ini sapuan lipstik tipis sewarna bibir memberi kesan basah berkilat yang seakan mengundang untuk dinikmati.

Aku jadi teringat saat pertama kali menciumnya di bawah hujan, bibirnya yang basah oleh air hujan terlihat sangat menggoda hingga aku nggak bisa menahan diri. Dan saat ini aku kesulitan melepaskan tatapan dari bibir itu, seperti seorang bajingan aku ingin mencicipinya lagi. Setelah apa yang aku lakukan padanya, aku masih punya pikiran seperti itu. Apa lagi namanya kalo bukan bajingan?

Dehaman Nadia akhirnya mau nggak mau membuatku mengangkat muka dan menatap matanya. Yang sungguh sangat dingin. Jika dia punya kekuatan seperti Elsa di film Frozen mungkin aku sudah dibuat beku saat ini. Aku bergidik membayangkannya.

Aku tersenyum, berusaha terlihat kalo semua baik-baik saja. Dan semua memang baik-baik saja. Enam tahun telah berlalu. Nggak mungkin dia masih membenciku sampai saat ini kan? Nadia juga terlihat baik-baik saja, sangat mempesona malah. Mungkin dia sudah punya kekasih yang membuatnya ingin selalu terlihat cantik.

I mean look at her, wanita secantik dan seseksi dia mustahil nggak punya pacar. Atau mungkin malah suami? Ya Tuhan, kenapa membayangkan Nadia sudah bersuami membuatku rasanya ingin muntah? Perutku menegang dan melilit nyeri. Mungkin aku telat makan hingga maag-ku kumat.

Sejak kapan kamu punya penyakit maag, Ren? Otakku yang selalu sok pintar meledek.

"Hei, bisa kita bicara? Just the two of us?" Akhirnya aku bisa menguasai diri.

Suasana di sekeliling kami semakin nggak kondusif, lirikan-lirikan penasaran kini sudah berubah menjadi tatapan ingin tahu terang-terangan. Kami sekarang sudah jadi tontonan, dan aku melihat Nadia mulai terlihat nggak nyaman.

Sesaat wajah Nadia terlihat keberatan namun akhirnya dia menghela napas dan mengangguk. Mungkin dia juga nggak mau lebih lama lagi jadi tontonan orang-orang. Nadia memang selalu seperti itu, jarang mau terlihat, lebih suka menikmati kesendiriannya, lebih senang menjadi penonton daripada orang yang ditonton.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi dia melangkah melewatiku dan berjalan terlebih dahulu. Aku menyempatkan diri pamit pada yang lain lalu berbalik dan berjalan mengikutinya.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang