Bab 13

93.6K 14.7K 2.5K
                                    

Haiii, I'm back...sorry lama hehe, thank you buat yang selalu setia menunggu cerita ini. Enjoyy...

 Enjoyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENDRA

Aku menatap kagum pada bangunan bernuansa rustic yang didominasi kayu, batu-bata serta sulur-sulur tanaman merambat berwarna hijau di hadapanku. Bangunan itu seperti bangunan tua yang terawat baik. Walaupun aku cukup yakin itu sebenarnya bukan bangunan lama, namun arsiteknya berhasil memberi kesan old but classic. Sangat berbeda dengan toko-toko di sebelahnya yang lebih banyak menerapkan gaya arsitektur modern minimalis. Bangunan itu jadi terlihat unik dan langsung menarik perhatian orang-orang yang kebetulan melintas di jalan.

Papan nama kayu bertuliskan Cherised yang diukir dengan huruf-huruf artistik dipajang di depan toko membuatku yakin kalau bangunan itu memanglah tempat yang aku cari. Cherised ternyata adalah sebuah toko merchandise eksklusif yang bahkan sudah punya cabang di beberapa tempat. Aku menghela napas lega, sangat bersyukur karena ternyata kehidupan Nadia sungguh baik-baik saja.

Lalu sebenarnya buat apa kamu datang, Ren? Kamu sudah punya kehidupan sendiri, begitu juga dengan Nadia. Kenapa nggak dengar omongan Nina and just let go?

Itu pertanyaan yang membuatku nggak bisa tidur sepanjang malam padahal badan rasanya remuk setelah menyetir nonstop dari Surabaya ke Bali. Aku tiba di Denpasar pukul 12 malam dan langsung check in di hotel. Saat tubuhku akhirnya rebah di tempat tidur barulah otakku mulai mempertanyakan. Buat apa sebenarnya aku datang?

Aku berangkat ke Bali dengan sangat impulsif, bahkan tanpa tahu sebenarnya untuk apa. Well, untuk bertemu Nadia tentu saja, lalu setelah itu apa? Jawabannya belum juga kutemukan bahkan hingga akhirnya aku ketiduran menjelang subuh.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk turun dari mobil. Aku sudah sampai di sini. Setidaknya aku harus bertemu dengan Nadia, kan? Ramainya mobil yang lalu-lalang membuatku menunggu sejenak sebelum bisa menyebrang. Saat itulah sebuah perasaan seperti sedang diamati membuatku mengangkat kepala dan melihat seseorang tengah menatapku dari balik jendela besar yang ada di lantai dua toko. Seorang wanita cantik bagai lukisan. Refleks senyumku terkembang tapi sayangnya nggak mendapat sambutan.

Sepertinya kedatanganmu nggak diharapkan, Ren. Ledek otakku yang sok pintar.

Aku menghela napas lalu melangkah menyebrang jalan saat lalu lintas mulai lengang. Diharapkan atau nggak, aku sudah terlanjur datang. Hanya bisa berharap Nadia nggak memanggil satpam untuk mengusirku.

Rasa kagumku semakin bertambah saat meliha interior toko yang menakjubkan serta pernak-pernik yang dijual di sana. Semua terlihat unik dan artistik. Beberapa karyawan yang mengenakan kaos putih berloge Cherised masih terlihat sibuk melayani pembeli maka aku menyibukkan diri dengan melihat-lihat merchandise yang ditawarkan. Sebuah jaket jeans langsung menarik perhatianku. Di bagian belakangnya tertulis hand lettering quotes berwarna hitam.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang