PROLOG

316K 19K 2.1K
                                    

My favourite journey is looking out the window

-Edward Gorey-

Saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, guru-guru sering bertanya.

"What is your favourite thing to do, Nadia?"

Dan tanpa ragu aku akan menjawab.

"My favourite thing to do is looking out the window, Miss."

Semua teman-temanku akan tertawa, mungkin bagi mereka itu lucu tapi jawaban itu sungguh berasal dari hatiku.

Memandang ke luar jendela adalah kegiatan yang sangat kunanti-nantikan setiap harinya. Aku suka, hanya duduk diam menatap dunia melalui sebuah jendela.

Rasanya bahagia jika berada dalam satu ruangan berjendela besar yang terbuka lebar di mana cahaya matahari dan semilir angin dapat menerobos masuk dengan bebasnya.

Kesukaanku pada jendela terbawa hingga aku remaja. Memasuki masa SMA, ruangan yang paling kusuka di sekolah adalah perpustakaan. Terutama di bagian belakang, tempat sebuah bangku kayu diletakkan persis di sebelah jendela. Jendela ganda dengan model lengkung klasik yang terbuat dari kayu bercat biru. Kedua sisinya terbuka lebar menampilkan pemandangan suasana sekolah lengkap dengan segala aktifitasnya.

Setiap pagi aku datang ke sini, tak pernah absen sekalipun. Bu Rini, petugas perpustakaan, akan tersenyum saat melihatku, sudah hapal rutinitasku setiap pagi bahkan sebelum ada satu murid pun tiba di sekolah.

Aku akan duduk di bangku kayu dan melakukan kegiatan yang paling aku suka, memandang ke luar jendela.

Ada saja hal-hal menarik yang membuatku tersenyum, seperti birunya langit berhias gumpalan awan putih dengan berbagai bentuk yang unik atau tiga pohon akasia yang berdiri berjajar di pinggir lapangan sekolah, menghadirkan rasa sejuk tapi juga decak gemas petugas kebersihan sekolah karena daun-daun dan bijinya yang tak pernah berhenti berguguran.

Belum lagi aktivitas para siswanya yang nggak pernah membosankan untuk dilihat. Pasangan-pasangan baru jadian yang saling curi pandang, beberapa cowok yang duduk di dekat gerbang dan menggoda setiap cewek cantik yang baru datang, cewek-cewek yang sedang asyik bergosip di bangku taman, dan gerombolan cowok yang sempat-sempatnya main basket di lapangan sambil menunggu bel berdentang.

Kegiatan ini menyenangkan, seperti menonton sebuah film tanpa alur yang jelas. Aku bisa menikmatinya dengan santai tanpa perlu berpikir keras.

Seperti halnya menonton film, selalu ada momen yang sangat kunanti-nantikan dari rutinitas pagiku ini. Momen ketika satu sosok muncul dari balik pintu gerbang sekolah, berjalan santai dengan satu tangan memegang tali tas ransel hitamnya yang hanya disandang di satu bahu dan satu tangan lainnya masuk ke dalam saku celana abu-abunya.

Selalu seperti itu, ia lalu akan melangkah ke lapangan basket tempat teman-temannya sedang bermain, meletakkan tasnya di pinggir lapangan dan ikut bergabung bersama mereka memperebutkan si bola oranye.

Narendra Sangkala Surya, atau yang oleh teman-temannya biasa dipanggil Rendra.

Sosoknya jangkung cenderung kurus. Rambutnya agak panjang hingga mencapai kerah kemeja putihnya. Kemeja yang ujungnya sering kali keluar sebagian dari celana akibat terlalu bersemangat mengejar bola.

Celana abu-abunya cingkrang, mungkin karena nggak ada ukuran yang disediakan pihak sekolah yang bisa menampung kaki panjangnya, atau dia malas beli yang baru karena beberapa bulan lagi sudah kelulusan.

Anehnya, bukannya kelihatan culun malah semakin menambah aura kerennya. Seperti mengikuti trend celana idol Korea, padahal dia selalu memutar bola mata saat adik-adik kelas memanggilnya Oppa.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang