Bab 10

106K 14.3K 1.8K
                                    

Rendra datang lagi dengan otak sok pintarnyaa, enjoyy...

Rendra datang lagi dengan otak sok pintarnyaa, enjoyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENDRA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENDRA

"Pagi, Mas Rendra."

Pak Imam, satpam rumahku menyapa saat membuka pintu gerbang. Aku mengangguk singkat lalu menjalankan mobil memasuki rumah dan memarkirnya di halaman.

"Mas, dicariin Ibu dari kemarin, kok nggak pulang semalaman katanya."

Pak Imam memberi info begitu aku turun dari mobil. Aku menghela napas, kemarin terlalu 'sibuk' dengan Nadia membuatku lupa mengabari Mama kalo aku nggak pulang. Aku juga sudah terlalu terbiasa hidup seorang diri. Nggak ada tanggung jawab memberi kabar keberadaanku pada siapa pun, nggak ada kewajiban untuk menjelaskan apa pun yang kulakukan.

Tapi sudah seminggu ini aku kembali ke rumah. Mama langsung melotot waktu aku bilang mau sewa apartemen selama di Surabaya.

"Sudah enam tahun kamu nggak pulang, dan sekarang pulang hanya sebulan kamu mau tinggal di apartemen? Jangan pulang sekalian," omel Mama waktu itu.

Aku hanya bisa meringis. Sebenarnya bukan aku nggak mau tinggal di rumah, tapi hubunganku dengan Papa kurang baik semenjak kejadian enam tahun lalu ketika aku melepaskan segala tanggung jawab dan pergi.

Seumur hidupku, Papa nggak pernah sekali pun main tangan, tapi malam itu aku babak belur oleh kepalan tangannya. Mama juga sangat kecewa padaku, ia menangis tiada henti. Tapi yang namanya seorang Ibu hatinya pasti melunak melihat anaknya lebam-lebam dengan bibir robek mengucurkan darah. Mama memohon agar Papa berhenti dan segera memanggilkan dokter keluarga untuk memeriksa kondisiku.

Aku menghela napas berat mengingat kejadian itu. Itulah sebabnya selama enam tahun ini aku nggak pernah pulang. Mama dan Karenina , my only sister, cukup sering mengunjungiku tapi Papa nggak pernah ikut. Belakangan barulah akhirnya Papa mulai mau bicara denganku di telepon. Walaupun hanya beberapa patah kata tapi aku sudah cukup bersyukur. Karena itu tahun ini aku memutuskan untuk pulang mengunjungi orang tuaku.

Dari Balik Jendela (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang