Part 46

5.1K 316 74
                                    

"Nadhifa!"

Suara keras yang memanggil membuat Nana dan Ferdi terkesiap. Keduanya menoleh ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya Nana saat melihat siapa yang memanggil. Sosok lelaki berbadan tegap yang mengenakan baju takwa dan sarung lengkap dengan peci di kepala itu sepintas sangat mirip dengan Fathan.

"Gus Ikram ...," ucap Nadhifa spontan. Ia tak menyangka sang adik ipar sudah berada di hadapannya. Lelaki itu memang memiliki perawakan dan wajah yang selintas sulit dibedakan dengan suaminya. Hanya warna kulit Gus Ikram lebih gelap dengan gaya pakaian lazimnya keluarga pesantren yaitu memakai baju takwa, sarung dan peci, bahkan kadangkala memakai jubah dan sorban. Sementara Fathan lebih sering berpakaian modern layaknya masyarakat biasa.

"Mbak Na, maaf sebelumnya. Semoga Njenengan masih inget kalau saya adalah salah satu yang ngajarin Njenengan soal ilmu agama. Karena Njenengan nikah sama Mas Fathan, saya harus manggil Njenengan 'mbak' ...."

"Gus, ini bukan seperti yang Njenengan lihat ...." Nadhifa berusaha menjelaskan kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Melihat dirinya berduaan dengan Ferdi, apalagi tangan Ferdi sedang mengelus perutnya, pasti membuat Ikram suudhon.

"Mbak Na, urusan rumah tangga Njenengan dan Mas Fathan bukan urusan saya. Sayapun tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Hanya saya harap Njenengan bisa lebih menahan diri. Bagaimanapun Mas Fathan masih sah suami Njenengan. Jagalah marwah beliau dan keluarga besar Ndalem. Berduaan dengan lelaki non mahram saja haram, apalagi sampai bersentuhan sedekat ini. Kalau Njenengan memang sudah nggak mau jadi istri Mas Fathan, cerailah dengan cara yang baik. Sebelum jatuh talak, saya harap Njenengan berdua bisa menahan diri!" Urat leher Ikram tampak jelas menonjol saat mengatakan kalimatnya, pertanda menahan amarah yang sangat.

"Gus Ikram ....." Nana berusaha menjelaskan, tapi Ikram sudah memotong.

"Mbak Na, saya dan Zulfa ke sini diutus sama Umi, beliau mengkhawatirkan kondisi Njenengan. Selain itu, ada amanah dari Mas Fathan yang harus saya tunaikan. Rasanya nggak pantas kalau kita ngobrol di jalan begini. Baiknya kita ke rumah Njenengan, Zulfa sudah nunggu di sana." Ikram beralih menatap Ferdi. Ia merasa tidak asing dengan lelaki itu. Ucapnya pada Ferdi, "Kalau tidak salah, Njenengan pernah ke Ndalem, nggih?"

"Ingatan Njenengan bagus sekali, Gus. Benar, saya Ferdi anaknya Pak Rahmat yang dulu pernah nyantri di pondok keluarga Njenengan."

Ikram sedikit mengernyitkan dahi. Batinnya penuh tanda tanya. Ia merasa ada hubungan tidak biasa antara Ferdi dengan Nadhifa, bukan hanya sekedar dosen dan mahasiswa. Tak perlu waktu lama, rasa penasaran Ikram terjawab.

"Njenengan pasti heran, Gus, bagaimana saya bisa sedekat ini dengan Nana. Yah, Nana dulunya kekasih saya, wanita yang sangat saya cintai." Ada getar dalam nada suara Ferdi saat mengucapkannya.

"Njenengan nggak perlu repot-repot nyeramahin saya, Gus! Simpan nasihat Njenengan untuk kangmas Njenengan yang sampai saat ini masih sah jadi suami Nana. Apa yang udah dia lakukan? Membiarkan istrinya tanpa nafkah batin tiga tahun lamanya. Bahkan dengan tanpa tanggung jawab ia meninggalkan istri seorang diri. Seperti itu bisa dibilang suami sholeh. Saya mencintai Nana dan nggak akan pernah berhenti mencintainya. Saya nggak rela wanita yang saya cintai menderita hidup bersama lelaki yang selalu menyakiti batinnya."

Ikram terkejut mendengar ungkapan kemarahan Ferdi. Masih belum sepenuhnya menguasai rasa terkejut, ia kembali mendengar ucapan Ferdi yang penuh emosi.

"Gus, saya nggak peduli jika dianggap nggak tahu adab, nggak punya norma. Saya nggak percaya Tuhan hingga detik ini. Nana memang pernah mengajarkan saya tentang agama. Soal ritual ibadah, saya jelas paham sejak kecil. Tapi jika memang Tuhan Maha Penyayang, kenapa saat saya mendekat pada Nya, Dia justru mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidup saya?" Ferdi sedikit histeris. Ungkapan itu berasal dari lubuk hati terdalamnya.

Cinta Terlarang di Masa PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang