Part 5 ++

34.1K 442 12
                                    

Ferdi tidak sabar lagi menunggu jawaban Nadhifa. Rasa rindu yang sekian lama terpendam bercampur hasrat yang memuncak membuat logikanya tak berfungsi. Ia melupakan fakta bahwa wanita yang sekarang duduk di pangkuannya adalah istri dari orang yang seharusnya ia hormati.

Nadhifa hanya pasrah saat Ferdi kembali meragut bibirnya dan menggendong tubuh mungilnya. Ia jelas tahu apa tujuan Ferdi. Tapi rasa cinta mendalam pada lelaki itu membuat Nadhifa tidak memberontak saat Ferdi membaringkannya di tempat tidur yang biasa dipakai saat harus menginap di laboratorium.

"Kau milikku Nana ...," ucap Ferdi parau. Nafasnya memburu pertanda hasratnya sudah di puncak.

Ferdi buru-buru membuka kemeja dan celananya, hingga hanya menyisakan boxer yang menampakkan kejantanannya yang sudah tegak berdiri. Sementara Nadhifa hanya memperhatikan tingkah Ferdi. Bahkan pasrah saat Ferdi dengan lembut melucuti semua pakaian luarnya. Tinggal bra dan celana dalam yang menutupi tubuhnya.

"Nana, kamu tetap cantik sayang ..., dan seksi ...," ucap Ferdi. Tatapannya tak pernah lepas dari tubuh telanjang kekasihnya.

Pipi Nadhifa merona merah mendengar pujian Ferdi. Ia lupa dengan statusnya sebagai istri Fathan hingga tanpa malu menayangkan tubuh polos di hadapan lelaki lain.

Ferdi kembali mengucup bibir Nadhifa. Dikulumnya bibir mungil itu dengan penuh gairah. Nadhifa tak mau kalah, ia membuka mulutnya dan berusaha membalas ciuman Ferdi. Lidah mereka saling membelit, menjelajahi seluruh rongga mulut pasangannya. Sesekali terdengar erangan nikmat dan suara cecapan yang begitu erotis.

Puas mengerjai bibir Nadhifa, lidah Ferdi mulai menyusuri rahang wanita itu. Kecupan-kecupan ringan ia berikan hingga saat lidahnya mencapai leher jenjang Nadhifa ia tidak tahan lagi. Hisapan kuat dan sedikit gigitan kecil meninggalkan banyak bekas keunguan di sana.

"Aakh ..., akkh ..., Mas Ferdi ...," desahan nikmat meluncur tak terkendali dari mulut Nadhifa. Perlakuan Ferdi benar-benar membuatnya terbuai.

Lidah Ferdi terus bergerak liar menyusuri pangkal leher Nadhifa hingga berhenti pada sepasang payudara yang masih tertutup bra.

"Hmm ini harus dibuka, Sayang ...," ucap Ferdi dengan penuh nafsu.

Buru-buru ia melepas kaitan bra dan melemparnya sembarangan. Terpampanglah payudara montok dengan putingnya yang berwarna merah muda yang tegak berdiri. Pertanda si empunya sedang terangsang hebat.

Dengan penuh nafsu Ferdi meremas kedua payudara montok itu. Sengaja ia menarik-narik putingnya membuat hasrat Nadhifa makin bergelora.

"Aakkhh ..., Mmassssss ...," desahan Nadhifa makin tak terkendali. Refleks tangannya meremas-remas kepala Ferdi yang terbenam di tengah dada montoknya.

Ferdi makin bernafsu menggomol payudara Nadhifa. Kini ia menghisap putingnya dengan rakus seperti bayi yang kehausan. Tangannya tak tinggal diam, meremas payudara yang satunya. Desahan erotis terus terdengar dari bibir Nadhifa.

"Aauccchh ...," Nadhifa menjerit kecil saat Ferdi dengan ganas menggigiti putingnya.

Banyak sekali tanda yang ditinggalkan Ferdi pada leher dan dada Nadhifa. Ia tidak perlu khawatir mengingat suami Nadhifa berada jauh di Cambridge, Inggris dan Nadhifa juga tinggal sendirian di rumah yang disediakan orang tua Fathan. Pakaian Nadhifa yang selalu tertutup juga tidak memungkinkan jejak perbuatan Ferdi dilihat orang lain.

Puas mengerjai dada montok Nadhifa, bibir Ferdi turun menelusuri perut rampingnya dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Seluruh tubuh Nadhifa sudah basah dengan saliva Ferdi.

"Nana ..., dulu aku pernah bilang mau bikin kamu menjerit-jerit ketagihan. Sekarang kupastikan janjiku terlaksana," ucap Ferdi parau dengan nafas yang memburu.

Tangan Ferdi menjamah area kewanitaan Nadhifa, bersiap menyingkirkan kain tipis yang menjadi penghalang terakhirnya. Tapi Nadhifa tampaknya tak mengizinkan Ferdi berbuat lebih jauh.

"Jangan, Mas!" Lirih ucapan Nadhifa.

Ferdi menurut, ia mengurungkan niatnya menelanjangi Nadhifa . Ia paham bahwa melakukan cara paksa hanya akan membuat wanitanya berubah membencinya.

Nadhifa yang mendadak tersadar dengan apa yang baru saja terjadi segera meraih bajunya yang berceceran di lantai. Berusaha memakai kembali bajunya untuk menutupi tubuh telanjangnya.

"Biar gini aja, Sayang. Aku masih ingin menikmati tubuhmu," Ferdi berkata sambil membaringkan tubuhnya di sebelah Nadhifa.

Ferdi membentangkan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya dan Nadhifa. Kemudian merengkuh Nadhifa dalam pelukannya. Berbagi kehangatan bersama.

Cinta Terlarang di Masa PandemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang