12. L

8.7K 1.4K 91
                                    

Ngedrama dulu :)




©najenong




Pukul tujuh tepat Pemuda bersurai hitam itu sudah berdiri tegap di depan pintu rumah sang kekasih, menghembuskan nafas berulangkali mencoba meyakinkan diri sendiri.

Jeno Lee Surendra tak pernah merasa segugup ini, ia menggosok tangan beberapa kali sebelum mengetuk pintu kayu itu.




Tok tok tok



Jeno menahan nafas saat pintu tertarik kebelakang.

"Jeno" Senyum segera terbit di bibirnya, saat mendapati Ryujin dengan rambut tersanggul apik menampilkan leher jenjangnya yang putih mulus tengah membuka pintu. Menggiring Jeno untuk masuk lalu duduk di ruang tamu.

"Sebentar aku panggil bapak sama ibu dulu"

"Ryu..." Tangan Ryujin di cekal Jeno, dingin. Tangan Jeno sangat dingin dan berkeringat menandakan kalau pria itu tengah gugup dan cemas.

"Aku gugup banget" lirih Jeno, Ryujin tersenyum memaklumi tapi dalam hati mengasihani. Semoga yang ia pikirkan tak terjadi malam ini.

"Tenang dulu biar lancar nanti waktu ngomong sama Bapak" Jeno mengangguk lalu melepas tangan Ryujin, menatap punggung ramping yang perlahan menjauh itu.

Jeno sudah menyiapkan diri untuk malam ini, sudah latihan dengan Mas Taeil yang berperan seakan Mas Taeil adalah Bapak Ryujin. Jeno juga sudah berkali-kali menatap cermin memastikan kalau penampilannya sudah layak untuk memikat hati orang tua Ryujin. Mengenakan baju terbaik yang ia punya di kos yaitu batik yang ia beli waktu lebaran tahun lalu kembaran sekeluarga.

Derap langkah kaki menggema di pendengaran Jeno, ia mendongak mendapati Pria dan wanita paruh baya seumuran dengan orang tuanya, di ikuti Ryujin yang tertunduk di belakang.

Ibu Ryujin tersenyum mendekat kearah Jeno, Jeno segera berdiri meraih tangan Ibu Ryujin untuk ia salimi lalu beralih ke Bapak Ryujin.

"Bocah ganteng siapa namanya?" Tanya Ibu Ryujin menatap Jeno lekat, matanya tampak berbinar.

"Jeno tante"

"Ryujin ga pernah bawa laki-laki ke rumah, kamu siapanya?" Pertanyaan tiba-tiba dari Bapak Ryujin melunturkan senyumnya. Jika di amati dengan teliti kecantikan Ryujin di dapat dari sang Ibu, Bapaknya hanya menyumbang sperma. Itu yang Jeno pikirkan saat mengamati Bapak Ryujin yang tampak judes, kedua alisnya seakan menyatu jangan lupa wajah brewok itu. Jeno yakin Ayahnya di kampung lebih tampan dari Bapak Ryujin.

Ehhhhhhh

"Saya pacar Ryujin Om" Bapak Ryujin mengangguk lalu mengamati Jeno dari atas sampai bawah.

Jeno mati kutu saat di tatap seperti itu.

"Ayo makan malam dulu" Ibu Ryujin datang dengan senyum lebar mengajak Jeno untuk bergabung di meja makan.

Suasana terasa mencekam bagi Jeno, hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sesekali Jeno mendapati Bapak Ryujin yang tengah menatap lekat padanya membuat Jeno segera menelan makanan Jeno bulat-bulat.

Sungguh tatapan itu membuat Jeno tak nyaman.

"Jadi ada perlu apa sama anak saya?" Tanya Bapak Ryujin, Pak Lukman.

Jano mendadak gugup, lalu melirik Ryujin di sampinya yang juga tengah menatapnya.

"Saya ingin melamar anak bapak"

Hening


Reaksi pertama yang Lukman berikan adalah membuka mata lebar-lebar sedangkan sang Ibu, Susan terperangah lalu segera menutup mulutnya.

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang