Markhyuk manis juga ya🤭
Nomin mainnya ngalus...
©najenong
Pagi ini Jeno meminta izin untuk memakai mobil milik Jaemin, Si manis mengizinkan asal ia di jemput tepat waktu. Di minggu terakhir tinggal bersama Jaemin, Jeno ingin menciptakan kenangan manis agar bisa di kenang lalu di ceritakan kepada anak cucunya suatu hari nanti.
Tentang Jeno dan Jaemin yang terikat oleh takdir.
"Emang mau kemana sih jen?" Tanya Jaemin heran, pasalnya Jaemin mendapati Jeno mengepak beberapa pakaian juga. Si manis curiga kalau Jeno hendak membawa kabur mobilnya.
"Pokoknya kerja"
"Kerja apa? Keterima dimana?"
"Rahasia..." Jaemin mencebik lucu, Jeno menahan tawa.
"Jangan-jangan jadi bandar narkoba"
"Mulutnya!" Sela Jeno tak suka.
"Ya kan bisa saja, lo frustasi di tolak sama perusahaan terus nekat jadi bandar"
"Sssttt otak kamu perlu di cuci bersih biar ga negatif thinking terus bawaanya"
"Udah sampai" Jeno menatap Jaemin yang juga tengah menatapnya, tanganya terulur untuk mengusap surai hitam Jaemin. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Na, aku pengen ganti warna rambut" Bukan sekedar keinginan sih tapi juga tuntutan pekerjaan. Tapi Jeno ingin merahasiakan tentang pekerjaanya dulu dari Jaemin.
"Silahkan" balas Jaemin acuh, "kalau ganti ya ganti aja, kenapa laporan sama gue"
"Ya gapapa, cuma pengen tau reaksi kamu aja" Jeno cengar-cengir menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sial reaksi Jaemin tak sesuai dengan ekspetasinya.
Sadar Jeno, Nana ini cowok, ga kayak cewek yang dikit dikit histeris.
"Gue masuk dulu ya Jen, dah..." Jano nyaris memekik menatap punggung Jaemin yang berlari kecil untuk sampai ke lobi kantornya.
Ih lucu banget goyang-goyang gitu pantat teposnya.
Menghela nafas lalu menghirup lagi, baiklah ayo buat keajaiban untuk hari ini.
"Jaemin!"
Yang punya nama celingukan karna merasa di panggil, ternyata ada Doyoung yang berdiri di depan meja resepsionis Mengangkat salah satu alisnya tinggi, bertanya-tanya ada perlu apa pria kelinci itu ada disini?
"Ada apa bang?"
"Ini titip ya, kasih ke Renjun. Bilang aja hadiah dari masa depanya" Ujar Doyoung setelah menyerahkan kantong kresek hitam yang terasa berat.
"Pak Renjun? Sejak kapan kalian dekat?"
"Namanya juga jodoh bisa tiba-tiba dekat kapan saja. Kalau di di jelaskan sangat panjang, nanti cerita ini jadi kisah Doyoung dan Renjun. Emang mau dengar?" Jaemin tersenyum mendengar celotehan Doyoung. Kedua tanganya terkepal ke arah depan seolah memberi semangat.
"Semangat berjuang ya bang, Pak Renjun radak susah susah gampang soalnya" sepertinya Doyoung harus berusaha keras untuk mendapatkan hati Renjun, karena saat ini Renjun tengah menaruh hati kepada Jaemin. Renjun seorang pria mandiri yang tidak ingin di dominasi dan berwatak tegas, perlu kelembutan untuk membuat pria Huang itu melunak.
Doyoung menghela nafas tampak gusar "Iya, cuek banget dia. Di tolak sebelum bertindak itu rasanya anjim banget"
"Kadang juga insekyur dia bos aku cuma karyawan biasa, pantaskah aku untuk menaruh hati padanya?" Mata yang tadinya bersinar cerah kini berubah menjadi sendu. Mulut Jaemin bergerak ingin mengatakan sesuatu, tapi keburu Doyoung menyela mendorong punggungnya untuk segera masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah (Nomin)
Fanfiction[JENO x JAEMIN] Jeno harap jodohnya bukan pria! ⚠️ WARNING ⚠️ •ORIGINAL STORY ONLY ON WATTPAD!!!!!!! •Kalau mau ketawa harus mikir dulu •Kalau ga ketawa selera humor kita beda berarti :( •Banyak Typo, sebannyak dosa kita. •Boy X Boy! •Nomin lok...