20. T

9.1K 1.3K 150
                                    

Huwahahahah🤣🤣🤣🤣

Bagus!!! gitu dong ngegas.

:)

Hayok lagi ngegas lagi!







©najenong










Suara keributan yang dibuat oleh Jeno membuat mata bulat itu menoleh, Jaemin tak tau ada apa dengan dirinya saat melihat sorot kecewa pemuda sipit itu Jaemin seolah juga merasa terluka. Hatinya memerintah untuk mengejar Jeno, tapi kakinya diam terpaku menolak untuk bekerja sama.

Entah lah, tapi Jaemin merasa ia harus menjelaskan sesuatu kepada Jeno.

Tapi menjelaskan tentang apa?

Jisung menoleh saat pintu di tutup dengan bantingan keras, Chenle dengan wajah bersungut-sungut mendekat lalu melempar amplop coklat ke arahnya.

"Apa ini?"

"Uang bela sungkawa dari mantan lo!"

Kening Jisung mengernyit, "Gue masih hidup sat!"

"Tau ah, emang mak lampir gila!"

Jisung mengintip isinya, tenyata banyak banget uang lima puluh ribuan, dan jujur wangi banget.

"Balikin, bilang sama Ningning gue masih hidup ga mati"

"Udah tak jelasin kalau lo masih hidup, tapi dengan sombongnya dia bilang kayak gini" Chenle berdehem "Oh jadi masih hidup, yah... Mati yang tertunda ya.. ya udah kasih aja sama Jisung buat biaya rumah sakit, uang laki gue terlalu banyak jadi bingung mau buat apa lagi, di sumbangkan aja kali ya.."

"Nyenyenyenye"

Jangan tanya muka Chenle sekarang, greget banget rasanya pengen nyincang mantan Jisung sangat tinggi, lalu di masak di kuali besar terus dibagikan ke warga sekitar. Kalau ditanya ada acara apa bilang aja program tv makan makan.

"Ohhhh...."

"Emang gila tu cewek!"

"Mak lampir jahat tak tau diri! Dan lo masih cinta sama dapuran cewek kayak gitu!"

Chenle tanpa sadar memekik kencang, Jisung hanya menatap dengan sorot terluka.

"Jisung Jisung! Goblok itu jangan di pupuk, Nanti tumbuh subur dan berkembang"

"Semoga tangan sama ke goblokan lo cepet sembuh!"

Sungutnya lalu melangkah pergi dengan membanting pintu sekali lagi, sama sekali bukan adab menjenguk orang sakit di rumah sakit.










🥀🥀🥀












"Chandra~~~~"

"Chan...."

"Hikssss Chandra..."

Haechan lelah, Jeno dan semua dramanya benar-benar membuatnya sakit kepala. Tengah malam di bawah guyuran hujan deras bertamu dengan tidak sopan memukul kaca jendela karena tak kunjung dibuka.

Mark suaminya saja sudah jengah dengan segala tingkah adiknya, apa lagi Haechan. "Gue mesti gimana hiks hiks"

Kini Jeno sang pejantan meluruhkan harga dirinya untuk menangis dipangkuan Haechan dan Mark. "Gue cinta sama dia, tapi dia d-dia..."

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang