06. F

10K 1.7K 173
                                    





©najenong






Hari Minggu, siapa bilang waktunya bersantai?

Siapa bilang waktunya kencan?

Siapa bilang waktunya rebahan!

Siapa!

Mulut siapa itu anjim!

Ha!


Jeno merengut kesal dua hari ini ia mulai kerja di Indomei, tapi tak pernah berada di shif yang sama dengan mbak Ryujin. Gebetan Jeno yang sangat cantik mempesona.

Tapi tampaknya kini doa kecil dari hatinya terkabulkan. Mbak Ryujin tengah berdiri di sampingnya, melayani pembeli dengan senyum cantiknya.

Ah Jeno jadi terpesona.

"Cantiknya~~~"

"Mas!" Bentak anak laki-laki berseragam SMA.

Sejak tadi Jeno tak kunjung mengepak belanjaannya tapi malah sibuk memandang rekan kerjanya. Padahal antrian mengular di belakang anak itu.

"Ha?" Jeno tetap tidak menoleh, pandanganya ia fokuskan untuk menatap wajah cantik yang terus tersenyum di sampingnya.

"Jeno" bisik Ryujin pelan

"Ya sayang?"

Ryujin menunjuk sekumpulan orang yang tengah antri dengan wajah menahan marah dengan dagunya.

Jeno menoleh, ia nyengir tanpa dosa lalu segera menscan belanjaan orang-orang di depannya.

Lalu tatapannya teralihkan dengan dua pasang orang dewasa yang tengah adu mulut di luar, meskipun Jeno tak mendengar suaranya tapi tatapan marah dan kecewa bisa ia tangkap dari sorot mata keduanya.

Lalu seorang anak kecil dengan ceria membuka pintu dengan senyuman, kedua orang dewasa tersebut segera berlari kecil menghampiri anak itu.

Ryujin tersenyum menyapa dan mengucapakan selamat datang. Jika di lihat mereka tampak seperti keluarga bahagia, sang anak dengan ceria berlari ke arah rak jajan dan minuman. Memborong apapun yang ia suka.

Tapi orang tua bocah itu hanya saling pandang dengan tatapan datar, mereka sesekali tersenyum tipis saat sang anak menoleh ke padanya.

Jeno berkali - kali mengucek matanya barang kali ada yang salah dengan mata.

Di mata Jeno tidak ada benang merah yang mengikat keduanya.

Mereka tidak di takdirkan bersama.

Lantas kenapa mereka berani melawan takdir dan menyiksa diri sendiri?

Keluarga itu sedang tidak baik-baik saja.

Cepat atau lambat mereka harus berpisah untuk bertemu dengan orang yang seharusnya.

Lalu Jeno menatap Ryujin yang tengah melayani keluarga itu.

Jika Jeno nekat melawan takdir agar bisa bersama Ryujin, apa ia akan berakhir seperti keluarga kecil itu?

Bertahan dalam kebahagiaan semu.

Jeno menghela nafas.

Ia berharap bisa memutus takdirnya dengan Jaemin, lalu ia tukar dengan Ryujin.

Bisakah?








🦊🦊🦊





Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang