26. Z

14K 1.2K 263
                                    

©najenong



Jika di ulas kembali, Jeno pikir pertemuannya dengan Jaemin itu terlalu cepat. Padahal kisah Jaemin dan Lia belum usai tapi Jaemin sudah keburu bertemu dengan jodoh asli yang di takdirkanya.

Membuat ikatan itu terikat terlalu cepat, lalu berbelit hingga kusut sesaat. Jika dulu Jeno tak bertemu dengan Jaemin, mungkin saja kisah Jeno dan Jaemin baru akan di mulai saat ini. Jeno yang bertemu dengan Jaemin saat sedang kehilangan, lalu Jeno datang untuk menguatkan. Bak cerita roman akhirnya mereka saling jatuh cinta untuk menyembuhkan.

"Diah Lia, apa kabar! Hari ini aku datang membawa kabar baik. Hei kalian tau? aku akan segera menikah dengan seorang pria tampan"

"Dia memang menyebalkan, kau masih ingat dengan Jeno kan Lia?"

"Iya,  bulan lalu Jeno melamarku, dan aku menerimanya. Jeno juga sudah meminta diriku pada bapak"

"Tiga Minggu lagi kami akan menikah"

"Sesuai pe-perintahmu Lia, a-aku akan hidup bahagia..."

Jaemin menunduk meremas kuat surat yang Lia tulis untuknya sebelum gadis itu pergi untuk selamanya.

"A-aku bahagia, aku bahagia"

"Bagaimana denganmu..."

"Maaf..."

Jaemin mulai menangis sesenggukan, duduk diantara dua makam sahabatnya. Tubuhnya mulai gemetar saat ingatan buruk itu kembali berputar di kepalanya.

Jeno hanya diam manatap Jaemin dari ke Jauhan, Jaemin sudah menyuruhnya untuk tetap diam di tempat tak boleh ada yang mengganggunya saat bersama kedua sahabatnya. Jaemin terus meracau sembari menangis, sesekali pria manis itu akan tersenyum saat menceritakan tentang dirinya dan Jeno dulu.

Mendung perlahan datang Jeno mengambil payung lalu menghampiri Jaemin yang tengah menghiasi kedua makam itu dengan bunga yang ia bawa. "Ayo Jaemin"

Jaemin menoleh lalu tersenyum lebar, "Ini orang yang aku ceritakan tadi, bukankah dia sangat tampan?"

"Sapa mereka Jen!"

Jeno tersenyum tipis "Hallo Diah, Lia"

"Hallo juga tampan" jawab Jaemin dengan suara di buat-buat.

"Baiklah waktunya sudah selesai" Jaemin merenggut saat Jeno meraih pinggangnya untuk mendekat agar tak terkena tetesan hujan.

"Hujan sayang ayo, nanti kau basah"

"Iya-iya!"

Jaemin segera membereskan kekacauan yang ia lakukan, memungut beberapa plastik yang berserakan lalu memasukkannya kedalam tas. "Dadahhh" kedua tangan Jaemin melambai lambai, jika orang lain melihat ia pasti akan mengira Jaemin sudah gila. Karena menangis dan tertawa di hadapan sebuah makam.

"Sssttt, perhatikan Jalanmu!" Bentak Jeno saat Jaemin nyaris tersandung batu nisan.

"Ehehe"

Merasa gemas, Jeno segera menarik pipi Jaemin yang entah kenapa semakin tembam seperti bakpao. Meraih pinggang Jaemin agar semakin dekat supaya bahu si manis tak terkena tetesan hujan.

"Dingin!"

"Udah tau dingin malah main-main" Tangan Jaemin yang tengah menampung air hujan segera Jeno tarik, lalu menyimpannya di saku jaket yang ia kenakan. Jaemin tersenyum lebar lalu memeluk Jeno sembari berjalan, tentu saja hal itu membuat Jeno kepayahan.

"Sayang Jeno banyak-banyak~"

"Sayang Nana banyak-banyak"

"Nana cinta Jeno"

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang