16. P

9.3K 1.5K 258
                                    



©najenong





Hari ini Jaemin sudah mengemasi barang-barang yang ia butuhkan untuk ia bawa balik ke kos tampan, Pak Agung yang melihat Jaemin berkemas-kemas langsung marah.

"Mau kemana lagi kamu!"

"Mau balik ke kota pak, lusa udah mulai kerja" Jelas Jaemin mencoba untuk tenang.

"Ga ada pergi-pergi lagi. Diam di rumah Nasuha"

"Issh Pak, lusa Aku udah harus kerja, bos aku udah telpon nyari aku ke kosan"

"Bapak ga mau kamu pergi lagi, Kamu anak bapak lo. Kalau kamu ga mau ngurus usaha Bapak terus siapa yang mau ngurus? Kalau Bapak mati gimana?"

"Bapak ga usah aneh-aneh deh, masih ada Jisung ada Mas Jay juga"

"Ga usah lebay deh pak"

Hati Agung mencelos, lebay? Agung itu hanya sayang sama Jaemin. Dia sebagai seorang ayah tidak bisa jauh-jauh dari anak manisnya itu. Lebay katanya? Agung hanya khawatir bagaimana kalau Jaemin kenapa-kenapa di luar sana? Di dalam rumah saja Agung nyaris kecolongan keperjakaan anaknya. Lalu bagaimana kalau Jaemin jauh di luar tanpa pengawasannya?

Dunia ini kejam sayang, kau terlalu muda untuk mengerti.

Agung sebagai orang tua berusaha melindungi.

"Nana Bapak cuma khawatir karena kamu Jauh dari bapak, kalau kamu kenapa-kenapa, Bapak ga bisa datang buat nolong saat kamu berteriak" Jelas Agung sendu, Yuna yang mengintip perdebatan Ayah dan anak itu hanya bisa menatap dari jauh.

Agung mungkin tampak keras mendidik anak-anaknya, tapi Agung sangat menyayangi mereka.

"Nana laki-laki, Nana bisa jaga diri sendiri aku udah besar. Bapak Nana mohon jangan cegah Nana buat ngelakuin apa yang Nana mau" Jangan tanya hati Jaemin saat ini, berantakan. Hatinya sakit saat mendapati kedua mata tua itu berkaca-kaca.

"Nasuha, di mata bapak kamu masih bayi yang baru bisa berjalan kemarin" Jaemin hanya bisa menatap nanar kepergian Agung. Kaki tua itu melangkah pergi tanpa menoleh lagi.

Jaemin ingin egois sekali ini saja untuk masa depanya.

"Maaf bapak..."




🐰🐰🐰









"Ini antar makan siang bapakmu" Yuna menyuruh Jaemin untuk mengantar makan siang juga jamenan untuk Agung yang sejak pagi pergi ke sawah. Musim hujan sudah tiba, para petani mulai membajak sawah sebelum musim tandur tiba.

Yuna menyuruh agar sang putra berdamai lagi dengan Bapaknya. Dan ia berharap Agung bisa menerima dengan lapang dada jalan hidup yang Jaemin pilih.

Jaemin udah siap dengan motor tua khusus untuk pergi ke sawah, Astrea Grand jaman bapaknya masih muda, yang kini sudah tak terawat. Butuh sekitar sepuluh menit untuk sampai di sana. Melewati jembatan gantung yang membelah sungai besar.

Jaemin berjalan hati-hati untuk sampai di gubuk kecil di tengah sawah, gubuk yang biasa para petani gunakan untuk beristirahat, berlindung dari teriknya matahari dan derasnya hujan.

Jaemin segera memanggil Agung dan para buruh lainya. Tampak Agung yang tersenyum lebar mendapati bahwa sang putra kesayangan mengirimnya makan siang, melupakan kejadian di pagi hati.

"Tumben" goda Agung.

Jaemin hanya tersenyum menanggapi saat Agung mengusap kepalanya penuh sayang. "Woy Rendra, Jamal! Rene mangan!"

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang