23. W

8.6K 1.3K 131
                                    

Jangan jadi siders please..


Typo tandai!






© najenong




Semua orang menatapnya seolah tengah menyudutkan Nasuha, yang bisa remaja manis itu lakukan hanyalah bersembunyi di balik punggung tegap sang ayah. Meskipun Agung mengatakan bahwa semua itu bukan salahnya, Nasuha tetap tertekan oleh setiap ucapan yang teman-temanya lontarkan.

Yang biasanya pulang pergi bertiga kini hanya tersisa Nasuha saja, duduk termenung menyimak setiap kata yang teman-temanya katakan dibelakangnya.

Nasuha terpuruk, merasa takut barang untuk keluar dari kamar saja. Sampai suatu hari ia ingat kalau Diah pernah punya keinginan untuk menjadi seorang Jaksa, Lia harus menjadi Pengacara, dan Nasuha Hakimnya. Agar mereka dapat bertemu meski tengah sibuk membela keadilan.

Nasuha ingin mewujudkan impian sahabatnya itu, setelah dinyatakan lulus seleksi perguruan tinggi dengan bangga Nasuha berlari mengambil sepeda untuk ia kayuh kencang meskipun hujan ia mengabaikan. Tujuannya adalah rumah Lia, kekasihnya.

Tapi, rumah itu kosong sepi tanpa penghuni. Sekeras apapun Nasuha berteriak, pintu itu tak akan terbuka. Atensinya terarah kotak surat, terdapat kertas berwarna biru dengan tulisan

Selamat tinggal Nasuha...

Nasuha tak mengerti kenapa semua pergi meninggalkannya, rencana yang ia susun kini hanya angan-angan belaka.






✨✨✨






Dua tahun kemudian....

"Oke Cut!"

Senyum segera terbit di wajah tampannya, dengan sopan ia mengatakan terimakasih kepada rekan kerja juga beberapa kru yang terlibat. Ini adalah syuting terakhir untuk film layar lebar yang akan segera tayang. Dengan langkah lebar ia menghampiri sang manager yang kini tengah bersindekap tangan.

"Aku ingin segera pulang" Adunya.

"Kenapa terburu-buru, oh ayolah Lee ini Seoul! Aku harus bersenang-senang disini!"

"Kau lupa besok tanggal berapa?"

Sang Manager segera membuka ponsel, "Besok tanggal 10, memang kenapa dengan-"

"Oh ayo lah bang.... Itu bisa di tunda besok besok" Pria kecil itu mulai merengek, memohon pada artisnya untuk menunda kepulangan mereka, demi tuhan Seoul adalah tempat yang selama ini ia idam-idam kan. Ia ingin mencuci mata sembari menjajal semua jenis makanan.

"Gak ada besok-besok" Tolaknya tegas.

"Anjing emang" gumamnya pelan sembari mengerutu mengikuti langkah besar pria didepanya.

"Jeno Lee! Aku ingin memecatmu" Andai saja Chenle bisa, ia ingin berteriak mengatakan kalimat itu. Ya mana bisa Manager memecat artisnya sendiri.

"Oke, Chenle bahasa apa untuk hari ini?" Tanya Jeno saat sudah duduk dalam mobil, tanganya memutar-mutar sebuah pena. Raut wajahnya berubah menjadi lebih serius.

"Bahasa Melayu kan belum" Saran Chenle, sebenarnya ia jengah. Tapi mau bagaimana lagi, ini ritual Jeno sejak dua tahun terakhir.

"Bulan lalukan pakai bahasa Malaysia, orang Malaysia kan pakai bahasa Melayu tolol"

"Ya udah lah pakai bahasa alien aja, dasar ribet"

"Emang bahasa alien gimana?" Tanya Jeno penasaran.

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang