19. S

9.3K 1.4K 349
                                    


Mata sama bintang beda jauh ya :'(







©najenong







Silau sinar mentari membuat kelopak mata itu terbuka, berkedip berulang kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam manik hitamnya. Matanya melirik Jam digital di atas nakas, pukul delapan lima puluh, sangat siang bagi si manis yang terbiasa bangun di waktu fajar.

Untung saja ini akhir pekan, jadi ia bebas dari amukan sang bos karna alasan kesiangan.

Tubuhnya ia bawa untuk duduk tapi rasa sakit menjalar seolah tubuhnya remuk tertimpa gajah, sakit terlebih bagian bawah sana. Sadar ada sesuatu yang salah, Jaemin berteriak histeris saat menyibak selimut mendapati tubuhnya telanjang.

Meraung meratapi kebodohannya saat ingat ia terbuai dengan permainan pemuda sipit yang saat ini entah pergi kemana.

"JENO BAJINGAN!!!"



"AAAAAAAAAA"

Menjerit kencang seolah memberitahukan kepada dunia bahwa ia sudah berhasil di taklukan oleh laki-laki lain, Jeno Surendra namanya.

Jeno, parasnya sama dengan namanya. Tampan paripurna apalagi dengan rambut pirangnya. Su artinya banyak dan Rendra artinya tampan, Jeno Lee Surendra adalah bungsu dari keluarga Lee dengan ketampanan yang berlebihan. Cukup untuk membuat si manis Jaemin terpesona tentang segala hal, senyuman, hidung mancungnya, sentuhan bahkan desahan pria itu.

Sial! Wajahnya memerah mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

"Aghhhr Lee gue jadi gila anjing!"


Air dingin mungkin bisa menghilangkan bayang-bayang Jeno yang tengah mengungkungnya tadi malam, benar-benar memalukan! Jaemin pikir semalam itu bukan dirinya bukan sama sekali!

Clekk



"Oh sudah bangun ternyata"

Jaemin buru-buru mengambil selimut untuk menutup tubuhnya, Jeno dengan senyum kelewatan lebar mendekat ke arahnya. "Mandilah aku sudah menyiapkan sarapan" Surainya di acak gemas. Jaemin mengangguk kaku tak mau menatap pria di depanya, meraih selimut guna menutupi tubuhnya lalu berjalan perlahan menuju kamar mandi. Meringis pelan saat rasa ngilu kembali ia rasakan




Asu sakit sekali.





Pintu kamar mandi di tutup, senyuman di wajahnya hilang berganti dengan raut penuh kekhawatiran. Satu hal yang Jeno tau alasan Jaemin tak pernah mau memperlihatkan tubuh atasnya sembarangan kerena pria manis itu ingin menyembunyikan luka di punggungnya. Bekas luka sepanjang jengkalan tangan itu pasti menyakitkan.

Apa yang telah terjadi kepada Jaemin saat itu?












Sarapan yang Jeno maksud itu cuma telur ceplok dan nasi yang terlalu lembek nyaris seperti bubur, nafsu makan Jisung hilang begitu saja saat yang tersaji di atas piring bukan hasil karya kakaknya.

"Kak Na~ laper..." Adunya.

Jaemin menghela nafas kasar,menatap jengkel kearah Jeno yang hanya cengengesan. Untung saja dapurnya tidak terbakar. "Gopoot aja Jis"

"Yah..."

"Aku capek ya Jis, ga usah manja" balas Jaemin dengan suara serak.

"Suara kakak kenapa kok pelan gitu?" Jaemin gelagapan memandang apapun kecuali Jisung dan Jeno yang tengah memasang wajah menjengkelkan.

"Sakit"

"Kenapa kak?"

"Lah lo ga tau ya, semalem Jaemin teriak histeris karena nonton bola" Ucap Jeno, kedua alisnya ia naik turunkan kearah Jaemin jangan lupa senyum kelewatan lebar yang terukir di wajahnya.

Benang Merah (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang