XXVIII. He love me

139 29 48
                                    

HANA P.O.V

Rasanya seperti mimpi. Jimin Oppa menyatakan perasaannya padaku. Dia berkata bahwa ia mencintaiku. Cinta, ya? Sudut bibirku berkali-kali membentuk senyuman. Aku terlalu bahagia hingga rasanya aku ingin terbang ke luar angkasa! Ini berarti aku sudah menjadi milik Jimin dan Jimin sudah menjadi milikku?! Aaaa penantianku akhirnya tidak sia-sia!

"Hana, kau baik-baik saja?" Jimin Oppa tiba-tiba meletakan tangannya pada keningku. Jarak wajahnya sangat dekat, mungkin hanya beberapa cm saja dari wajahku.

"Ah, tidak apa. Aku hanya terlalu senang saat ini!" Aku bergerak mundur menjauhi wajahnya. Jimin tertawa melihat tingkahku. Apa dia ingin membunuhku dengan tawa manisnya itu?

"Mendekatlah. Aku sudah lama tidak bersamamu." Jimin menatap wajahku.

"Baiklah!" Aku langsung melompat ke arahnya.

"Apa aku boleh memegang tanganmu?"

"Wae-yo? Apa tangan Oppa kedinginan? Apa kau mau memakai jaket-"

"Hahaha, bukan!"

Di-dia tertawa lagi.

"Aku ingin memegang tanganmu, bolehkah?"

Aku tersenyum malu sembari menganggukkan kepalaku. Jimin pun langsung meraih tanganku.

Aku mengangkat kepalaku untuk melihat bagaimana ekspresi wajahnya saat ini, Jimin justru memalingkan pandangan dan menutupi pipinya dengan tangan kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengangkat kepalaku untuk melihat bagaimana ekspresi wajahnya saat ini, Jimin justru memalingkan pandangan dan menutupi pipinya dengan tangan kanannya. Apakah dia tersipu malu?

Tangan Jimin sangat halus. Jari-jarinya imut. Apakah benar ini tangan seorang pria?Aku menunduk sembari memainkan jari tangan Jimin. Setelah kuperhatikan, tangannya juga kekar. Otot-otot ditangannya terbentuk ketika ia mengenggam tanganku dengan erat.

"Aku suka tanganmu, Oppa! Sangat menggemaskan!" Aku mengangkat kepalaku.

"A-apa?!" Jimin menoleh.

"Aku suka tanganmu. Aku suka wajahmu. Aku suka semuanya yang ada pada diri, Oppa!" Aku menggodanya sambil menunjukkan senyumku.

Seketika aku menyadari, lagi-lagi Jimin Oppa mengalihkan pandangannya dariku. Apa ada yang salah dengan wajahku? Aku memegang pipiku dan merabanya, mengecek jikalau ada sesuatu disana. Tapi rasanya tidak ada apa-apa.

"Oppa, apa ada yang salah dengan diriku? Kenapa kau mengalihkan pandanganmu dariku?" Aku mengerucutkan bibirku.

"Bisakah kau menahan senyumanmu sebentar?"

"Mwo?"

Jimin menoleh ke arahku. Pipinya memerah. Meskipun dia berusaha menutupi, itu masih terlihat.

"Jantungku seperti akan meledak. Ketika mengenggam tanganmu, kau sudah membuatku gugup. Jadi, jika kau tidak ingin membunuhku, bisakah kau tahan senyumanmu dulu?"

Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang