Aku menceritakan tentang apa yang terjadi kemarin pada Jungkook. Dia langsung menanyaiku banyak sekali pertanyaan. Aku tidak tahu kenapa dia begitu penasaran. Intinya dia sangat cerewet hari ini.
Aku tidak ingat kapan Jungkook mematikan teleponnya, tapi yang jelas saat Jimin mengatakan itu telepon Jungkook masih menyambung. Jadi, bukankah sudah jelas kalau dia mendengar percakapannya? Apa yang perlu ditanyakan lagi?
"Kau membicarakan apa saja kemarin dengan Jimin? Pulang jam berapa? Kau sampai rumah dengan selamat, kan?" Tanya Jungkook dengan nada seriusnya.
"Kalau aku tidak selamat, aku tidak akan dapat duduk dan bicara denganmu di pagi buta begini, Jungkook." Aku memutar bola mataku.
Pagi tadi Jungkook tiba-tiba menghampiri rumahku. Dia datang lebih pagi dari biasanya. Mungkin salah satu alasannya agar dia dapat memarahiku di pagi yang cerah ini.
"Hana-ya, Jimin itu bukan laki-laki yang baik. Kau sudah lihat, kan kalau dia sudah pernah minum di umur segitu." Jungkook kembali membuka percakapan.
"Tapi, kan sebentar lagi umurnya sudah legal."
"Ya! Dengarkan aku! Kau baru jalan dengannya kemarin. Aku tidak tahu apa saja yang kalian bicarakan, tapi aku sebagai cowok tau mana tipe cowok yang baik dan yang brengsek!" Tegur Jungkook. Ia tampak marah. Dan aku tidak tau alasannya apa.
"Apaan sih?! Kenapa kau tiba-tiba membentakku karena masalah sepele seperti ini? Lagian ini urusanku bukan urusanmu. Aku suka dia, kenapa sekarang kau yang mengaturku?!" Protesku. Kali ini nada suaraku kutinggikan melebihi suara Jungkook. Karena aku kesal.
Jungkook diam. Dia tidak membalas perkataanku. Justru dia menunduk dan kemudian memilih untuk bangun dari tempat duduk di depanku dan kembali ke bangku miliknya.
Dia tidak mengatakan apapun. Apa aku terlalu keras padanya?
"Wah, kalian datang pagi sekali!" Ujar Oh Soo yang baru saja berangkat.
"Ah, iya. Oh Soo, apa ada tugas yang perlu diambil hari ini?" Tanyaku mendekati meja Oh Soo.
"Ada. Aku akan mengambil hasil ulangan kemarin. Kau mau membantu?"
"Iya."
Aku memutuskan untuk ikut pergi bersama dengan Oh Soo. Aku tidak ingin terjebak di ruang sunyi ini berdua dengan Jungkook. Aku takut kalau aku benar-benar melukai hatinya. Aku harus mendinginkan kepalaku dan memberikannya waktu sendirian.
"Hei, kau kenapa dengan Jungkook?" Tanya Hayoung yang mendekatiku saat mengantri untuk makan siang.
Mungkin Hayoung sudah sadar karena saat jam istirahat pertama Jungkook pergi duluan dengan teman laki-lakinya dan tidak mengajakku makan bersama.
"Tidak apa," jawabku dusta.
Bukan Hayoung namanya kalau ia tidak peka dengan keadaanku. Ia langsung mengarahkan daguku agar menghadap kearahnya. Dia memerhatikan mataku dengan serius hingga akhirnya aku menolak dengan hempasan salah satu tanganku.
"Kau bohong, kan?" Hayoung mengerutkan keningnya.
Aku menatap Hayoung. Mulutku tidak bisa bicara. Hayoung yang sadar mataku mulai berkaca-kaca akhirnya menarikku keluar dari antrian itu dan membawaku pergi. Untung saja saat itu posisiku dan Hayoung belum di depan.
"Sudahlah, Hana. Tidak apa-apa." Hayoung mengelus punggungku lembut.
Aku menceritakan semuanya pada Hayoung. Seperti biasa Hayoung tidak menghakimi salah satu dari kami, ia lebih memilih untuk diam, mendengarkan, dan menenangkanku yang menangis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't you be mine? (COMPLETED)
Fiksi PenggemarPernahkah kalian menyukai kakak kelas diam-diam? Jika iya, pasti yang bisa kalian lakukan hanyalah memandanginya dari jauh, begitupun dengan Min Hana. Seorang siswi yang terobsesi dengan kakak kelas, tetapi perasaan yang ia miliki tidak pernah dike...