Aku sampai. Akhirnya aku ada di depan rumah Jimin. Untung saja Jungkook tahu rumah ini dari hyungnya. Rumahnya besar, dengan cat berwarna putih yang dipadukan warna abu-abu.
Aku penasaran apakah Jimin ada di rumah? Aku sudah menyiapkan bubur untuknya beserta beberapa peralatan P3K, berjaga-jaga apabila luka Jimin belum dibersihkan. Dengan jantung yang masih beradu aku menekan bel yang ada di depan pintu. Aku harap bukan orang tua Jimin yang membukanya.
"Hana?"
Suara ini.
"Sa-Sakura Eonnie? Kau di rumah?" Aku mengangkat kepalaku.
"Iya. Hari ini aku libur bekerja. Apa kau mencariku?" Tanya Sakura Eonnie.
Aku membenarkan posisi poni yang menutupi mataku. Sebenarnya aku hanya mengulur waktu. Aku terlalu malu mengatakan ini pada Sakura Eonnie.
"Apa kau mencari Jimin?"
"Eoh?!" Aku mendongak ke atas lalu mendapati Sakura Eonnie yang tersenyum sambil menunjuk ke arah kotak P3K yang kupegang.
"Aku tahu kau membawa itu untuk Jimin, karena kulihat kemarin dia terluka."
"Ah, iya." Aku menundukkan kepalaku, lagi.
Sepertinya Sakura Eonnie mengerti. Dengan ramah dia mengajakku untuk masuk ke rumahnya, syukurlah orang tua eonnie sedang tidak ada. Sakura Eonnie menanyakan beberapa hal yang menurutku termasuk basa-basi. Mungkin dia tidak ingin membuatku merasa tidak nyaman.
"Oh, jadi begitu ya," Ujar Sakura Eonnie.
"Iya, orang yang kusukai adalah Jimin Oppa, adik eonnie."
"Pantas saja ketika kau bersama Jungkook sepertinya kau tidak terlihat gugup, ternyata aku yang salah, ya? Hahaha."
"Iya, karena Jungkook adalah sahabatku!"
"Kalau begitu, terima kasih telah menyukai adikku, Hana." Sakura Eonnie tersenyum padaku.
"Eonnie, apa yang disukai oleh Jimin dan apa yang tidak disukai?" Tanyaku.
"Coba kulihat, yang dia sukai adalah anak anjing kemudian yang tidak ia sukai-"
"Bukan. Maksudku orang seperti apa yang dia sukai dan yang tidak ia sukai."
"Ah, maafkan aku! Lagi-lagi aku salah," Sakura Eonnie merapatkan kedua tangannya meminta maaf padaku. Aku terkekeh melihat tingkahnya. Sakura Eonnie menggemaskan.
"Eonnie, bagaimana cara agar menjadi wanita seperti eonnie?"
"Eoh? Sepertiku?!"
Aku meremas celanaku. Apakah aku harus mengatakannya secara langsung atau harus aku bertanya secara umum saja? Tetapi apakah Sakura Eonnie tahu kalau Jimin menyukainya?
"Sepertinya kau tidak yakin dengan dirimu, apa itu karena sikap Jimin yang dingin?" Sakura Eonnie menatapku penasaran. Dengan cepat aku menyilangkan kedua tanganku membentuk huruf X. "Tidak bukan begitu! Aku hanya-"
"Hana, jangan jadi sepertiku."
"A-apa maksud eonnie?" Aku menurunkan kedua tanganku.
"Jika ini tentang Jimin, sebenarnya dia membutuhkan seseorang yang mengerti dia. Kau tahu, sebenarnya dia adalah pembohong besar." Sakura Eonnie tertawa kecil saat mengatakan itu.
"Pembohong besar?"
"Iya. Sejak kecil dia selalu menahan semuanya sendiri. Dia ingin memastikan orang lain bahagia sampai dia lupa kalau dia juga butuh kebahagiaan. Sepertinya dia sudah menanggung banyak beban sejak kecil. Ditambah dia juga tidak bisa mengekspresikan emosi setelah perceraian orang tuanya."
Sakura Eonnie menghela napas panjang sebelum akhirnya kembali melanjutkan. "Saat itu aku hendak lulus SMA dan Jimin masih duduk dibangku SMP. Tetapi dia berperilaku layaknya orang dewasa. Bahkan seringkali dia lebih seperti kakak, padahal akulah yang seharusnya menjadi kakak. Tetapi karena sifat ceroboh dan ketakutanku akan keluarga baru, justru Jimin yang membimbingku. Bukankah sudah terlihat kalau aku ini orang yang gagal?"Aku terdiam. Mencoba mencerna apa maksud kata 'gagal' yang diucapkan Sakura Eonnie.
"Seharusnya aku lebih menjaganya sebagai kakak, tetapi aku selalu gagal dan berakhir pada Jimin yang akhirnya menolongku. Aku lupa kalau anak itu pasti memiliki masalah juga, tapi dia selalu menahan dirinya dan menunjukkan sisi yang kuat pada orang lain. Meskipun sebenarnya dia rapuh."
Dadaku sesak mendengar cerita Sakura Eonnie. Kalau dipikir-pikir, saat aku dan Jimin masih kecil aku sering melihatnya bersama Appanya, pasti perceraian ini tidaklah mudah bagi Jimin. Dia pasti memiliki sisi lemah didalam dirinya.
"Jadi, bukankah Jimin membutuhkan orang yang bisa dia andalkan kapanpun? Orang yang berhasil membuatnya memperlihatkan berbagai sisi dalam dirinya?" Sakura Eonnie menopang kedua pipinya sembari menatapku.
Benar. Jimin membutuhkan seseorang disisinya. Saat ini adalah giliranku untuk membantunya. Berbagai macam sisi Jimin, aku ingin menjadi orang yang dapat melihat semua itu di dalam dirinya. Hanya aku.
"Hei, kenapa kau menangis?" Suara Sakura Eonnie berhasil menyadarkanku. Dengan cepat aku menghapus air mataku.
"Hana, sekali lagi terima kasih. Aku bisa melihat ketulusan cintamu pada Jimin. Aku mohon bantuannya," sambung Sakura Eonnie."Eonnie aku sangat mencintainya...a-aku tidak ingin kehilangannya. Aku akan berusaha untuk membuatnya kembali bahagia." Air mataku kembali mengalir, aku sudah tidak kuat menahannya. Sakura Eonnie langsung memelukku dan mengelus rambutku secara perlahan, sambil berkata, "Sudah sudah, kau adalah anak yang sangat baik Hana."
"Tentu saja aku adalah Min Hana." Balasku masih dengan tangisan. Sakura Eonnie pun tertawa melihatku.
~
Menurut isi pesan Jungkook, rumah Taemin Sunbae benar disini. Sepertinya dia membuka sebuah Restoran Bulgogi. Aku ada disini karena Sakura Eonnie bilang dari kemarin lusa Jimin tidak pulang ke rumah. Setiap dia tidak pulang eonnie bilang, Jimin selalu menginap di salah satu rumah temannya, Taemin.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam bangunan coklat itu. Terlihat Taemin Sunbae yang sedang membersihkan meja pelanggan.
"Min Hana? Selamat datang! Apa kau mau memesan makanan?" Tanya Taemin Sunbae.
"Ah, tidak. Sebenarnya aku mencari Jimin."
"Oh, Jimin. Dia ada di lantai atas. Seperti biasa, menyendiri."
"Boleh aku kesana?" Tanyaku memastikan.
"Tentu saja! Anggaplah rumah sendiri, kami sudah saling mengenal sejak kecil."
Aku tersenyum kemudian membungkukan badanku sebelum pergi. Taemin Sunbae sangat baik. Apa dia tahu mengapa aku ada disini? Karena dia tidak terlihat penasaran. Tapi aku bersyukur akan itu.
Aku melangkahkan kaki ke tangga, dimana Jimin berada. Aku bertanya-tanya apa yang Jimin lakukan sampai dia tidak ingin pulang ke rumah.
'Tidak ada orang?' Tanya batinku setelah melihat keadaan kamar yang sepertinya ditinggali Jimin kosong.
"Mencari siapa?"
Suara ini. Terdengar tidak asing.
Aku memutar badanku untuk memastikan pemilik suara ini. Seketika mataku membulat setelah menemukan sosok Jimin yang berdiri tepat didepanku tanpa mengenakan baju?!.
.
.Annyeong yeorobun!💜 Bagaimana bab kali ini? Jadi sudah tahu ya bagaimana masa lalu Jimin. Sebenarnya dia anak yang baik, kok percayalah!😭 Jangan lupa comment dan votenya yaa karena itu memberi aku semangat💜 Btw aku kasih bonus penampakan Jimin pas setengah telanjang yaa 🙈
Tapi boong ehek😜 Biar aman bentuk tubuhnya aja udah cukup kali ya, kan Jimin berisi tuh uuuu🙈😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't you be mine? (COMPLETED)
ФанфикPernahkah kalian menyukai kakak kelas diam-diam? Jika iya, pasti yang bisa kalian lakukan hanyalah memandanginya dari jauh, begitupun dengan Min Hana. Seorang siswi yang terobsesi dengan kakak kelas, tetapi perasaan yang ia miliki tidak pernah dike...