XVIII. A sudden feeling

134 40 49
                                    

JIMIN P.O.V

Hari ini sudah ketiga kalinya Hana datang menghampiriku di rumah Taemin. Sampai saat ini aku memang belum pulang ke rumah. Appa dan Eomma yang sedang pergi berlibur lalu hanya ada Sakura Noona di rumah membuatku malas untuk pulang. Aku juga berhenti mengikuti klub futsal sejak pertandingan saat itu. Tidak peduli dengan pelatih yang memarahiku ataupun Taemin yang memaksaku untuk kembali berangkat, rasanya semua sudah tidak menarik bagiku.

"Syukurlah luka Oppa sudah mulai menghilang," itu suara Hana yang masih mengoles obat salep di pipiku.

"Baguslah. Kau bisa berhenti untuk menghampiriku," ujarku.

Hana menundukkan pandangannya kemudian sudut bibirnya tersenyum, entah apa artinya. "Apakah Oppa masih canggung denganku setelah aku menyatakan perasaan?"

"Tidak, hanya saja aku tidak ingin merepotkanmu untuk terus menjengukku seperti ini."

"Gwaenchana-yo. Aku melakukan ini karena aku yang menginginkannya jadi, sama sekali tidak merepotkan," balas Hana sembari menunjukkan senyuman.

Aku menghela nafas pasrah. Dia memang tidak bisa dihentikan.

"Oh iya, Oppa! Besok adalah hari minggu, aku ingin mengajak Oppa keluar, apakah tidak apa?"

Aku mengangguk. Aku tidak ingin menolaknya setelah melihat begitu semangatnya Hana ketika mengatakan itu. Kulihat dirinya ikut lega setelah mengetahui responku.

"Kalau begitu besok aku akan memberitahu dimana tempatnya. Kali ini biarkan aku yang memilih tujuan kita, oke?!" Pinta Hana.

"Baiklah."

Hana membenarkan posisi rambutnya yang terurai sembari membereskan barang bawaannya. Dia terlihat salah tingkah dengan responku. Apakah dia tidak mengira kalau aku akan menerimanya?

Ah, jika diingat kembali saat kami masih memiliki hubungan, akulah yang selalu memilih tempat tujuan untuk berkencan. Tanpa sepengetahuan Hana aku selalu mengajaknya pergi ke tempat dimana Sakura Noona berada. Sebenarnya aku ingin menunjukkan Noona jika aku sudah memiliki pacar, sayangnya aku tidak pernah berpapasan dengan dirinya.

"Baiklah, Oppa aku pamit dulu." Hana berdiri dari posisinya.

"Iya, hati-hati."

"Ah iya, apakah hari ini Oppa tidak akan pulang ke rumah?" Hana membalikkan badannya, menatapku cemas.

"Tidak. Aku masih ingin disini."

"Baik, aku mengerti. Aku pulang Oppa," balas Hana.

Aku pun mengantarkannya sampai ke depan restoran Taemin. Karena sudah beberapa hari ia kemari, sepertinya ia sudah semakin akrab dengan Taemin bahkan dengan Appa Taemin.

"Wah, lagi-lagi dia datang kemari, perempuan yang manis," ucap Appa Taemin atau biasa kupanggil Paman Yoon.

"Dia memang cantik, Appa tapi Jimin terlalu buta untuk menyadarinya," Taemin ikut berkomentar.

"Haish, jaga ucapanmu! Mataku sudah cukup lelah melihat wajahmu setiap hari!" Timpalku.

"Appa perlukah kita usir dia dari sini? Beraninya dia mengejek wajah tampan anak semata wayang Appa ini," rengek Taemin lalu hanya dibalas tawaan oleh Paman Yoon. Aku pun ikut tertawa melihat tingkah Taemin.

"Ya! Apa kau benar-benar tidak akan pulang?" Taemin kembali bertanya padaku, kali ini ia lebih serius.

"Entahlah, aku masih tidak ingin melihat Sakura Noona setelah apa yang terjadi di pertandingan olahraga."

Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang