XXIV. My Time

126 32 47
                                    

JIMIN P.O.V

"Aku menyukaimu, Oppa!"

Ini diluar dugaanku. Hana menyatakan perasaannya. Kalimat itu pasti sangat sulit diucapkan, dia terlihat gugup tetapi, dia berusaha untuk tetap menatapku.

Aku ingin segera membalas perasaannya. Sebagai pria, ini giliranku untuk menjaganya. Tidak seharusnya aku membiarkan dia berjuang sendirian. Iya, Seandainya aku bisa melakukan itu. Apakah aku siap untuk melakukannya? Apakah aku bisa untuk tidak menyakitinya lagi?

"Hana, aku..."

Hana menatapku dengan mata penuh pengharapan. Saat aku memandang netranya, tiba-tiba bayangan Jungkook yang memintaku untuk menjauhi Hana kembali terlintas. Apalagi kata-katanya selalu terngiang di kepalaku saat ia mengatakan, 'Kau selalu menyakitinya. Kau tidak pantas untuknya!'

Kalimat itu memang tidak bisa ku sangkal. Jika mengingat apa yang telah terjadi, itu semakin membuat dadaku sakit. Aku tidak bisa melakukannya.

"Maaf, aku tidak bisa membalas perasaanmu," aku mengucapkan itu dengan hati-hati.

"Oppa, kau bisa memikirkannya dahulu. Tidak perlu membalasnya sekarang, kau bisa-"

"Maaf."

Sesaat setelah mendengarnya, Hana langsung mengatupkan bibirnya. Tubuhnya bergetar. Ia menundukkan kepala dan berusaha menahan tangisannya.

"Apa oppa tidak mencintaiku?"

"Apa?"

"Apakah oppa tidak memiliki perasaan apapun padaku?"

Aku tidak mengira pertanyaan itu akan keluar dari mulut Hana. Apakah aku tak memiliki perasaan apapun padanya? Pertanyaan itu bahkan belum bisa kujawab. Tatapannya yang sendu spontan membuatku bungkam. Melihat Hana dalam kondisi rapuh itu membuat hatiku hancur.

'Kau tidak pantas untuknya!' Lagi-lagi kalimat itu terngiang dalam pikiranku. Dengan sekuat tenaga aku kembali mengucapkan kalimat yang sebenarnya tidak ingin kukatakan. "Tidak, aku tidak memiliki perasaan padamu," aku berusaha untuk tersenyum.

Mata Hana membulat, seolah dia memang tidak menyangka akan jawabanku. Aku menghela napas,
"Jika sudah, bisakah aku turun duluan? Ada tugas yang belum kukerjakan."

Tanpa mendengar balasan dari Hana, aku tetap menggerakkan kakiku menjauh darinya. Walaupun berat, aku tetap melangkah karena aku tidak ingin melihatnya dalam kondisi yang hancur. Apalagi ini semua karena diriku.

Kakiku melemas setelah menuruni beberapa tangga dari atap. Meskipun aku baru berada di tangga keempat, rasanya kakiku tidak kuat untuk kembali melangkah turun. Aku menahan tubuhku dengan berpegangan pada tembok. Dari posisiku sempat terdengar tangisan Hana, itu juga membuat dadaku semakin nyeri. Tanpa aba-aba air hangat turun membasahi pipiku.

"Air mata apa ini?" Aku berusaha untuk mengusap air yang mengalir di pipi.

JUNGKOOK P.O.V

Sudah tinggal beberapa hari lagi sebelum study tour, apa aku terlalu sibuk berlatih futsal hingga lupa dengan hari? Semua nampak bersemangat dan mempersiapkan diri untuk pergi.  Termasuk Hana, ia terlihat berbeda. Apakah dia sekarang mulai memakai make up?

Setelah kuingat lagi, saat ini ia juga tidak sering berdiri di depan kelas untuk melihat Jimin. Bahkan, dia tidak lagi menyebut nama Jimin.

"Hayoung-ah!" Bisikku, karena Pak Kim masih menjelaskan jadwal kegiatan study tour. Hayoung yang duduk di depanku akhirnya mundur sambil sedikit menoleh.

Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang