VIII. Envy

169 57 79
                                    

Hari ini adalah hari ketujuh kami berpacaran. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Sampai sekarang aku masih suka melihat Jimin dari kejauhan. Masih tidak bisa kupercaya kalau sekarang dia sudah menjadi milikku.

"Ini es krimmu," ucap Jungkook yang datang dan ikut berdiri di sampingku.

"Terima kasih, Jungkook."

"Mau sampai kapan berdiri disini? Kau sudah menyelesaikan tugas dari Pak Kim? Hayoung masih mengerjakannya, loh di kelas."

"Aku sudah menyelesaikannya. Kau pasti tidak percaya, ya?Bukankah sekarang aku menjadi semakin rajin?" Tanyaku percaya diri.

"Kenapa? Kau mau pamer kalau ini semua berkat pacar kesayanganmu itu?" Jungkook melirik kelas Jimin yang ada di lantai bawah.

"Apaan, sih kau masih saja tidak suka dengannya. Sebaiknya kau cepat-cepat mencari pasangan agar kau tidak iri denganku!"

"Buat apa aku iri? Yang mengetahui hubunganmu saja hanya aku dan Hayoung apa itu patut untuk dibanggakan?" Jungkook ikut mengarahkan pandangannya ke arah Jimin yang sedang duduk di depan kelasnya.

"Maksudku, kenapa dia menjalin hubungan dengan sembunyi-sembunyi? Apa dia terlalu takut kalau itu akan merusak citranya di sekolah?" Sambung Jungkook.

"Mau bagaimana lagi, itu permintaannya. Sepertinya pangeranku mengerti bagaimana cara agar kekasihnya ini tidak dibenci oleh fansnya di sekolah." Aku sedikit menyombongkan diri.

"Benar saja. Kau kan tidak meyakinkan untuk menjadi pendampingnya, karena itu dia tidak ingin semua orang tahu kalau kau adalah kekasihnya."

"Ya! Ryeo Jungkook! Kemari kau!Ya!" Aku berlari mengejar Jungkook yang sudah duluan menjauh dariku. Anak itu memang tidak pernah puas mengejekku.

'Awas saja kau Jungkook,' batinku geram.

~

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, aku segera membereskan barang-barangku dan memasukannya ke dalam ransel.

"Kau mau kemana, Hana?" Hayoung menghampiriku penasaran.

"Aku ada urusan," jawabku singkat.

"Hei, enak saja kau pergi. Tanggung jawab, nih tanganku sampai sekarang masih pegal," Ujar Jungkook ikut bergabung.

"Bodo amat!" Balasku sambil pergi menuju pintu kelas.

"Aku duluan ya, Hayoung."

"Apa kau akan berkencan lagi?" Tebak Hayoung.

"Bukan. Hari ini aku ada janji dengan orang lain."

Aku bergegas menuju halte bis agar tidak tertinggal. Aku tidak ingin membuat Sakura Eonnie menunggu terlalu lama. Hari ini kami sudah berjanji untuk bertemu di Cafe. Aku ingin berterima kasih pada Sakura Eonnie dan juga bercerita mengenai hubunganku dengan Jimin.

"Wah, syukurlah kalau kau sudah baikan dengan sahabatmu. Aku ikut senang mendengarnya," ujar Sakura Eonnie.

"Iya, itu berkat bantuan, eonnie, aku sangat berterima kasih."

"Tidak perlu sungkan, kau juga sudah membantuku, Hana." Sakura Eonnie menunjukkan senyumannya.

"Ah, iya eonnie, aku ingin bertanya mengenai hubungan sepasang kekasih." Aku mencoba memberanikan diriku.

"Eoh? Baiklah tanyakan saja."

"Bagaimana caranya agar membuat hubungan menjadi lebih nyaman? Maksudku, seperti membuat pasangan agar saling terbuka dan jujur satu sama lain."

Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang