XXIII. For You

118 34 50
                                    

JUNGKOK P.O.V

Semalam aku dengan Hana akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak, lalu kami makan malam bersama. Karena lelah Hana mengatakan bahwa ia akan menunda pergi berbelanja. Sebagai gantinya ia akan pergi bersama Hayoung besok jadi, aku hanya mengiyakan keinginan Hana kemudian kembali menghiburnya. Aku sebisa mungkin berusaha untuk membuat Hana melupakan Jimin walaupun hanya semalam.

Hari ini sebelum berangkat sekolah, aku pergi ke suatu tempat. Karena geram melihat apa yang telah dilakukan Jimin pada Hana, aku pun mendatangi rumahnya. Tidak butuh waktu lama untukku menunggu, karena sebelumnya aku sudah mengirim pesan singkat pada Jimin bahwa aku menunggunya di depan rumah. Tentu saja aku mendapatkan nomor Jimin dari Taemin Sunbae.

Akhirnya Jimin keluar dari rumah. Memakai seragam dengan rapi dan juga wajahnya yang tidak menunjukkan rasa menyesal sedikitpun. Aku memandanginya dari atas kepala sampai kaki, "Wah, kau terlihat baik-baik saja," aku menunjukkan senyuman tipis.

"Hah? Sejak kapan kau mulai mengkhawatirkanku?" Balas Jimin sambil menunjukkan smirknya.

"Oh, jangan salah sangka, bukan aku yang mengkhawatirkanmu, tapi Hana. Kau tidak lupa, kan?"

Berbeda dari sebelumnya, Jimin mulai menunjukkan wajah menyesalnya.

"Sudahlah, tak ada gunanya menyesal sekarang. Dia menunggumu disana. Duduk ditemani dengan angin malam yang dingin. Kau tahu, kan dia orang yang keras kepala? Ia bahkan tidak memedulikan dirinya hanya karena ingin menunggu kehadiranmu," Jelasku.

"Benarkah dia menungguku?"

"Iya. Untuk kedua kalinya. Dan lagi, kau hanya meninggalkannya begitu saja!" Aku meninggikan nada bicaraku.

"Aku ada urusan jadi-"

"Urusan untuk menemani Sakura Noona? Bukankah seharusnya kau tidak usah ikut campur, karena itu adalah urusan antara hyungku dengan noonamu?" 

"Ya! Seharusnya kau protes pada hyungmu karena telah menyakiti noonaku!" Bentak Jimin.

"Aku tidak berhak protes pada hyung, karena aku memang tidak menaruh perasaan pada Sakura Noona. Tapi aku protes padamu sebab kau telah menyakiti Hana begitu saja. Aku melakukan ini karena aku memiliki perasaan padanya."

"Apa?!" Jimin nampak terkejut dengan ucapanku.

Aku mendekatkan posisiku padanya, "Apa kau tidak pernah memerhatikan perjuangannya selama ini? Kau tahu, dia bahkan sempat tidak serius mengikuti pelajaran hanya karena memikirkanmu yang tidak mau pulang ke rumah!"

Jimin nampak memerhatikan ucapanku dengan seksama. 

"Aku tidak ingin mengatakan ini, tapi dia sudah menyimpan perasaan sepihaknya padamu selama lebih dari 5 tahun. Kau mungkin tidak ingat, tapi semasa kecil kau pernah memberikan kenangan yang indah padanya dan sejak itu dia memiliki rasa padamu," sambungku.

Jimin masih terdiam. Aku menghela napas lalu kembali melanjutkan ucapanku, "Kau mungkin tidak tahu, tapi dia selalu membicarakanmu dan mengikutimu lewat sosial media. Walaupun tidak mudah, ia tidak menyerah. Apalagi ketika ia mengetahui kalau kau kembali kesini, kau pasti tidak bisa membayangkan betapa bahagianya ia, bukan? Tentu saja kau tidak pernah mencintainya!" Aku mengepal tanganku kesal.

"Siapa bilang aku tidak mencintainya?"

Kalimat yang Jimin lontarkan berhasil membuat tanganku melemas. Aku terkejut dengan ucapannya, apalagi Jimin mengucapkan itu dengan tatapan seriusnya. Karena rasa penasaran, aku memastikan lagi dengan bertanya.

Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang