XI. Is that true?

145 48 43
                                    

HANA P.O.V

Jimin Oppa

Hana, Maafkan aku. Sepertinya minggu ini aku tidak bisa mengajakmu berkencan, aku akan sibuk mempersiapkan pertandingan selanjutnya.
06.30

Oh iya, mengenai kejadian kemarin aku benar-benar minta maaf.
06.30

Apa kau baik-baik saja? Lain kali tolong jangan menungguku.
06.31

Aku menghela napas panjang setelah mendapat pesan dari Jimin yang beruntun. Perasanku campur aduk karena kejadian kemarin. Aku ingin mengutarakan bagaimana perasaanku saat ini, yang jelas aku ingin memarahinya karena kemarin dia tidak mendatangiku bahkan setelah hujan turun.

Namun, setelah dipikirkan, itu juga karena salahku. Aku sendiri yang memutuskan untuk tetap berdiri disana dan Jimin memiliki hak untuk datang ataupun tidak. Jadi, aku harus menerima konsekuensi dari perbuatanku.

Aku meraih handphoneku kembali untuk mengetik balasan pesan pada Jimin yang isinya,

Aku tidak apa. Oppa tidak perlu khawatir.
06.40

Semangat untuk latihannya, Oppa.
06.40

~

Jam ketiga di hari rabu adalah jam olahraga, pelajaran yang paling kusukai. Karena saat jam olahraga, aku tidak perlu duduk sambil menatap buku tebal yang dapat mendatangkan rasa kantuk. Ditambah saat ini guru olahragaku, Pak Jihyuk tidak masuk karena mengurus olimpiade olahraga. Jadi, aku, Hayoung, dan teman perempuan sekelasku berkumpul untuk melakukan kebiasaan kita bersama, menggosip.

"Ya! Ya!" Sohyun, Ratu gosip kelasku, hendak memulai topik pembicaraan. Dengan antusias kami semua langsung merapatkan posisi agar dapat mendengar ucapan Sohyun.

"Kalian tahu Yoongi anak kelas 3-2 yang terkenal dingin itu?" Tanya Sohyun.

"Iya!" Jawab kami serentak.

"Akhirnya si pangeran es itu membuka perasaannya untuk adik kelas! Kemarin kudengar Yoongi Oppa bahkan sudah meminta kontak anak itu secara langsung!" Ujar Sohyun.

"Mwo?!"

"Jinjja?!"

"Jinjja-ya! Jika aku memberi tahu siapa gadis ini kalian pasti tidak percaya."

"Memang siapa?" Aku ikut penasaran.

Sohyun melipat kedua tangannya terlebih dahulu, sebelum akhirnya menjawab. "Jadi, menurut sumber yang sudah aku research, perempuan itu bernama Min.."

Tepat sebelum Sohyun menyelesaikan kalimatnya, kakak kelas dari anggota klub futsal datang melewati kami. Spontan kami bangun dan memberi salam kepada mereka. Tentu saja disana juga ada Jimin, baik aku maupun Jimin memberi salam layaknya adik dan kakak kelas, tidak lebih.

"Melihat anggota klub futsal mataku berasa lebih segar, terutama setelah melihat Jimin Oppa," ujar Sohyun sambil memperhatikan Jimin.

Tak ingin Sohyun terlalu lama memandang Jimin, aku langsung menoleh pada Sohyun, "Sohyun lanjutkan ucapanmu tadi-"

"Ah, matta! Aku juga punya gosip tentang Jimin Oppa."

Ucapan Sohyun berhasil membuatku terkejut, lebih tepatnya bukan hanya aku melainkan anak yang lain juga menunjukkan respon yang sama. Tapi, mereka nampak lebih bersemangat karena hampir setengah dari kelasku memang menyukai Jimin jadi, mereka sangat penasaran dengan gosip mengenai dirinya.

"Apa, Sohyun? Beritahu kami!"

"Aku mendengar kalau Jimin sudah punya wanita."

"Apa?! Uri Jiminie? Andwae~"

Mendengar respon mereka aku hanya bisa menelan ludah. Hayoung memahami situasi ini, dia langsung menggenggam jari tanganku yang gemetar.

"Jangan gugup," bisik Hayoung. Aku pun berusaha untuk bersikap biasa saja sembari mengatur degup jantungku.

"Wanita ini berhasil meraih hati Jimin dengan sikap polosnya. Tetapi kisah cinta mereka tidak seindah seperti yang kalian kira."

Aku mengernyitkan keningku, mencoba mencerna kalimat Sohyun.

"Jimin sangat menyukai wanita ini tapi sayangnya, wanita ini tidak memiliki perasaan apapun pada Jimin, bahasa kasarnya Jimin ditolak."

Oke fix, Sohyun tidak membicarakanku. Aku lega akan itu, tapi hatiku justru merasa sesak medengarnya. Kulihat Sohyun hendak melanjutkan ucapannya, aku pun tetap mencoba mendengarnya karena rasa penasaran yang sudah menyelimutiku.

"Semenjak ditolak, Jimin tidak membuka hati kepada siapapun. Maka dari itu, sekeras apapun usaha kalian untuk mendapatkan perhatiannya, Jimin tidak akan tertarik pada kalian. Sadarlah temanku, kita hanya seorang adik kelas di matanya, tidak lebih," jelas Sohyun.

Suara rintisan mengelilingiku. Banyak yang merespon cerita Sohyun dengan makian tidak terima dan ada juga yang hanya bisa menangis kecewa. Sedangkan aku disini, masih tidak tahu dengan responku seperti apa. Sesak? Kecewa? Entahlah. Perasaanku saat ini sulit untuk kudeskripsikan.

Jika aku memilih untuk tidak percaya rasanya kurang pas, karena semua cerita yang diucapkan Sohyun biasanya 80% adalah fakta. Ini bukan kali pertama Sohyun menceritakan suatu gosip, setiap gosip yang dia sampaikan selalu benar, entah dia mendengarnya darimana.

Aku meremas celana olahragaku hingga aku merasakan nyeri di lututku, tapi aku tidak menghiraukannya. Aku menyadari Hayoung yang menatapku dengan penuh kekhawatiran, tapi aku tetap mengabaikannya.

Saat ini aku masih bertanya-tanya siapa sosok yang berhasil mendapatkan hati Jimin? Apa dia seseorang yang saat itu dipanggil Jimin dengan sebutan 'noona'? Lalu jika benar, Jimin menutup hatinya untuk siapapun kecuali wanita itu, berarti aku disini sebagai apa? Mengapa saat itu Jimin mengajakku berpacaran?

.
.
.

Anyeong yeorobun~ Gimana bab kali ini? Untuk bab ini cukup pendek, bukan? Aku mencoba menguranginya agar tidak terlalu panjang dalam 1 bab. Mungkin kedepannya aku bakal nulis lebih pendek dari sebelum-sebelumnya.

Tapiii tenang aja itu juga belum pasti 100%. Jika aku lagi mood nulis aku pasti menulis lebih banyak juga. Jadi jangan lupa vomentnya, karena kalian aku menjadi semangat untuk melanjutkan cerita pertamaku ini. Tunggu updatean selanjutnya yaa.

 Tunggu updatean selanjutnya yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Can't you be mine? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang