Aku mencoba melupakan perkataan Sohyun tempo hari. Aku tidak ingin membuat perasaanku menjadi semakin perih setiap harinya.
Aku membaringkan tubuhku diatas kasur kesayanganku. Besok adalah hari olimpiade olahraga, Jimin juga berpatisipasi sebagai salah satu peserta. Pasti besok akan ramai dipenuhi siswa-siswi dari SMA lain, jadi aku harus mempersiapkan diri untuk kembali mendengar sorakan dan kekaguman orang lain pada Jimin.
TRING!
Suara notifikasi dari handphoneku berbunyi. Tidak biasanya ada seseorang yang mengechatku di malam hari. Aku meraih benda persegi panjang itu untuk melihat siapa yang mengirimiku pesan. Mataku membulat setelah membaca isi pesan itu. Ternyata Jiminlah yang mengirim pesan.
Dengan cepat aku bangkit dari kasurku, kemudian mencari baju yang hendak kupakai. Tak kusangka Jimin mengajakku untuk bertemu di taman dekat rumah. Ini pertama kalinya Jimin mengajak keluar saat malam hari, aku penasaran kenapa dia mengajakku bertemu.
~
"Oppa, maaf sudah menunggu lama," Aku terengah-engah karena habis berlari.
"Tidak apa. Justru aku yang harus meminta maaf karena tiba-tiba memanggilmu," Jimin menunjukkan wajah menyesalnya.
"Gwaenchanayo oppa. Kenapa oppa tiba-tiba memanggilku? Apa ada sesuatu?" Aku mendaratkan bokongku disamping kursi Jimin.
"Tidak apa. Hanya saja aku ingin melihatmu sebelum pertandingan besok." Jimin tersenyum melihatku.
"Eoh?!"
"Haha, ada apa denganmu? Ekspresimu seperti habis melihat hantu saja. Apakah aneh jika aku rindu dengan pacarku?" Jimin menatapku dengan lembut.
"Ah, tidak. Hanya saja aku cukup terkejut." Aku berusaha menutupi kegugupanku.
Jimin terkekeh mendengar jawabanku. Tanpa sadar sudut bibirku juga ikut terangkat. Benar, ini adalah pertemuan biasa yang dilakukan oleh pasangan. Dan aku adalah pasangan Jimin.
"Oh, iya! Aku belum menanyakan ini pada oppa. Aku penasaran kenapa oppa pindah ke Busan?"
"Bisnis appa semakin besar saat aku masih kecil jadi, kita memutuskan untuk pindah ke Seoul. Namun 3 tahun yang lalu appa dan eomma bercerai, lalu aku dengan eomma kembali ke Busan bersama suami barunya," jelas Jimin.
Setelah mendengarnya, aku merasa menyesal dengan pertanyaanku. Seharusnya aku memilih topik yang lebih tepat.
"Maafkan aku, oppa," Aku menundukkan kepalaku.
"Tenang saja. Appa baruku adalah orang yang baik," balas Jimin seolah dia ingin membuatku merasa lebih baik.
"Ha-Hana." Jimin berbisik di telingaku.
Aku menoleh kemudian kulihat Jimin menggigit bibir bawahnya.
Tanpa aba-aba Jimin menarik tanganku. Ia berlari sambil mengenggam tanganku.Sungguh jantungku rasanya hampir copot. Walaupun kami sudah berpacaran, ini pertama kalinya kami bergandengan. Mulutku tidak bisa berkata apa-apa saat ini. Aku terlalu gugup untuk bicara. Aku hanya bisa mengikuti langkah Jimin yang membawaku entah kemana.
Setelah Jimin menemukan tempat yang sepi ia pun menghentikan langkahnya. Dia masih mengatur deru napasnya sambil memperhatikan keadaan sekitar. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Oppa, ada ap-" Jimin menutup mulutku sebelum aku menyelesaikan pertanyaanku.
Kedua matanya menatap mataku dengan tajam, seolah-olah mengancamku untuk tidak bergerak. Jimin mendekatkan wajahnya hingga jarak antara kami sangat dekat. Spontan aku menutup mataku dan merapatkan bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't you be mine? (COMPLETED)
FanfictionPernahkah kalian menyukai kakak kelas diam-diam? Jika iya, pasti yang bisa kalian lakukan hanyalah memandanginya dari jauh, begitupun dengan Min Hana. Seorang siswi yang terobsesi dengan kakak kelas, tetapi perasaan yang ia miliki tidak pernah dike...