bab 34

2.2K 312 81
                                    

Perpisahan yang paling menyakitkan adalah di saat berpisah dalam dunia yang berbeda

✨✨✨

Aqeela membeku dengan perkataan yang di lontarkan oleh teman-temannya rasanya kakinya sudah tak ada rasanya lagi.

"Qeel, Qeela lo gak papa kan?" Ucap Ratu yang berusaha menyadarkan Aqeela dari lamunannya

"Mayatnya dimana? Boleh gue ketemu?" Tanya Aqeela dengan suara lirih dan tatapan kosong

"Ikut gue" Ucap Zayyan

Saat masuk kerumah di sana ada orang tua Zidan yang tengah menangisi anaknya. Aqeela hanya memperhatikan Zidan dengan tatapan yang sangat tidak bisa di artikan, dari tadi pun air matanya tidak turun tetapi pandangannya menyiratkan semuanya.

"Lo kuat Qeel gue percaya" Ucap Sandrina, Aqeela langsung duduk di samping Zidan yang sudah tak bernyawa, Zidan menutup matanya dengan tenang, jika di perhatikan ada senyum tipis yang terukir di wajahnya

"Hai Dan, gue di sini? Pertemuan kita ternyata singkat ya? Tapi lo uda ngajarin gue tentang banyak hal, terimakasih untuk semuanya. Gue akan selalu ingat setiap apa yang lo katakan ke gue, dan semua pertanyaan yang berkeliaran di otak gue selama ini sudah terjawab, terimakasih. Lo kaya malaikat yang di kirim tuhan buat gue, terimakasih atas cinta yang lo berikan ke gue, maafin gue belum bisa ngebalas cinta itu sampai lo pergi selamanya kaya gini, seharusnya lo paksa gue buat mencintai lo Dan tapi lo terlalu baik untuk membiarkan diri lo yang merasakan setiap sakit. Maaf" Ucap Aqeela dengan tatapan sendu

Pemakaman Zidan di lakukan dengan sangat hikmad, dari awal sampai akhir Aqeela hanya diam tak menangis melihat smeuanya hanya saja tatapan matanya begitu menyakitkan. Dia begitu kehilangan sosok Zidan, kalau boleh memutar waktu jika pada akhirnya dia akan melihat Zidan tiada, dia akan berusaha mencintai Zidan. Mencintai sosok laki-laki seperti Zidan itu sangat lah mudah tetapi dirinya terlalu munafik untuk tidak mencobanya malah bertahan mencintai laki-laki yang dirinya saja tidka tahu bahwa Aqeela memiliki rasa.

Setelah pemakaman Zidan, Zayyan memanggil Aqeela untuk mengikutinya. Zayyan mengajak Aqeela untuk pergi ke kamar Zidan yang bernuansa serba putih.

"Ini kamar Zidan?" Tanya Aqeela dengan ekspresi wajah yang sangat dingin

"Iyaa, dia begitu mencintai warna putih karena menurutnya putih itu bersih, baik dan dengan segala filosofi yang dia katakan, dan dia saat memasuki kamarnya dia selalu berkata bahwa putih adalah sebuah ketenangan, gue ajak lo kesini bukan buat lo nangis atau sedih tapi gue mau kasih kado amanat terakhir Zidan" Ucap Zayyan dan langsung memberikan sebuah kotak hadiah pada Aqeela

"Sebelum gue buka, apa lo mau jawab semua pertanyaan gue?" Ucap Aqeela

"Iyaaa, lo mau tanya apa?" Ucap Zayyan

"Zidan sakit apa?" Tanya Aqeela

"Zidan sakit kebocoran jantung mulai saat kecil, dia selama ini memakai bantuan alat untuk bertahan hidup. Dia tidak boleh kecapean, atau melakukan kegiatan berat lainnya tapi Zidan tetap Zidan dia begitu menekuni karatenya, selama ini gue tahu dia latihan tapi dia selalu terlihat biasa saja, di saat itu gue pikir dia baik-baik saja tetapi ternyata tidak Qeel, dia selalu menyembunyikan kesakitan yang dia rasakan itu dari gue dan keluarga gue sampai akhirnya di saat malam gue ketemu lo, di situ Zidan sedang di rumah sakit karena ketahuan nyokap gue dia pingsan di kamar mandi" Ucap Zayyan

"Kenapa? Kenapa pada saat itu lo gak bilang apa-apa sama gue? Kenapa lo gak bilang kalau Zidan kenapa-kenapa? Kenapa Yan?" Ucap Aqeela penuh penekanan

"Zidan gak mau lihat lo sedih Qeel, dia tahu lo bakal nyalahin diri lo sendiri. Dia selalu bilang ke gue kalau dia gak mau lihat lo netesin air mata karena setiap tetesan air mata lo buat dia sakit" Ucap Zayyan

"Seharusnya gue ada di sampingnya Yan" Ucap Aqeela dengan sendu sambil melihat foto Zidan yang tengah tersenyum lebar, senyumannya begitu cerah bagai matahari yang baru terbit

"Lo tau, saat dia menceritakan tentang lo dia begitu mengembangkan senyumannya, dia begitu bahagia. Seumur hidupnya dia gak pernah namanya suka sama cewek Qeel karena dia takut kalau dia akan meninggal dan akan menyakiti wanita itu, tetapi saat dia bertemu dengan mu dia mempunyai harapan untuk mencintai karena dia tahu, lo gak akan pernah mencintainya dengan itu dia gak akan lihat lo sedih dan kecewa" Ucap Zayyan, sedangkan Aqeela hanya memperhatikan foto Zidan

"Boleh gue buka kado ini?" Tanya Aqeela

"Buka saja" Ucap Zayyan

Aqeela membuka kotak berwarna putih itu dengan perlahan, isi hadiah itu adalah teddy bear dengan ukuran sedang, sebuah surat dan bunga mawar putih yang sudah sedikit layu. Saat boneka teddy bear itu di tekan dia akan mengeluarkan suara, dan suara itu yang merekam adalah Zidan sendiri

"Hello My Litte Star, Fighting?!" Ucap rekaman Zidan dengan suara yang terdengar sangat bahagia

Sedangkan surat Zidan berisi.

Hai Qeel, mungkin saat kamu baca ini aku sudah tidak ada di samping kamu, sudah tidak bisa lagi menghapus air mata mu. Maafkan aku yang pergi meninggalkan mu, tapi kamu harus meyakini satu hal bahwa aku akan selalu ada di hati kamu dan tidak akan membiarkan rasa sedih menghampiri kamu, aku akan menjagamu melalui awan yang akan melindungi kamu dari jauh, selalu tersenyum Qeel, senyuman mu adalah harapan semua orang. Izinkan aku membawa cinta ku padamu di lelapnya tidurku, aku akan selalu mencintai mu Qeel, terimakasih sudah membuat ku merasakan arti Cinta. Jangan menangisi laki-laki seperti ku, kamu harus bahagia dengan laki-laki yang kau cintai siapapun itu nantinya. Aku percaya laki-laki yang akan menjagamu adalah laki-laki yang baik, katakan pada laki-laki yang akan berakhir bersama mu nanti bahwa kau pernag sangat di cintai oleh seseorang laki-laki dengan setulus hatinya jadi jangan pernah melepaskan mu, karena kamu adalah seorang bintang

- Laki- Laki yang begitu mencintaimu- "

Aqeela membaca surat itu lalu luruh bersandar di tembok kamar Zidan, kesedihan yang dia rasakan tadi seakan tumpah dengan air mata yang terus mengalir dan terus berteriak meneriaki nama Zidan, sedangkan teman-teman Aqeela di larang masuk oleh Zayyan ke kamar agar Aqeela bisa meluapkan tangisannya karena dari tadi dia sudah memendamnya.

"Gue gak tega lihat Aqeela gitu" Ucap Sandrina

"Biarin dia meluapkan segalanya, kalau kita di sana dia akan berpura-pura untuk kuat" Ucap Zayyan

"lebih baik kita tinggal dulu" Ucap Rey

"Sya boleh ikut gue" Ucap Zayyan kepada Rassya, dan Rassya mengikuti Zayyan untuk ke taman belakang

"Ada apa Yan?" Tanya Rassya

"Ada titipan surat buat lo dari Zidan" Ucap Zayyan

"Buat gue?" Tanya Rassya yang keheranan

"Buka saat lo nanti di rumah" Ucap Zayyan

✨✨✨

Hellooooo 🌼 Happy New Year buat kalian 💛 Semoga kalian bahagia selalu yaa 🌼 Dan setia menunggu cerita ku 🤭 See you next chapter ✨

I yellow you 💛

Salam, Lenn ☁️

Sorry Aqeela {COMPLATE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang