01; Kelereng Biru yang Menyendu

3.3K 308 41
                                    

Happy Reading
___

Boruto menatap telapak tangannya yang dibalut oleh sarung tangan. Mengepalkannya kemudian kembali membukanya. Menghela napas berat, ia lalu menatap langit-langit kamarnya dengan sorot mata tak terbaca.

"Sekarang aku malah larut memikirkan hal itu, lagi ...."

"Boruto-nii! Makan malam sudah siap, lho!"

"Ah, iya 'ttebasa!" Segera Boruto bangkit dari posisi berbaringnya. Lelaki itu sempat merapikan rambutnya sebelum berlari ke luar kamar.

"Maaf, ya. Makan malamnya jadi sedikit terlambat kali ini. Tadi keran air di wastafel mendadak rusak. Jadi Ibu harus memperbaiki itu dulu." Wanita paruh baya bermata unik yang memegang sepiring ikan tersenyum tak enak pada Boruto.

"Tak apa, Kaa-chan." Boruto mengambil tempat duduk di hadapan wanita tadi.

Saat Boruto mengambil sebuah wadah kaca untuk tempat ia memakan sup, seorang pemuda dan seorang gadis muncul dari arah belakang, dari arah lorong yang ada di sebelah tangga.

"Himawari?"

Senyuman Himawari terukir lebar. "Tadi Hima ke belakang, Boruto-nii. Soalnya Kawaki-nii ketiduran dan nggak bangun-bangun waktu Hima teriak dari dapur."

"Ooh." Boruto mengangguk saja. Ia sempat melirik pemuda berwajah sinis yang berdiri di sebelah Himawari, sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan kegiatannya mengambil sup.

"Kawaki mau makan apa?"

Kawaki mengambil tepat duduk di sebelah Boruto. "Sup, seperti Boruto."

"Oke."

Boruto mengaduk sup dengan sumpit. Ia lihat Himawari telah duduk di hadapan Kawaki sambil mengambil nasi. "Ayah nggak pulang, ya?" tanya Boruto.

"Mungkin, tidak untuk hari ini." Wanita yang merupakan Ibu kandung dari Boruto dan Himawari, serta Ibu angkat dari Kawaki tersenyum kecil. Namanya Hinata.

"Terserahlah," gumam Boruto.

Kawaki makan dengan tenang. Sejak dulu ia tak terlalu suka bicara di antara kegiatan makan.

"Eh, Kaa-san."

Hinata menoleh pada Himawari.

"Kemarin itu Hima berkumpul dengan teman-teman di gerai dango yang ada di dekat rumah sakit. Terus di sana ada obrolan aneh yang sampai sekarang masih Hima pikirkan, Kaa-san," cerita Himawari.

Hinata menelan makanannya. "Obrolan tentang apa, Hima?"

"Itu, Kaa-san, tentang klan."

Boruto mengambil segelas air hangat, meminumnya dengan mata fokus pada Himawari. "Klan?"

"Klan apa?" Kawaki yang bicara.

"Kata temannya Hima, kalau ada seorang laki-laki dan seorang perempuan yang melangsungkan pernikahan, maka nama klan dari pihak perempuan akan diubah menjadi nama klan dari pihak laki-laki." Himawari menjelaskan. "Itu artinya akan ada salah satu klan yang kehilangan anggotanya, 'kan? Soalnya kalau menikah harus ada klan yang diubah."

Boruto refleks tersedak, entah karena apa.

Hinata sigap menambah air minum Boruto. Raut wajah wanita itu berubah khawatir.

Kawaki menatap Boruto dengan sebelah alis terangkat. Ia sempat kaget, pasalnya Boruto jarang tersedak sekali pun ia makan terburu-buru.

Himawari tertawa kecil melihat Boruto yang berusaha menghentikan batuk. Kenapa Boruto bisa tersedak separah itu, sih?

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang