32; Puncaknya

1.1K 129 30
                                    

Happy Reading
___


Setelah mendengar berita tentang musuh yang kembali menyerang gerbang Konoha, Sarada bergegas menuju gerbang guna melihat langsung bekas kekacauan yang terjadi.

Ini hari kedua usai penyerangan itu terjadi, dan selama itulah Sarada sering bolak-balik datang ke gerbang hanya untuk mengamati keadaan sekitar dengan teliti. Dua hari ini, Sarada tidak menemukan ada penyerangan yang kembali terjadi. Yang ada hanya kekacauan di dalam desa yang disebabkan oleh warga itu sendiri. Beberapa toko di sudut desa kemarin malam dijarah oleh sekelompok penjahat. Hal itu mendorong rasa panik warga tumbuh semakin subur.

Masalah pertama, penyerangan yang terjadi di gerbang Konoha. Masalah kedua, aksi penjarahan oleh sekelompok penjahat yang masih belum berhasil ditangkap. Masalah ketiga, aksi demo warga yang semakin marak terjadi di sepanjang jalan utama. Masalah keempat, perekonomian Konoha yang mengalami gangguan.

Kombinasi dari semua masalah itu menyebabkan kekacauan di sana-sini.

"Kau datang lagi, Sarada?" Inojin yang hari ini bertugas menjaga gerbang menatap Sarada.

Sarada mengangguk.

"Seharusnya kau berjaga di area pasar, Sarada, mewaspadai penjarahan yang mungkin akan terjadi lagi."

"Hari ini bukan jadwalku jaga di sana. Jadi, jangan halangi aku untuk ikut berjaga di sekitar gerbang, Inojin."

Inojin menghela napas lirih. Ia kemudian menoleh ke kanan ketika melihat Shikadai berjalan mendekat.

"Masih yakin bahwa penyerangnya bukan Boruto, Sarada?" tanya Shikadai. Ia baru selesai berkeliling.

Sarada mengangguk. "Iya. Aku sangat yakin bahwa penyerangnya bukan Boruto. Selama aku belum melihat dengan mata kepalaku sendiri, maka aku tak akan percaya."

Shikadai sempat diam sesaat, lalu berdeham sambil mengangguk paham. "Terserahmu saja, Sarada."

"Oh ya, kalian lihat Kawaki, tidak?" tanya Inojin.

Sarada menggeleng.

"Belakangan ini dia jarang muncul, 'kan?"

Sarada menjawab dengan anggukan, sedangkan Shikadai tak memberi respons apa pun.

"Awas saja kalau ternyata dia berbuat onar. Sejauh ini, Kawaki masih cukup tertutup kepada kita, 'kan?" Inojin menghela napasnya.

Sarada cemberut. Heran, kenapa Inojin baru menyadari hal itu sekarang. Padahal sejak dulu Kawaki itu memang penuh misteri.

"Sudahlah, malas membahas Kawaki." Sarada berlalu ke luar gerbang.

"Mau ke mana, Sarada?!" seru Inojin.

"Berkeliling," sahut Sarada.

"Hati-hati, Sarada." Shikadai mengingatkan.

Sarada tak menoleh lagi. Gadis itu fokus memeriksa keadaan sekitar. Di dekat Sarada ada beberapa jounin dan chuunin yang juga sedang berjaga. Sarada terhenti di dekat sebuah batu. Batu itu tak lagi utuh, melainkan terpecah menjadi beberapa bagian. Sarada tahu, batu itu terpecah ketika terjadi penyerangan dua hari lalu. Banyak orang meyakini bahwa sang musuh mengerahkan raiton untuk memecahkan batu itu.

Raiton tentu identik dengan Boruto. Bukti itu membuat semakin banyak warga yang menuduh bahwa Boruto adalah pelaku atas penyerangan yang telah terjadi. Padahal nyatanya, di dunia ini ada beratus-ratus orang yang punya kekuatan raiton, bukan hanya Boruto.

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang