Happy Reading
___
Usai mendeklarasikan bahwa perang kembali dimulai, Jigen pun mengeluarkan pusaran angin dari tangannya yang teracung di udara. Pusaran angin yang ukurannya bertambah besar seiring dengan detik yang berjalan itu terasa benar-benar tajam, dapat menghempaskan siapa saja, melukai siapa saja.Konohamaru bersama Kakashi kompak melompat, menjauhi pusaran angin milik Jigen. Ino dan Sai terlalu hanyut dalam keterkejutan, menyebabkan keduanya dihempas angin begitu kuat. Selapis dinding setengah hancur karena tubuh Sai dan Ino. Tsunade menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Wanita itu menyudut guna mencari tempat aman. Podium tempat Konohamaru mengumumkan pengunduran dirinya telah kacau karena Jigen.
"Berlindung!"
Para shinobi yang berjaga di sekitar Kantor Hokage bergerak mengamankan warga. Warga berlari tergopoh-gopoh, berteriak mencari anggota keluarganya masing-masing, berseru ketika melihat pusaran angin itu menghancurkan dinding podium.
Sarada menarik Sakura ke pinggir halaman. Gadis itu mendongak menatap podium. "Lihat ke atas, Ma."
Sakura meneguk air liurnya dengan berat. Wanita bermata hijau itu mengernyit guna mencari celah di antara pusaran angin. Ia harus mencari celah, agar wajah Jigen yang berada di balik pusaran angin itu bisa ia lihat.
"Hentikan!" sentak Konohamaru.
Jigen menghentikan angin itu dalam waktu sepersekian detik. Ia lekas menatap Konohamaru dari balik tudung jubahnya yang belum terbuka sepenuhnya. Hal pertama yang ia lihat dari diri Konohamaru, adalah kunai yang dilempar oleh lelaki itu hingga membelah debu di udara. Jigen mengangkat tangannya guna menghalau kunai yang akan mendarat di dada kirinya.
Berdenting. Kunai milik Konohamaru terlempar begitu saja, jatuh di atas lantai. Jigen menghalaunya dengan tangan kosong tanpa senjata.
Konohamaru mengernyit.
Jigen mendecih, kemudian dua orang berjubah turut muncul di sisinya. Kini, ada tiga musuh di atas podium.
"Cih." Shikamaru yang geram segera mengukir kageshibari. Bayangan hitam kageshibari menjalar di atas lantai, mengejar tubuh Jigen yang bergeming seolah patung.
"Lakukan."
Satu kata yang Jigen katakan berhasil menyihir Konohamaru, Shikamaru, Kakashi, Tsunade, Sai, juga Ino, mereka terkesiap. Begitu Jigen mengeluarkan instruksi itu, pemuda berjubah yang berdiri di sisi kiri Jigen mengangkat tangannya, menyerap kageshibari hingga lenyap tak bersisa di lantai.
Konohamaru menahan napasnya. "Menyerap jutsu? Jangan katakan bahwa m-mereka ...."
Jigen menurunkan sempurna tudung jubahnya. "Aku adalah Jigen, atau lebih tepatnya, aku adalah Isshiki Otsutsuki yang masih tertidur di tubuh Jigen."
"Otsutsuki?!" Semua terkejut, terkesiap dengan mata membelalak.
"Jadi," ucap Jigen, "mari mulai permainan ini."
Jigen kembali mengangkat tangan kanannya. Seketika, kepulan asap muncul di berbagai sudut desa. Ada asap di antara rumah warga, di jalan-jalan kecil, di antara warga yang tengah dievakuasi, bahkan di antara para jounin yang melindungi warga. Dari kepulan asap itu, beberapa orang berubah wujud. Mereka yang berubah adalah musuh dalam selimut yang selama ini hidup nyaman di Desa Konoha.
Warga berlari ke sana-kemari, tak lagi selaras menuju rumah sakit untuk mengungsi. Kemunculan para musuh di mana-mana membuat warga ketakutan, merasa terlunta-lunta. Teriakan terdengar dari berbagai arah. Tangis bayi pun samar-samar ikut mengudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Rules [BoruSara Fanfiction] Terlalu banyak hal yang membuat dua hati itu tak bisa bersatu. Terlalu banyak peraturan rumit yang mengganggu. Terlalu sulit, untuk sekadar bersatu. Semesta dengan ringan menambah jumlah benteng pemisah di antara me...