Happy Reading
___"Sarada, sudah siap? Tunggu Mama sebentar, ya."
"Iya, Ma."
Sarada menghela napas lirih sambil berjalan menuju pintu depan apartemennya. Gadis itu sudah rapi, akan pergi menghadiri acara pelantikan Hokage Kedelapan bersama Sakura.
Begitu Sarada membuka pintu, kedua alis gadis itu kontan naik, membentuk ekspresi setengah kaget dan bertanya-tanya.
"P-pagi." Kawaki tersenyum kaku.
Sarada bersandar pada bingkai pintu sambil menaikkan batang kacamatanya. "Ada apa?" Sebisa mungkin Sarada menjaga nada bicaranya agar Kawaki tak curiga. Di balik layar, Sarada berusaha menahan api amarahnya yang telah berkobar.
"Mau ke acara pelantikan itu, 'kan? Ayo pergi bersama." Kawaki yakin nada bicaranya terdengar aneh. Jujur, ia memang pernah tertarik pada Sarada, tapi mengajaknya pergi berdua begini, tak pernah Kawaki pikirkan sebelumnya.
"Tidak bisa."
Jawaban Sarada membuat Kawaki tersenyum kaku. "H-hah?"
"Aku akan pergi dengan Mama. Jadi, sebaiknya kau pergi dengan orang lain saja."
Mimik wajah Kawaki berubah kompleks, sulit dipahami maknanya.
"Y-ya sudah. Aku duluan, Sarada." Kawaki mendecak pelan, lalu undur diri dari hadapan Sarada.
Sarada menghela napasnya. "Andai sejak dulu aku tahu semuanya, mungkin aku tak akan pernah mau untuk menawarkan jasa batuan padanya."
"Kawaki, ya?" Sakura melongok melalui pintu.
"Iya, Ma."
"Ya sudah, ayo berangkat, Sarada."
"Em."
° ° °
Kebetulan bertemu dengan Hinata dan Himawari di depan gedung apartemen, maka Sakura dan Sarada pun memutuskan untuk bergabung bersama mereka. Keempatnya berjalan beriringan, Sakura dan Hinata di depan, kemudian Sarada dan Himawari di belakang.
Sarada melirik sekitar dengan perasaan tak nyaman. Gadis itu tak nyaman, resah karena orang-orang di sekeliling mereka masih saja membicarakan berbagai hal buruk tentang Boruto. Warga terus membicarakan Boruto, bahkan tak acuh pada keberadaan keluarga Uchiha dan Uzumaki yang melintas di sana.
"Oh iya, aku punya pertanyaan, Hinata." Sakura bicara. "Agak aneh rasanya, karena Naruto terlihat biasa saja setiap kali Kawaki mengantarkan bekal ke Kantor Hokage. Soalnya, semua kotak bekalnya hanya ditinggalkan di Kantor Hokage, tidak dibawa pulang untuk dicuci. Aku agak heran. Kenapa Naruto tidak curiga pada gerak-gerik Kawaki?"
"Kotak bekalnya tidak dibungkus dengan kain berlambang Uzumaki, Sakura-chan. Hanya dengan melihat itu pun, Naruto-kun tahu bahwa kotak bekal itu adalah kotak bekal sekali pakai, yang setelah digunakan sekali boleh langsung dibuang," jelas Hinata. "Dan memang, dulu aku juga pernah mengantar bekal tanpa membungkusnya dengan kain."
Sarada menoleh. "Yang aneh itu, adalah bagaimana mungkin enam kotak bekal dan belasan cup ramen instan ditumpuk begitu saja di sudut ruang kerja hokage, Ma, Bi? Bukannya, itu terkesan jorok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Rules [BoruSara Fanfiction] Terlalu banyak hal yang membuat dua hati itu tak bisa bersatu. Terlalu banyak peraturan rumit yang mengganggu. Terlalu sulit, untuk sekadar bersatu. Semesta dengan ringan menambah jumlah benteng pemisah di antara me...