13; Racun

1.6K 196 9
                                    

Happy Reading
___

Lima bulan usai kejadian perginya Boruto dan Sasuke. Waktu berlalu cukup lambat bagi beberapa orang selama lima bulan terakhir ini. Padahal, putaran waktu masih normal seperti sediakala. Namun rasanya seolah melambat.

Sarada menghela napas lelah sambil menyibak selimut yang tadi membungkus sekujur tubuhnya. Gadis itu tak bisa tidur malam ini, entah mengapa kantuk tak kunjung menghampirinya. Padahal jam dinding telah menunjukkan pukul satu kurang tiga puluh menit.

Sarada meraih sesuatu dari balik bantal tidurnya, kemudian berjalan menuju jendela. Tirai jendela digeser sejauh beberapa jengkal oleh Sarada. Di luar sana, kegelapan langit terlihat amat pekat. Tak ada bintang dan bulan yang muncul malam ini.

"Sepi," lirih Sarada.

Sarada kemudian beralih menatap benda kecil yang tadi ia ambil dari balik bantal tidurnya. Senyuman kecil terbentuk di wajah gadis itu. Kini di tangannya ada kalung milik Boruto. Kalung yang selalu Sarada bawa di dalam sakunya, kalung yang selalu Sarada simpan di balik bantal ketika ia ingin tidur.

"Kau ada di mana, Boruto?" Suara Sarada lirih, selirih udara dingin malam ini.

Setiap mengingat realita bahwa Boruto dijadikan budak ego oleh Momoshiki, membuat Sarada ingin marah, ingin berhadapan langsung dengan Momoshiki yang dengan sesuka hatinya mengambil Boruto.

Tapi, ada keuntungan di balik kejadian perginya Boruto. Kejadian perginya Boruto membuat Sarada menyadari satu hal. Tanpa Boruto, hari cerah Sarada meredup. Tanpa Boruto, hari penuh semangat Sarada memudar. Tanpa Boruto, dadanya sering terasa sesak. Sarada sadar, sosok Boruto ternyata telah masuk terlalu dalam di salah satu ruang terdalam hatinya.

Sarada bukan mencintai Boruto. Untuk mengakui hal itu, Sarada tak punya keberanian yang cukup. Entah ini perasaan apa. Sarada terlalu takut untuk mengakui bahwa ia mencintai seseorang. Terlalu dini menurutnya.

"Aku yakin kau bisa. Aku ... aku yakin kamu bisa terbebas dari ikatan takdir Momoshiki, Boruto. Berjuanglah ...." Tatapan Sarada menyendu. "Papa, bantu Boruto."

Sarada kira ia tahu segala hal tentang Boruto, tapi ternyata, tidak begitu. Ketika melihat Boruto mengenakan sarung tangan pada tangan kanannya, Sarada menganggap itu hal biasa, karena Sasuke juga menggunakan benda itu pada tangannya, tapi nyatanya Boruto mengenakan itu untuk menutupi lambang dasar segel karma.

Soal tanda karma di tangan Boruto, Sarada pernah melihatnya, tapi tak terpikir apa fungsi serta dari mana Boruto mendapatkannya.

"Andai aku tahu semuanya lebih awal, mungkin aku akan ikut bersamanya pergi mengasingkan diri ...."

Sedari mereka kecil, Sarada tak akan membiarkan Boruto bepergian ke luar Konoha sendirian. Ketika Boruto bersikeras ingin pergi ke luar Konoha untuk menyusul Mitsuki, Sarada dengan berani mengatakan bahwa ia akan ikut bersama Boruto. Meski di luar sana ada banyak bahaya, Sarada yakin mereka bisa menghadapi semuanya.

Tililit! Tililit!

Sarada tersadar dari lamunannya. Gadis itu mengernyit ketika ia mendengar suara telepon rumah berbunyi.

"Siapa yang menelepon malam-malam begini?" Sarada segera meraih jaket yang tersampir di kursi belajarnya, lalu pergi menuju ruang makan tempat telepon rumah berada.

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang