41; Peraturan Tak Tertulis

2.4K 214 111
                                    

Happy Reading
___

Sarada membuang wajahnya ke arah lain, ketika ia mendapati Boruto memijat pergelangan kaki kanannya sambil memerhatikan penampilannya.

Sungguh. Sarada berdebar-debar dan malu karena tatapan itu. Sarada jadi heran pada dirinya sendiri. Ke mana perginya Sarada yang dulu? Sarada yang keras kepala, yang tak mudah malu, yang tak berdebar sehebat ini ketika menatap Boruto.

"Hari ini kau tampil berbeda. Ada acara, ya, Sarada?"

Sarada menggeleng.

Boruto menatap Sarada yang hari ini entah mengapa tampil berbeda, seperti berusaha terlihat lebih anggun, manis, atau apalah. Boruto menghela napas lirih ketika hatinya sedikit terusik. Kira-kira, Sarada tampil seperti itu untuk siapa?

"Sudah tidak sakit lagi, Boruto."

Lamunan Boruto dibuyarkan habis oleh suara Sarada. Boruto mengangguk, lantas kembali mengenakan sepatu itu ke kaki kanan Sarada.

"Aku bisa mengenakannya sendiri."

"Jangan menolak, Sarada."

"Kenapa?"

"Karena aku suka kau repotkan."

"Hah?" Sarada berkedip bingung.

Boruto yang baru menyadari ucapannya segera mengusap pipinya bingung. "A-a, lupakan saja."

Sarada setengah memberengut. "Kau aneh."

Boruto masih duduk di hadapan Sarada. Iris birunya menatap kotak bekal yang ada di pangkuan gadis itu. "Jadi, itu untukku?"

Sarada mengangguk pelan. "Iya."

Boruto tersenyum kecil. Ia sebenarnya gugup sekali. Belakangan ini ia jarang menghabiskan waktu berdua dengan Sarada. Bahkan, jujur Boruto sempat ingin mengambil misi ke luar Desa Konoha untuk menghindari Sarada.

"Untukmu."

Senyuman Boruto terukir tanpa paksaan kala ia melihat isi dari kotak bekal yang Sarada angkat. Sebuah hamburger berukuran besar ada di dalam sana, sudah lengkap dengan potongan cabai serta saus pedas kesukaan Boruto.

"Karena aku tahu porsi makanmu banyak, jadi aku buatkan sebesar ini."

Boruto tertawa kecil. "Dasar."

Dulu, Boruto benar-benar sering berdebat dengan Sarada, penuh semangat sampai-sampai api semangat itu terkadang menyulut emosi Sarada. Namun Boruto yang sekarang? Dia sudah berumur tujuh belas tahun, tak senakal waktu itu yang sedikit-sedikit membuat Sarada marah.

Sarada pun sama. Gadis itu kini benar-benar mencoba untuk bersikap biasa saja pada Boruto. Namun nyatanya, tindakannya untuk Boruto malah terkesan lembut, atau bahkan, berlebihan.

Semuanya berubah, alamiah karena waktu.

Boruto berpindah duduk ke sebelah Sarada, ikut bersandar pada sebatang pohon.

Sarada melirik Boruto yang mulai memakan hamburgernya. Sebenarnya Sarada takut Boruto tak suka rasa hamburger itu, tapi, melihat anggukan Boruto ketika rasa dari hamburger itu mengikat lidahnya, membuat Sarada melega.

"Enak?" tanya Sarada.

"Enak." Boruto mengangguk. "Sejak kapan kau belajar masak?"

Sarada mendengus kecil. "Bukannya, sejak dulu aku memang terbiasa memasak sendiri? Mama sibuk di rumah sakit, Papa jarang pulang, jadi aku harus bisa mengurus diri sendiri. Sejak di akademi dulu juga aku sudah bisa memasak beberapa jenis makanan," ucap Sarada. "Kau lupa, ya, waktu itu kau bahkan pernah menggangguku ketika aku belanja sendirian? Gara-gara kau, aku jadi menghancurkan sekotak telur."

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang