37; Terima Kasih, dan, Selamat Tinggal

1.9K 168 55
                                    

Happy Reading
___

Semilir angin yang berembus membuat Sarada menoleh ragu pada Boruto. Kini di sisinya, Boruto berdiri sambil sesekali merintih perih. Luka di perutnya masih terbuka.

Boruto menoleh ketika ia rasa Sarada tak bergerak. Iris birunya berkedip kaget mendapati Sarada yang menatapnya dengan sendu. Boruto tersenyum meyakinkan. "Aku masih bisa bertahan, Sarada. Lagi pula, rasa sakitnya nggak seberapa, masih bisa ditahan."

Sarada hanya khawatir. Ia takut Boruto terluka lebih dalam lagi nantinya. Sarada bukan ahli medis yang bisa mengobati banyak orang. Sarada tentu tak bisa menyembuhkan luka Boruto.

Sarada yang tadi memilih untuk menatap peperangan di depan sana, seketika mendongak ke sebelah kanan ketika dirasanya Boruto menggenggam tangannya. Boruto memberikan senyuman kecil pada Sarada, yang sukses membuat Sarada memejamkan matanya. Pada akhirnya, Sarada memang tak bisa menghalangi niat Boruto. Meski khawatir bercampur getir ia rasakan, ia akhirnya mengangguk lirih sambil membuka kedua matanya.

"Berjanjilah, bahwa setelah ini kau tak akan terluka lagi hingga perang usai, Boruto."

Boruto diam. Bahkan setelah berpisah begitu lama dengan Sarada, ia tetap tak bisa menghapus rasa lama.

Rasanya untuk Sarada, masih sama. Ia masih menyayangi gadis itu.

Boruto tersenyum sambil melepaskan genggaman tangannya pada Sarada. "Jangan lepas kalungnya," pesan Boruto.

Usai itu, Sarada mengukir senyuman kecil. Keduanya kemudian dikagetkan dengan kedatangan Mitsuki di sisi mereka.

"Maaf mengganggu." Mitsuki tersenyum seperti biasa. "Aku juga tim tujuh, 'kan? Jadi, aku akan ikut menyerang bersama kalian."

Boruto terkekeh geli. "Mitsuki, lama nggak bertemu, ya?"

Mitsuki mengangguk disertai gelak tawa. "Oh iya, kalian ingat, dulu aku pernah berkata bahwa kalian ini pasangan serasi?"

Boruto dan Sarada kontan menegak, waswas akan kelanjutan dari ucapan Mitsuki.

"Sampai sekarang pun, aku masih menganggap bahwa kalian adalah pasangan serasi." Mitsuki tersenyum geli melihat wajah memerah Sarada. "Malah, semakin serasi setelah tadi Sarada memelukmu, Boruto."

Cukup. Sarada malu.

"A-ayo bertarung! Kenapa jadi mengobrol begini, sih?" Sarada mendengus kecil.

Boruto yang kini berdiri di antara keduanya pun menghela napas lega. "Ingat, tujuan kita adalah menyadarkan Kawaki, bukan membunuhnya. Kita juga harus cepat, yang lainnya mulai tersudut oleh serangan Kawaki."

Sarada menatap pergerakan Kawaki dengan sharingan. "Kali ini, kita akan berhadapan dengan seorang Otsutsuki."

Boruto meraih pedangnya. "Ya."

Suara berdebam dari tubuh Sasuke yang menghantam reruntuhan rumah warga terdengar begitu keras. Usai itu, Kawaki maju dan mengubah tangannya menjadi tombak besi berujung tajam. Sama seperti Boruto, Sasuke menjadi korban tusukan pada perut. Lelaki itu merintih saat darah segar mengalir dari mulutnya.

Sarada menahan napasnya. "Papa?"

Boruto menggeram. "Kau yang pertama, Mitsuki, kemudian Sarada, dan aku yang terakhir."

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang