Happy Reading
___Boruto tersenyum kecil membalas senyuman Sarada. Pemuda itu menghela napasnya, kemudian menggeleng. "Jangan ikut bertarung lagi, Sarada."
Sarada mengernyit. "Kenapa?"
"Aku tahu, kau ingin jadi hokage. Karena itu kau harus membuktikan bahwa kau sanggup melawan mereka." Boruto melirik Kawaki yang menatapnya dari kejauhan. "Tapi untuk yang satu ini, mundurlah. Aku yang akan menghadapi Kawaki. Kau terluka. Bagaimana jika kau--"
"Tapi seandainya di tengah pertarungan nanti kau butuh bantuan, aku ... aku boleh maju, 'kan?" lirih Sarada.
Karena selama ini, Sarada merasa bahwa ia belum dapat memberikan bantuan apa pun untuk Boruto.
Boruto diam sesaat. Ia tatap iris merah Sarada yang perlahan berubah menjadi hitam.
"B-Boruto?"
Boruto menghela napas pelan. "Iya, kau boleh maju jika aku butuh bantuan, tapi ingat, jangan pernah lepaskan kalung itu dari lehermu." Boruto tersenyum mengakhiri ucapannya.
Sarada mengangkat kepalan tangan kanannya. Ia meninju bahu kiri Boruto dengan tenaga ringan. "Kau berhutang banyak penjelasan, lho. Jadi, kau harus menang di pertarungan ini."
Boruto menaikkan sebelah alisnya.
"Penjelasan tentang kalung ini, salah satunya." Sarada tersenyum.
"Oh." Boruto mengangguk paham, lantas ikut tersenyum. "Iya."
Iris biru dan senyuman hangat itu benar-benar Sarada rindukan. Akhirnya, hari ini ia bisa kembali melihat hal itu, nyata di depan matanya.
"Seandainya Kawaki nanti membunuhmu, maka orang pertama yang akan kusalahkan adalah diriku sendiri, Boruto." Rambut hitam Sarada diusap angin. Ia menatap Boruto tepat pada matanya. "Aku yang salah, karena aku tidak bisa membantumu ...."
"Sarada."
Boruto tersenyum kecil agar Sarada tenang. "Aku berjanji, aku akan tetap hidup. Kau ingat, 'kan, bahwa di monumen milik Ayah, dulu aku pernah berjanji untuk melindungimu?" lirih Boruto. "Aku akan tetap hidup, untuk melindungimu dari segala macam luka, Sarada."
Sarada menggigit bibirnya sejenak, kemudian mengulurkan kelingking kanannya kepada Boruto. "Janji?"
Boruto tersenyum sambil mengaitkan kelingking kanannya dengan kelingking kanan Sarada. "Janji, 'ttebasa."
Sarada tersenyum lega mendengar itu. Setidaknya, untuk saat ini ia melega.
"Bergabunglah dengan Kaa-chan, Himawari, dan Ibumu, Sarada. Jangan pergi dari sisi mereka, kecuali jika menurutmu aku butuh bantuan." Boruto memegang pedangnya di sisi pinggang. "Pada awal pertarungan, mungkin musuh akan mengamuk."
Di kejauhan, Sasuke terlihat menghampiri Sakura, Hinata, dan Himawari. Usai menanyakan beberapa hal, Sasuke pun berjalan menuju Sarada dan Boruto. Lelaki itu melirik Jigen yang tersenyum miring di kejauhan.
"Hati-hati," lirih Sarada pada Boruto.
Boruto tersenyum kecil, lantas mengangguk. "Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules [BoruSara Fanfiction]
FanfictionEND- Rules [BoruSara Fanfiction] Terlalu banyak hal yang membuat dua hati itu tak bisa bersatu. Terlalu banyak peraturan rumit yang mengganggu. Terlalu sulit, untuk sekadar bersatu. Semesta dengan ringan menambah jumlah benteng pemisah di antara me...