42; Pilihan [End]

4.2K 234 89
                                    

Happy Reading
___

Sarada berbaring di kamarnya. Memejamkan matanya tanpa ada rasa kantuk. Sudah tiga hari Sarada mengurung diri di rumahnya. Selain karena tidak ada misi, Sarada juga malas ke luar rumah karena takut bertemu dengan Boruto. Bukan takut sebenarnya, Sarada hanya enggan bertemu dengan Boruto usai kejadian di danau waktu itu.

Sarada bangkit dari posisi berbaringnya, kini ia duduk di atas tempat tidur dengan tatapan muram ke arah jendela. Padahal ia sudah mandi, tapi sorot matanya tetap terlihat tak bercahaya. Dari jendela yang tirainya digeser, Sarada dapat melihat langit pagi yang terlihat begitu cerah. Burung-burung berkicau, bernyanyi, meramaikan suasana pagi dengan antusias.

Sarada memeluk lututnya, ketika ia rasa antusiasme dari burung-burung tak menular kepada dirinya. Benaknya malah berdoa agar rasa suka--yang mungkin lebih tepat disebut sebagai sayang--kepada si Sulung Uzumaki lenyap hari ini juga. Sarada benci dirinya yang mudah terbawa perasaan seperti saat ini. Sarada benci dianggap lemah.

Tadi, pagi-pagi sekali, Chouchou menelepon dirinya. Chouchou bilang hari ini Sumire ulang tahun dan mengundang Sarada datang ke acaranya. Selain Sarada, teman-teman yang lainnya juga diundang. Sarada bingung, apakah ia akan datang atau tidak.

"Kalau Sumire ulang tahun dan mengundang teman-teman yang lainnya, berarti dia juga mengundang Boruto. Apa ... aku harus datang dan melihat Boruto menyerahkan hadiah untuk Sumire? Aku ingin datang, tapi ...." Sarada menggigit bibirnya pelan.

Sarada tak ingin melemah lagi. Sarada tahu, ia akan menjadi cengeng apabila nanti ia lihat Boruto bergurau akrab dengan Sumire. Boruto akrab dengan semua orang, harusnya Sarada tidak perlu cemburu jika Boruto akrab dengan Sumire. Namun rasanya berbeda. Karena kini belum ada kejelasan perasaan di antara dirinya dan Boruto, perasaan Sarada jadi terombang-ambing tanpa arah yang benar. Melihat Boruto dekat dengan gadis lain, Sarada akan merasa takut bahwa Boruto ternyata menyukai gadis itu.

° ° °

"Ada apa, Sarada?"

Pertanyaan itu datang dari Sasuke yang duduk di salah satu kursi makan. Pasalnya, sejak duduk di kursi makan tadi Sarada terlihat muram.

Sarada menggeleng kecil. "Bukan apa-apa, Papa."

Sakura dan Sasuke saling tatap sejenak, kemudian Sakura beralih menatap Sarada.

"Ayo sarapan, Sarada."

Sarada mengangguk. "Iya, Ma."

Sasuke menyumpit tempura udang sambil mendecak di dalam hati. "Bocah itu, apa yang dilakukannya? Geraknya lama sekali."

Sasuke menatap Sarada yang tengah mengambil makanan. Gadis itu terlihat kurang bersemangat. Sasuke lagi-lagi mendecak di dalam hati. "Bocah itu benar-benar membuat Sarada bersedih. Awas saja kau, Boruto."

Boruto, hati-hati. Nyawamu terancam.

° ° °

Sarada awalnya berniat kembali ke kamarnya setelah ia mencuci piring. Namun bel apartemen tiba-tiba berbunyi, membuat Sarada bergerak menuju pintu depan.

Sasuke dan Sakura saling lirik dari arah ruang makan. Keduanya kemudian tersenyum kecil.

"Itu Boruto," lirih Sasuke.

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang