17; Di Titik Terendah Sekalipun

1.8K 194 33
                                    

Happy Reading
___


Para pemimpin desa lainnya telah tiba di Konoha. Semuanya datang, terkaget atas berita kepergian Naruto. Seluruh warga desa diberi izin untuk melihat jasad Naruto. Namun hanya sebentar dan dilakukan secara bergiliran. Aula Kantor Hokage yang luas dijadikan sebagai tempat jasad Naruto disemayamkan. Beruntung, karena Kantor Hokage tak hancur malam tadi.

Hinata yang dibantu oleh Sakura sibuk mempersiapkan proses pemakaman Naruto. Sasuke ditunjuk sebagai pemimpin sementara Desa Konoha, dengan Kakashi sebagai penanggung jawabnya.

Naruto dibaringkan di sebuah peti. Boruto berdiri di sisi peti itu dengan wajah penuh duka. Himawari pun berada di sana, tertunduk dengan air mata yang sesekali masih menetes. Kawaki berdiri di hadapan Boruto dengan mulut terkunci rapat. Matanya yang biasanya tajam, kini menatap Naruto dengan sendu.

Sarada mengepalkan tangannya di sisi Boruto. Gadis itu membawa sekotak makanan di tangan kanannya. Napasnya berembus lirih.

"Boruto," lirih Sarada.

Boruto bergeming.

"Kau harus makan. Setidaknya, sesuap makanan, Boruto." Sarada berusaha membujuk.

Boruto diam cukup lama, hingga akhirnya ia menoleh pada Sarada.

"Makanlah. Ini kubuatkan untukmu." Sarada mengangkat sekotak makanan kepada Boruto.

Himawari menatap Boruto dan Sarada. Sudah setengah jam Sarada berusaha membujuk Boruto untuk makan. Namun pemuda itu tetap tidak mau. Himawari sendiri sudah memakan bekal dari Sarada sejak dua puluh menit yang lalu.

Kawaki turut memerhatikan Boruto dan Sarada.

"Makanlah ...," lirih Sarada.

Boruto fokus pada sekotak makanan yang Sarada tunjukkan, kemudian beralih pada mata gadis itu. Andai Boruto tengah tidak berduka, mungkin ia akan sangat senang karena Sarada membuatkannya sedikit makanan. Namun kini, Boruto tak mampu untuk tersenyum.

Satu pertanyaan terbesit di benak Boruto.

Kenapa Sarada selalu ada di sisinya ketika ia terpuruk?

Sarada menghela napas lirih, kemudian menarik bekal yang tadi ia sodorkan. Gadis itu membuang wajah, ia tahu, Boruto tak akan mau memakan makanan yang ia bawa. Namun gerakan Sarada terhenti ketika ia rasa, tangan dingin seseorang menyentuh tangannya. Hanya sebentar sebelum akhirnya kotak bekal itu beralih pada tangan Boruto.

Sarada menatap Boruto setengah lega. Apa Boruto mau makan barang sesuap saja?

Boruto menggenggam bekalnya. "Terima kasih, Sarada ...."

Tiga kata yang diucapkan oleh Boruto membuat senyuman Sarada terukir tanpa perintah. Lima bulan kepergian Boruto, akhirnya Sarada bisa mendengar Boruto menyebut namanya seperti dulu lagi.

"Di sini tempatnya." Sasuke bersama rombongan petinggi desa tiba di sekitar peti Naruto. Ia tak hanya membawa rombongan petinggi dari Desa Konoha, tapi juga para petinggi dari desa lainnya.

Satu per satu para petinggi desa maju, menangis atau bertanya dengan suara lirih tentang penyebab dari meninggalnya Naruto. Sasuke menjawab semampunya, beberapa pertanyaan tak dapat ia jawab, lantaran waktu itu ia tak ada di lokasi pertempuran.

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang