"Becanda." Jeff tertawa keras sambil melepaskan cengkeramannya pada pergelangan kaki Alby.
Alby berjongkok seraya memegang dadanya, jantungnya berdetak cukup kencang akibat ulah Jeff yang hendak menariknya begitu saja ke dalam kolam.
"Pa, kira-kira dong. Jantung rasanya mau copot!" sungut Alby.
"Maaf ya, anakku sayang," ucap Jeff menampilkan wajah melasnya.
Alby tertawa geli menyaksikannya, "Pa, umur berapa si?"
Laki-laki itu nampak berpikir dulu, "masih tiga puluhan, kok."
"Tiga enam lebih tepatnya," sahut Digar datar.
Alby melongo, wajah tampan Jeff itu mulus enggak ada kerutan, benar-benar kayak usia dua puluhan.
"Papa awet muda banget, kalo Papa bilang masih SMA juga pasti orang pada percaya."
Jeff senyum takabur, "ini adalah bukti bahwa sering tersenyum itu membuat awet muda. Enggak kayak yang di sebelah." Ia melirik Digar yang selalu memasang ekspresi datar.
"Terserah," balas Digar tak acuh.
"Yaudah, ceburin coba kaki kamu," instruksi Jeff.
"Hah? biar apa?"
"Kenalan dulu ama aer."
"Abis kenalan, apa?"
"Dighosting."
"Gak usah curhat," celetuk Digar.
Ia kemudian mendekat pada Alby. "Mau nyoba berenang? gue ajarin pelan-pelan," tawarnya dengan lembut.
Manik indah anak itu hanya menatap Digar, ia terlihat masih ragu untuk melakukannya.
"Gue gak akan ngelepasin lo," lanjut Digar meyakinkan.
Alby menghela napas panjang, "janji ya, jangan lepasin gue apapun alasannya."
Digar mengangguk, lalu Alby menyodorkan jari kelingkingnya yang terlihat sangat mungil.
"Janjinya harus diikat dulu," ujarnya membuat Digar menarik ujung bibirnya. Ia lalu mengangkat tangannya dan menautkan jari kelingking mereka.
"Amboi, drama tadika mana ni," cibir Jeff merasa gemas dengan tingkah kedua anaknya.
"Yang nggak diajak diem aja," ucap Digar.
Jeff tersenyum masam lalu memilih untuk berenang sendiri sambil memantau kedua putranya.
"Terus gue harus ngapain dulu ini?" tanya Alby.
"Lepas baju."
Alby tersedak ludahnya sendiri, matanya membola kaget. "Eh? gue pake baju aja," tolak Alby.
"Lebih enak nggak pake baju," ucap Digar membuat Alby gelisah. Ia tak mungkin menampakkan tubuhnya yang banyak terdapat lebam, walaupun Jeff sudah tahu dari host waktu itu.
"Mau gue lepasin?" tanya Digar dengan ekspresi datar seperti biasanya. Ia bertanya seperti itu karena Alby yang tak kunjung melakukannya.
Alby melotot seraya menyilangkan satu tangannya di dada. "Nggak usahlah, anjir!" umpatnya. "Tapi, apapun yang lo liat, cukup diam aja." Ia mengajukan syarat.
"Gue punya apa yang lo punya, apa yang mau dikomentarin?" tanya Digar polos nyerempet bego.
"Bodo amat!" makinya lalu berdiri hendak melepas baju.
Jeff memicing dari jauh, "cakap apa dua orang tu."
Alby sudah mengangkat ujung bajunya namun, merasa risih dengan Digar yang terus menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Resilience; AlGar
RandomSeseorang yang disebut 'anak haram' pun berhak bahagia, tapi nyatanya Alby tak pernah merasakannya. Rasa sakit sudah menjadi bagian dari dirinya sejak kecil namun, yang paling menyakitkan adalah saat ia dijual oleh ibu kandungnya sendiri.